Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lembah Bengawan Solo, Tempat Tinggal Manusia Purba di Pulau Jawa

Baca di App
Lihat Foto
Homo Erectus, yang hidup dari 1,8 juta tahun lalu disebut sebagai manusia purba pertama yang menemukan bahasa dan menggunakannya untuk berburu dan membangun kapal yang digunakan sebagai sarana transportasi menjelajah pulau-pulau terpencil
Penulis: Ari Welianto
|
Editor: Ari Welianto

KOMPAS-com - Manusia purba yang berada di beberapa daerah Pulau Jawa banyak tinggal di lembah Sungai Bengawan Solo.

Berdasarkan penelitian para ahli, di wilayah lembah Sungai Bengawan Solo banyak fosil-fosil manusia purba yang ditemukan.

Bengawan Solo membentang dari Wonogiri, Jawa Tengah hingga Gresik, Jawa Timur. 

Manusia purba yang ditemukan di Bengawan Solo

Dalam buku Ribuan Gunung, Ribuan Alat Batu: Prasejarah Song Keplek, Gunung Sewu, Jawa Timur (1998) karya Hubert Forestier, di Indonesia khususnya Pulau Jawa telah dihasilkan banyak penelitian tentang manusia purba.

Fosil yang pernah ditemukan di Bengawan Solo yakni:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pithecanthropus erectus

Pithecanthropus Erectus yang ditemukan oleh Eugene Dubois merupakan fosil manusia yang pertama kali ditemukan di Indonesia. 

Pithecanthropus Erectus ditemukan di Trinil, sebuah desa di pinggir Bengawan Solo, Jawa Timur pada 1890.

Awalnya, Eugene Dubois menemukan sebagian tulang rahang. Kemudian hingga beberapa tahun setelahnya ia kembali menemukan geraham, bagian atas tengkorak, dan tulang paha kiri.

Homo Mojokertensis

Peneliti Jerman-Belanda Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald juga mengadakan penelitian di lembah sepanjang Bengawan Solo pada 1936 hingga 1941.

Sejak 1930, von Koenigswald telah menemukan sebagian besar manusia purba yang di Sangiran, Jawa Tengah

Ia menemukan sisa-sisa tempurung kepala di Sungai Bengawan Solo bersama Oppernoorth (manusia-manusia Ngandong)

Kemudian pada tahun 1936 ia menemukan fosil tengkorak anak-anak di Perning, Mojokerto, Jawa Timur. Ia menamakan manusia itu sebagai Homo Mojokertensis.

Meganthropus Paleojavanicus

Pada tahun 1941, von Koeningswald menemukan sebagian tulang rahang bawah di Sangiran dengan ukuran yang besar. Ia menyimpulkan temuannya ini sebagai manusia yang lebih tua dari Pithecanthropus Erectus.

Oleh karena itu ia menamakannya Meganthropus Paleojavanicus. 

Homo Soloensis

Selama 1931-1934, von Koeningswald bersama Weidenrich juga menemukan 11 fosil tengkorak di Ngandong, Blora, Jawa Timur.

Fosil-fosil yang ditemukannya ini dinilai sudah semakin dekat manusia modern. Fosil-fosil ini dinamakan Homo Soloensis atau manusia dari Solo.

Baca juga: Pithecanthropus Erectus, Fosil Manusia Purba Pertama yang Ditemukan di Indonesia 

Mengapa manusia purba mendiami Bengawan Solo?

Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo merupakan DAS terbesar dan terpanjang di Pulau Jawa.

Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemendikbud), DAS Bengawan Solo memiliki karaktersitik topografi yang relatif datar.

Sebagian besar berada di daerah dataran rendah. Sehingga terbentuk aliran sungai yang berkelok-kelok (meander).

Aliran meander merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi besar terhadap tinggalan paleoantropologi dan arkeologi.

Baca juga: Fungsi Abris Sous Roche Bagi Manusia Purba

Wilayah-wilayah di aliran sepanjang Sungai Bengawan Solo yang banyak ditemukan situs-situs purba, seperti Trinil, Sambungmacan, Ceneng, dan Ngandong.

Itu salah satu bukti peradaban manusia di wilayah aliran sungai.

Pertanggalan dari temuan-temuan tersebut menunjukkan bahwa Homo erectus yang mendiami wilayah ini lebih muda (Progresif), jika dibandingkan dengan Homo erectus yang tinggal di Sangiran (Arkaik dan Tipik).

Itu menunjukkan adanya pergeseran hunian Homo erectus di ke arah hilir Sungai Bengawan Solo.

Masyarakat prasejarah mempunyai kecenderungan hidup menghuni sekitar aliran sungai. Kehidupan di sekitar sungai menunjukkan pola hidup manusia purba di alam terbuka.

Mereka juga memanfaatkan berbagai sumber daya lingkungan yang di sekitar, termasuk tinggal di gua-gua.

Baca juga: Mengapa Zaman Paleozoikum Belum Terdapat Manusia Purba?

Pada umumnya mereka bergerak tidak terlalu jauh dari sungai, danau, atau sumber air yang lain.

Hal itu disebabkan karena binatang buruan biasanya berkumpul di dekat sumber air yang banyak ikan di dalamnya.

Disitu manusia purba menantikan binatang buruannya. Apalagi tanah di sekitar sungai subur dan cocok ditumbuhi tanaman.

Sejak 2012 hingga 2014, Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran bekerja sama dengan Puslit Arkenas melakukan kajian manusia purba sepanjang DAS Bengawan Solo.

Berdasarkan survei yang dilakukan, mulai dari Medalem hingga Ngandong telah teridentifikasi sebanyak 41 teras purba yang berpotensi mengandung temuan arkeologi terutama fosil dan artefak. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi