Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ringkasan Materi Belajar dari Rumah TVRI 10 Juni 2020 Kelas 4-6 SD

Baca di App
Lihat Foto
MILES PRODUCTION/TVRI
Tangkapan layar Belajar dari Rumah TVRI 10 Juni 2020 Kelas 4-6 SD tentang Anak Seribu Pulau: Merauke, Papua.
|
Editor: Arum Sutrisni Putri

KOMPAS.com - Belajar dari Rumah TVRI Kelas 4-6 SD pada 10 Juni 2020 membahas tentang Anak Seribu Pulau: Merauke, Papua.

Berikut ini ringkasan materi Belajar dari Rumah TVRI SD Kelas 4-6 10 Juni 2020:

Anak Seribu Pulau: Merauke, Papua

Saya punya nama Hendri B Laongso. Inilah rumah luas saya Taman Nasional Wadur di Merauke, Irian Jaya. Sahabat kecil saya ini Netu namanya, ia seperti angin, pergi dan berlari ke mana ia suka. Yang ini si penidur bernama Frans, ia seperti rumput tinggi, diam dan tenang.

Saya paling senang ke Daerah Mar, dataran luas yang banyak binatang, terkenal dengan kangurunya. Dalam bahasa kami kanguru disebut Sahang.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saya punya umur 14 tahun. Tubuh saya mulai tinggi seperti pohon. Ya, saya harus bisa hidup sendiri di tengah alam Wasur. Ini rumah luas saya, tempat saya hidup, makan, minum, bermain dan belajar apa saja.

Saya punya cerita pertama kali saya belajar hidup di alm Wasur dari sahabat dewasa bernama Kris. Saya belajar arah angin agar binatang tidak lari karena membaui badan saya. Tidak itu saja, saya juga belajar menggunakan kasim atau rumput untuk membuat bifak sebagai tempat istirahat saya.

Saya belajar bahasa kanguru, suara, dan tepukan kaki tangannya agar kanguru datang dan bisa memburunya. Ya, saya mulai belajar tubuh kanguru lewat sabat dewasa saya. Coba kau lihat sahabat dewasa saya ini merangkak seperti kanguru, menepuk tanah dan kaki dan tangan, menirukan suara kanguru. Ya mengasyikkan, seperti berbicara dengan kanguru itu.

Saya pikir ini saatnya saya bisa sendiri. Saya mulai membuat panah dari bambu. Saya harus berlatih. Saya Hendrik B Laongso, anak tanah Wasur, ingin seperti panah, cepat, tajam dan kuat. Akan saya ceritakan pada kalian, perjalanan perburuan pertama saya ke tanah Mar bersama Frans dan Netu.

Perjalanan ke tanah Mar dari desa kami Kondo adalah perjalanan yang panjang, satu sampai dua hari. Padang Mar adalah rawa goyang yang bisa menenggelamkan tubuh manusia. Padang ini dipenuhi sungai, penuh warna karena ketat dan kulit pohon. Penuh oleh burung yang juga berasal dari negara lain, Australia dan Selandia baru.

Inilah tempat bermain kami yang luas dan tempat kami bertemu berbagai binatang.

Lihatlah si kecil Netu, si angin nakal itu sangat lucu. Berbeda dengan Frans, bagi saya Frans seperti rumput dan selalu mendampingi saya dengan tenang. Kami tidak pernah baku pukul.

Mar adalah tempat bermain dan berburu yang indah. Tapi di sini juga hidup anjing liar yang sering makan kanguru dan rusa. Kami harus juga hati-hati. Saat menunggu waktu berburu kanguru, kami memilih tinggal di atas pohon supaya aman. Sebelumnya kami periksa pohon dari bahaya ular. Kami pilih batang cukup besar dan berhati-hati untuk tidak terjatuh.

Inilah tempat tidur saya, di rumah luas saya.

Alam Wasur begitu kaya tumbuhan maupun binatangnya, banyak gunanya bagi kami. Rumah semut ini bisa untuk membakar sagu. Kulit pohon bus biasa kami pakai untuk atap rumah atau atap bifak, tempat istirahat siang hari di antara waktu berburu. Kanguru hanya muncul saat teduh, pagi atau sore hari.

Kami tiga sekawan berlatih untuk bisa hidup sendiri dari alam kami. Kami tak perlu takut kelaparan, banyak tanaman yang bisa kami makan, seperti taman yang dipotong Frans si penidur. Perjalanan ke tanah Mar memang penuh peristiwa dan cerita, lebih-lebih bila aku ceritakan kisah Netu si angin nakal.

Kami memang harus memanjat pohon jika bertemu babi hutan saat berburu kanguru akan tidak terserang. Tapi kisahnya itu tidak pernah habis. Inilah saat-saat buruan. Saya Hendrik B Laongso, yang ingin setajam panah, gelisah menanti saat-saat seperti ini. Saya harus bisa menghitung arah angin, hati-hati baku tanah dan tajam mengamati kanguru.

Inilah warga kampungku, Kampung Kondo. Coba lihat, semua hiasan upacara ini diambil dari alam, dari bunga hingga daun-daun. Nah, di belakang itu rumah tempat aku tidur, rumah kakak perempuanku, ibu Netu si angin nakal.

Saya kesal dan marah karena kegagalan saya berburu kanguru.

Saya turut mengingatkan diri saya, seluruh kelaurga dan warga kampung saya hidup, makan dan minum dari alam sekitarnya. Mengambil kemiri di hutan untuk dijual, kerang di pantai, berburu. Saya mengingatkan diri saya, saya harus tumbuh kuat dan berani untuk bisa hidup dari alam saya, seperti sahabat dewasa saya yang lain.

Selain bersekolah, kami tiga sekawan sering bermain di hutan dekat kampung. Di hutan kami melakukan banyak pekerjaan. Hari itu saya berlatih dan menguji kekuatan saya dengan harus memanjat pohon yang tinggi dan besar untuk menangkap kuskus.

Hutan Wasur tidak hanya memberi banyak binatang, juga memberi kami akar-akar gantung yang airnya bisa diminum. Kami harus belajar memilih akar yang segar. Kami menyebut pohon itu Pariparikau. Hutan Wasur juga memberi banyak sarang ayam hutan disebut Maleo, yang bentuknya seperti gunung kecil.

Saya hidup karena alam saya. Saya harus menjaga agar tumbuhan dan binatangnya terus hidup menghidupi juga diri saya. Sebagian dari teman-teman pasti berpikir kami kejam karena berburu kanguru. Teman-teman harus mengerti, cara kamu berburu tradisional dengan panah diperbolehkan taman nasional.

Dengan panah kami cuma butuh satu hingga dua kanguru. Kami mengambil secukupnya tanpa mengurangi jumlah kanguru yang terus beranak dan bertambah. Yang tidak diperbolehkan berburu dengan sepeda motor dan parang yang disebut berburu bacok. Cara itu akan membunuh banyak rusa dan kanguru, juga merusak alam kami.

Coba kau lihat bunga bangkai yang bermekaran begitu banyak ini. Inilah tanda musim hujan mulai datang. Kami belajar perubahan waktu dari tanda-tanda alam ini. Inilah saat saya harus berburu lagi, membuktikan bahwa saya adalah si panah yang tajam, kuat dan cepat.

Saya Hendrik B Laongso, putra Wasur. Bagi saya alam ini rumah luas saya, rumput tempat tidur saya, langit atap rumah saya, binatang sahabat saya, tanah dan sungai adalah halaman saya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi