Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjaga Hutan Indonesia, Materi Belajar Dari Rumah TVRI SMP 5 Juni

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/Arum Sutrisni Putri
Tangkapan layar Belajar dari Rumah TVRI SMP 5 Juni 2020 tentang Menjaga Hutan Indonesia.
|
Editor: Arum Sutrisni Putri

KOMPAS.com - Belajar Dari Rumah TVRI SMP pada 5 Juni 2020 membahas tentang Menjaga Hutan Indonesia. Berikut ini materinya:

Merawat alam Indonesia untuk terhindar dari bencana

Bencana belum terjadi bukan berarti tidak akan terjadi. Kalau kita tetap tidak peduli, bisa saja kita yang alami. Diluluhlantahkan oleh kemarahan alam yang tak teratasi. Kabar linimasa diributkan soal perubahan iklim. Kali ini bukan sekedar teori. Alam sedang berbicara dengan bahasanya sendiri. Jika sudah jauh dari kata Lestari maka alam akan mulai menyeimbangkan diri. Akar berganti besi, tanah berganti beton. Pembangunan semakin garang. Lingkungan tak lagi disayang. Masihkah kau bingung akan suhu yang tidak ramah? Saat ruang terbuka hijau sudah habis dijamah?

Bukan saatnya berpangku tangan. Mencegah selalu menjadi cara terbaik menghalau ketidakseimbangan. Sudah waktunya mulai bergerak, bersama-sama menjalin keakraban dengan alam. Pergerakan itulah yang sedang dimulai oleh BPDASHL Dodokan Moyosari sejak 2012. Persemaian permanen yang terletak di Lombok Timur dan Dompu telah memproduksi lebih dari satu juta bibit setiap tahunnya. Bibit tersebut yang kemudian diberikan secara gratis kepada masyarakat.

Sayful lebih dikenal dengan Ipul Gawah menjadi pegiat lingkungan pertama kali mulai 1997. Kecamatan Aikmel ini dulu terjadi banjir terbesar di seluruh Indonesia, banjir bandang yang pertama itu di sungai Tanggek ini. Tetapi sekarang tidak pernah ada korban, saat itu korbannya 36 orang. Karena adanya pohon, hutan sudah rimba, sudah kembali lestari, masyarakat sudah giat menanam pohon. Masyarakat juga lebih kaya sekarang dari dulu, pas menghabiskan kayu banyak-banyak tidak ada hasilnya. Justru banjir hasilnya, miskin hasilnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bibit gratis yang disiapkan oleh BPDAS sangat luar biasa membantu. Di mana sebelumnya kita beli bibit sengon itu harganya minimal Rp 1.000 per biji, tapi setelah kita ketemu sama BPDAS pada 2012 kita dikasih gratis.

Produksi bibit persemaian permanen BPDAS HL Dodokan Moyosari:

Kini seluas tutupan hijau daerah Lombok Timur ditutupi 70% bibit yang diperoleh dari BPDAS HL Dodokan Moyosari. Kawasan hijau ini setidaknya menghidupi ratusan kegiatan khususnya masyarakat yang berada di Pringgasele Selatan, Lombok Timur. 

Tidak ada kata terlambat untuk menjadi bijak, menjaga keseimbangan alam sebagai tempat berpijak. Selalu ada tempat untuk pembangunan namun jangan melupakan alam yang menjaga kehidupan. Perubahan besar itu harus dimulai dan alam akan memberimu apa yang kau butuhkan.

Restorasi Ekosistem

Sudah berpuluh tahun hutan di Kalimantan rusak. Di masa lalu hutan ditebang untuk diambil kayunya. Sekarang digunduli habis menjadi perkebunan kelapa sawit dan hutan tanaman industri. Padahal fungsi hutan tidak semata penghasil kayu. Apalagi hutan gambut, ia menjaga keseimbangan alam bagi lingkungan di sekitarnya, mengatur tata air, sekaligus memberi manfaat ekonomi.

Kita juga mulai menyadari bahwa hutan gambut menyimpan berbagai kekayaan keragaman hayati. Di dalamnya terkandung sumber pengetahuan untuk kita dalami, kita pahami dan kita manfaatkan secara lestari. Yang juga sangat penting hutan adalah paru-paru dunia, penyedia oksigen yang sangat dibutuhkan oleh seluruh umat manusia untuk bertahan hidup.

Namun sayang dalam perjalanan waktu hutan gambut terus digunduli dan dikeringkan. Di Kalimantan sudah hampir separuh dari seluruh hutan hilang berubah bentuk berubah fungsi baik secara legal maupun ilegal. Di saat yang sama masyarakat lokal tidak mendapat banyak manfaat jangka panjang dari rusaknya hutan.

Padahal hal ini sering dilakukan dengan mengatasnamakan kepentingan ekonomi nasional. Sebagian besar masyarakat sebatas dijadikan pekerja atau buruh sementara itu sebagian lainnya yang sedikit lebih beruntung diberi sepetak kebun kecil dalam skema plasma inti.

Pola kelola hutan yang merusak tidak bisa dibiarkan terus, harus ada perubahan. Kita semua harus mengembangkan pendekatan yang berbeda. Hutan sebagai karunia Tuhan tentu harus bisa kita manfaatkan tetapi kita harus memahaminya dengan wawasan dan pengetahuan yang lebih luas dan bijaksana, bukan lagi sekadar sebagai penghasil bahan baku sesaat. Kita harus memikirkan pemanfaatan hutan untuk jangka panjang dan berkelanjutan.

Sebagai contoh selama ini hutan gambut kita pandang sebagai lahan kurang produktif dan harus dikeringkan. Padahal karena tergenang lahan gambut memiliki kandungan bahan organik yang tinggi. Ia membantu menyimpan air dan melepaskannya perlahan-lahan secara alami. Kita harus menjaga lahan gambut tetap dalam keadaan tergenang agar fungsi lingkungannya dapat bertahan.

Dengan pemahaman baru atas fungsi hutan pemerintah telah merumuskan sebuah kebijakan yang dinamakan restorasi ekosistem. Dalam kebijakan ini perusahaan, koperasi dan masyarakat sebagai pelaku ekonomi diberi kesempatan untuk mendapat konsesi yang bertujuan pemulihan hutan. Pemegang konsesi restorasi ekosistem harus melindungi hutan dari berbagai ancaman seperti kebakaran, perambahan perburuan dan illegal logging. Selain itu mereka harus memulihkan hutan dengan menanam jenis-jenis pohon lokal.

Konsep restorasi ekosistem tidak sama dengan konsep taman nasional. Masyarakat setempat tetap bisa lebih leluasa melakukan kegiatan ekonomi di kawasan yang telah ditentukan dan disepakati bersama. Malah konsep restorasi ekosistem hanya akan berhasil jika perusahaan bekerjasama secara erat dengan masyarakat, bersama-sama menggali kembali kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya hutan secara berkelanjutan. Bersama masyarakat perusahaan akan mengembangkan kegiatan ekonomi rakyat seperti memanfaatkan rotan dan produk bukan kayu lainnya, wisata alam dan budaya, agroforestri, perikanan serta beragam usaha produktif lain.

Partisipasi masyarakat dalam kegiatan restorasi ekosistem harus terencana dengan baik, diawali dengan pemetaan partisipatif untuk menentukan wilayah kelolanya. Kemudian dilanjutkan dengan perencanaan desa dan pembuatan program kerja yang sistematis untuk menentukan kegiatan-kegiatan kegiatan prioritas.

Lalu bagaimana kegiatan konsumsi restorasi ekosistem ini dapat bertahan secara ekonomi? Dari mana sumber dananya? Salah satu cara bagi perusahaan untuk mendapatkan pemasukan adalah dari skema kredit karbon yang sedang dikembangkan di dunia. Hutan yang terjaga dapat menyerap dan mencegah pelepasan karbon ke atmosfer yang selama ini menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Karenanya upaya mencegah hutan yang sukses dapat diberi imbalan dengan skema kredit karbon. Dalam hal ini perusahaan di negara-negara industri yang belum bisa menurunkan emisinya dengan cepat dapat membayar perusahaan yang bisa menjaga hutan dengan efektif sebagai jasa lingkungan.

Dapat kita bayangkan bilamana kegiatan restorasi ekosistem ini berkembang secara luas. Hutan kita di Kalimantan akan pulih kembali. Dengan modal pengetahuan dan sumber daya manusia kita semua tetap bisa menjalankan kegiatan ekonomi secara lebih bijaksana dan penuh inovasi. Dan yang terpenting anak-cucu kita akan tetap mengenal dan memanfaatkan hasil hutan beserta segala isinya. Mereka akan tetap bisa tumbuh dan berkembang di lingkungan yang bersih yang menjamin kelangsungan hidup.

Kenapa Indonesia sering kebakaran hutan?

Setiap kali musim kemarau datang, kita pasti sering mendengar soal kebakaran hutan. Hutan di Indonesia memang sering sekali terbakar dan negara-negara tetangga pasti protes karena asapnya membuat nafas jadi sesak. Sebenarnya kenapa hutan Indonesia sering terbakar dan bagaimana cara mengatasinya? Pendeknya kebakaran hutan bisa terjadi secara alami karena panas matahari atau tidak alami karena aktivitas manusia yang sengaja buka lahan dengan membakar hutan.

Sebagai negara tropis musim kemarau di Indonesia itu panasnya pasti bukan main. Suhu yang tinggi dan udara yang kering bikin gesekan ranting memunculkan percikan api yang kemudian bisa melahap seisi hutan. Tapi tidak cuma itu, faktanya manusia juga jadi penyebabnya karena mau cepatnya mereka membakar lahan untuk dijadikan perkebunan. Dan kadang apinya itulah yang bisa meluas ke mana-mana.

Tapi pertanyaannya, sebenarnya apa yang dilakukan supaya api tidak lagi menyerang? Jawabannya itu selain mengimbau orang-orang supaya tidak bakar hutan, kita juga bisa menjaga kelestarian lahan gambut. Pendeknya lahan gambut itu jenis tanah yang terbentuk dari tanaman-tanaman purbakala yang terendam air dan tidak terurai secara sempurna. Hasilnya tanah ini menyimpan banyak karbon yang kalau dijaga bisa jadi energi di masa depan. Lahan gambut yang basah dapat meredam bahkan menghentikan kebakaran hutan agar tidak semakin meluas penyebarannya. Meski begitu kalau lahan gambut yang kering justru sangat rawan untuk tersulut api.

Bayangkan kalau lahan gambut yang isinya karbon ini terbakar. Gas karbondioksida akan terlepas ke atmosfer dan berakibat ke perubahan iklim yang akan membuat bumi semakin panas dan dilanda cuaca ekstrem. Makanya lahan gambut itu perlu dijaga agar tetap basah dan kembalikan area yang terbakar dengan menanam benih-benih pohon yang baru. Jadi sekarang kita tahu kenapa tiap tahun kita sering dengar berita kebakaran hutan di Indonesia dan kita juga tahu bagaimana cara mencegahnya. Nah maka mulai saat ini kita harus mulai jaga bersama lahan gambut di tanah air kita.

Teknik pertanian di lahan gambut tanpa bakar

Bisakah bertani tanpa bakar di lahan gambut? Bisa. Lahan gambut dengan ketersediaan yang cukup luas banyak dimanfaatkan masyarakat untuk kegiatan pertanian demi mendukung kehidupan ekonomi keluarga. Dengan sifat dan karakter tanah lahan gambut yang cukup unik dan berharga, pemanfaatan lahan gambut untuk pertanian memerlukan ketekunan dan kehati-hatian agar fungsi dan keberlanjutan tidak terganggu. Sebagaimana praktek pertanian di lahan mineral sebagian masyarakat masih menggunakan pendekatan membakar ketika membuka lahan pertanian gambutnya. Tentu saja dengan kondisi keterbatasan sumber daya teknologi dan peralatan yang dimiliki membuka lahan dengan membakar masih menjadi pilihan yang dilakukan sebagian petani di lahan gambut.

Selain itu ada anggapan membuka lahan gambut dengan membakar mempermudah pekerjaan membuka lahan sekaligus menyuburkan tanah dengan abu sisa pembakaran. Tanah gambut dikenal sebagai tanah miskin hara dan bersifat asam dengan PH sekitar 4-5. Di samping itu sebagian masyarakat petani percaya jika tidak dibuka dengan dibakar pertaniannya tidak akan menghasilkan. Benarkah pertanian tanpa bakar di lahan gambut tidak akan menghasilkan? Adakah pilihan lain melakukan pertanian di lahan gambut tanpa bakar namun tetap menguntungkan?

Kebakaran besar yang terjadi di Sumatera, Kalimantan dan Papua yang terjadi di 2015 menjadi titik balik kesadaran masyarakat dan publik secara luas bahwa pengelolaan gambut perlu dilakukan secara baik, bertanggung jawab dan berkelanjutan. Masih adanya praktek pertanian di lahan gambut dengan membakar besarnya dampak kebakaran dan asap di 2015 pada akhirnya mendorong lahirnya kebijakan dan praktik-praktik pengelolaan gambut terbaik. Salah satunya adalah dengan membuka lahan gambut untuk pertanian tanpa membakar.

Apakah bisa menghasilkan dan menguntungkan? Mari kita lihat contohnya.

Pak Rusli adalah salah seorang petani di desa Sungai Rawa yang menerapkan PLTB dalam pengolahan lahan pertanian gambutnya. Beliau memulai praktek pertanian PLTB dengan komunitas cabai rawit dan cabai merah. Awal mula Pak Rusli menerapkan PLTB setelah melihat keberhasilan pertanian PLTB yang didampingi oleh konsorsium BNI di desa mereka di 2017. Di area demplot seluas 2 hektar ditanami dengan tanaman cabai dan nanas. Dalam satu kali masa produksi (3 bulan) dihasilkan cabai sebanyak 1,2 ton dengan nilai penjualan sebesar Rp 36 juta. Akhirnya dengan bekal persatuan dari info tersebut, saat ini Pak Rusli dan beberapa anggota masyarakat lainnya mulai menerapkan PLTB di lahan pertanian gambut mereka.

Tantangan dalam penerapan PLTB yang dirasakan adalah perlunya kesadaran dalam pengolahan lahan karena pada prinsipnya pengelolaan yang dilakukan meliputi proses alami dan memerlukan ketekunan dalam pemeliharaan tanaman. Praktik PLTB yang dilakukan Pak Rusli dan petani lainnya di sungai Rawa menjadi bukti bahwa pertanian di lahan gambut sangat mungkin dilakukan dan tetap menghasilkan. Semoga ke depan semakin banyak Rusli-Rusli lainnya mencoba dan menerapkan pertanian tanpa bakar di lahan gambut untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat petani dan menjamin Sehatnya rambut Indonesia.

Bisakah kita menghentikan pemanasan global?

Bumi, tempat segala angan dan harapan umat manusia tinggal kini sedang memanas. Sains mencatat Bumi kia sedang mengalami kenaikan suhu yang bisa dibilang parah. Bahkan tahun lalu (2019) sebagai tahun terpanas kedua dalam sejarah manusia. Dan mengerikannya enam suhu terpanas bumi yang pernah tercatat semua terjadi di dalam satu dekade belakangan. Mungkin kalau tidak dihentikan kita akan menuju ke tahun-tahun di mana Bumi memiliki lebih banyak persoalan ke depan.

Pertanyaanya apakah kita mampu menghentikan pemanasan global yang semakin parah? Sayangnya, pemanasan global itu nyaris tidak mungkin dihentikan. Ini semua karena banyak senyawa yang terus memenuhi langit bumi dan membuatnya semakin memanas. Bayangkan jumlah emisi gas rumah kaca yang dihasilkan manusia karena menggunakan bahan bakar fosil mencapai 37 giga ton, seperti membuang 6.000 piramida Giza ke atmosfer Bumi. Inilah yang membuat kandungan karbon dioksida dan emisi lainnya di atmosfer bumi jadi mencapai titik tertingginya selama 800.000 tahun terakhir.

Apakah masih ada jalan keluar dari semua ini apakah masih ada cara untuk memperlambat pemanasan global. Sebenarnya masih ada, tetapi akan susah sekali. Ilmuwan sepakat cara terbaik memperlambat pemanasan global dengan mengurangi emisi gas rumah kaca. Dalam The Paris Agreement, 197 negara di dunia bersepakat dalam 10 tahun ke depan setidaknya harus mengurangi emisi gas rumah kaca 45 persen di 2030 dan 100 persen di 2050, untuk menjaga suhu bumi agar tidak naik 2 derajat Celcius di akhir abad ini (2100). Karena kalaupun semua manusia berhenti menghasilkan karbon dioksida ke udara, bumi masih akan tetap panas. Apalagi kalau kita tidak berbuat apa-apa, bisa ada kemungkinan yang jauh lebih parah.

Kelihatannya 2 derajat Celcius kecil, tetapi nyatanya kenaikan suhu bumi sekarang ini membuat perubahan iklim yang dampaknya merembet ke mana-mana. Bencana alam segala bentuk menghancurkan kita, sampai spesies hewan dan karang di lautan makin terancam. Bahkan pemanasan global juga disebut ikut menyebabkan banyak kematian lewat persebaran penyakit. Menurut saintis, bumi tidak akan langsung berakhir karena itu semua. Tetapi kemungkinan semua bencana itu akan terjadi lagi, akan jauh lebih seram.

Lalu bagaimana dengan kita? Kita lihat sekitar, masih banyak orang yang tidak peduli dengan kondisi bumi sekarang, yang main menebang pohon dan membakar lahan di sana sini buat keuntungan pribadi mereka. Padahal yang mungkin terjadi di Jakarta pada 2050, kalau muka air laut terus bertambah tinggi karena pemanasan global, sekitar setengah wilayah Jakarta terancam terendam air laut.

Tentu kita tidak bisa membiarkan ini terjadi. Untungnya Indonesia mempunyai komitmen mengurangi emisi gas rumah kaca ke udara, lewat membuat kebijakan menunda pemberian ijin pembukaan lahan hutan dan gambut, restorasi lahan gambut, meningkatkan penggunaan pembangkit listrik tenaga terbarukan dan rehabilitasi dan penyerahan hutan untuk tujuan sosial. PR kita masih panjang, tapi sejauh ini kita sudah mulai dan terus mengerjakan satu per satu.

Intinya pemanasan global hampir tidak mungkin dihentikan, tetapi setidaknya ini semua masih bisa diperlambat dengan usaha dan kerja sama untuk mengurangi emisi karbon ke udara. Bukan cuma negara tetapi juga kita semua, lewat merawat dan menjaga teman-teman kita, biar dunia tetap terjaga kelangsungannya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi