Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tokoh yang Mengemukakan Teori Mekkah

Baca di App
Lihat Foto
Kemendikbud RI
Ilustrasi Masuknya Islam di Nusantara
Penulis: Ari Welianto
|
Editor: Ari Welianto

KOMPAS.com - Sejak masuk ke Indonesia, agama Islam terus berkembang dan menjadi agama terbesar yang dianut oleh masyarakat Indonesia.

Perkembangan dan pertumbuhan begitu cepat dan masif melalui proses yang panjang sejak kedatangan hingga sekarang.

Banyak teori dari berbagai tokoh yang menjelaskan mengenai masuknya Islam ke Indonesia.

Salah satu teori tersebut adalah teori Makkah. Dalam teori Mekkah dijelaskan bahwa masuknya Islam ke Indonesia berasal dari Mekkah.

Baca juga: Teori Masuknya Islam di Nusantara

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tokoh Pencetus Teori Makkah

Tokoh yang mengemukan teori Mekkah adalah Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang lebih dikenal sebagai Buya Hamka.

Teori Makkah yang diutarakan mengenai kisah masuknya Islam di Nusantara.

Dalam buku Sejarah Indonesia: Masuknya Islam hingga Kolonialisme (2002) karya Ahmad Fakhri Hutauruk, teori Mekkah yang dicetuskan Buya Hamka dalam pidatonya pada Dies Natalies PTAIN ke-8 di Yogyakarta 1958.

Teori Mekkah diutarakan sebagai antitesis untuk tidak mengatakan sebagai koreksi mengenai teori Gujarat.

Buya Hamka menolak padangan tentang teori Gujarat, di mana menjelaskan bahwa Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13 dan berasak dari Gujarat.

Menguatkan teori Mekkah

Buya Hamka terus menguatkan teori Mekkah yang merupakan masuknya Islam ke Nusantara.

Dalam seminar Sejarah Masuknya Agama Islam di Indonesia pada 1963, Buya Hamka menjelaskan jika teori tersebut dengan mendasarkan pandangannya pada peranan bangsa Arab sebagai pembawa agama Islam ke Indonesia, kemudian diikuti oleh orang Persia dan Gujarat.

Baca juga: Wali Songo: Penyebar Islam di Tanah Jawa

Gujarat dinyatakan sebagai tempat singgah, dan Mekkah sebagai pusat atau Mesir sebagai tempat pengambilan ajaran Islam.

Pada abad ke-13 di Nusantara sudah berdiri suatu kekuatan politik Islam. Maka sudah tentu Islam masuk jauh sebelumnya yakni abad ke-7 masehi atau abad pertengahan hijriyah.

Hal itu dibuktikan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW pada 632 M dan kepemimpinan Islam dipegang oleh para khalifah.

Pada kepemimpinan khalifah, agama Islam mulai disebar lebih luas. Hingga abad ke-8, pengaruh Islam telah menyebar ke seluruh Timur Tengah, Afrika Utara, dan Spanyol.

Pada Dinasti Umayyah, pengaruh Islam semakin meluas hingga ke Nusantara.

Dipertegas tokoh orientalis

Teori Mekkah tersebut dipertegas oleh T.W Arnold, seorang orientalis dan sejarawan dari Inggris.

Ia berpendapat para pedagang Arab juga menyebarkan Islam ketika mereka dominan dalam perdagangan Barat-Timur sejak abad awal hijriyah atau abad ke-7 dan ke-8.

Baca juga: Samudera Pasai, Kerajaan Islam Pertama di Nusantara

Asumsinya bahwa pedagang Arab turut serta dalam penyebaran Islam. Pertimbangannya itu fakta dari sumber-sumber China.

Dalam sumber tersebut disebutkan menjelang akhir perempat abad ketiga abad ke-7, seorang pedagang Arab menjadi pemimpin sebuah pemukiman Arab Muslim di pesisir Pantai Sumetera.

Orang-orang Arab tersebut melakukan perkawinan dengan wanita lokal, sehingga membentuk komunitas muslim yang terdiri dari orang-orang Arab pendatang dan penduduk lokal.

Mereka juga melakukan kegiatan-kegiatan penyebaran Islam.

Buya Hamka yakin bahwa Islam masuk ke Nusantara berasal dari daerah Timur Tengah.

Ia mempunyai argumentasi lain, yaitu pengamatan pada madzhab Syafi'i yang merupakan madzhab istimewa di Mekkah dan punya pengaruh terbesar di Indonesia.

Baca juga: Sumber Hukum Pokok Ajaran Islam

Analisis tersebut yang menjadikan Buya Hamka berbeda dengan sejarawan barat atau orientalis.

Pengamatan ini yang dilupakan para sejarawan barat sekalipun menggunakan sumber yang sama, yakni laporan kunjungan Ibnu Battutah ke Sumatera dan Cambay. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi