Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sultan Hamid II, Perancang Lambang Garuda Pancasila

Baca di App
Lihat Foto
cagarbudaya.kemdikbud.go.id
Lambang Negara Indonesia hasil sketsa Sultan Hamid II
Penulis: Ari Welianto
|
Editor: Ari Welianto

KOMPAS.com - Garuda Pancasila merupakan lambang negara Indonesia yang berbentuk burung garuda dengan kepalanya yang menoleh ke sebelah kanan. 

Burung Garuda tersebut mencengkeram sebuah pita yang bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika. Tepat di tengah dada burung  Garuda terdapat perisai berbentuk menyerupai jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda. 

Tahukah kamu siapa perancang lambang Negara Indonesia? Sultan Hamid II adalah perancang lambang Negara Indonesia. 

Fokky Wasitaatmadha dalam buku Spiritualisme Pancasila (2018), mengatakan bahwa perancangan lambang Garuda Pancasila dlakukan oleh Sultan Hamid II yang kemudian disempurnakan oleh Presiden Sukarno. 

Baca juga: Jumlah Bulu pada Garuda Pancasila dan Maknanya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah terbentuknya lambang negara

Garuda Pancasila tidak serta merta muncul begitu saja. Sebelumnya, terdapat beberapa lambang negara yang sudah dibuat oleh beberapa tokoh. 

Setelah perang kemerdekaan Indonesia dan disusul pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, beberapa tokoh mulai merancang lambang negara sebagai salah satu identitas negara. 

Untuk memfasilitasi hal tersebut terbentuk Panitia Lencana Negara pada 10 januari 1950 di bawah koordinator Menteri Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susuna panitia teknis Muhammad Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantara, M,A Pellaupessy, Moh Natsir, dan RM Ng Poerbatjaraka sebagai anggota.

Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku Bung Hatta Menjawab, untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet, Menteri Priyono menyampaikan sayembara. Kemudian terpilihlah dua rancangan lambang negara terbaik. 

ua rancangan tersebut miliki SUltan Hamid II dan M Yamin. Pada proses selanjutnya, DPR memilih rancangan Sultan Hamid II. 

Karya M Yamin tidak diterima karena masih menyertakan unsur-unsur pengaruh Jepang, seperti sinar-sinar matahari. 

Baca juga: Makna yang Terkandung pada Perisai Garuda Pancasila

Tiga kali penyempurnaan

Setelah terpilih sebagai rancangan lambang negara, Garuda Pancasila mengalami tiga kali penyempurnaan, yaitu: 

  1. Mengganti pita yang dicengkeram Garuda menjadi warna putih. Sebelumnya pita tersebut berwarna merah. 
  2. Partai Masyumi keberatan terhadap gambar burung Garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang prisai. Hal tersebut dianggap terlalu bersifat mitologi. Sultan Hamid II kemudian memperbaiki gambar lambang Garuda sehingga terbentuk Rajawali Garuda Pancasila. 
  3. Semula kepala Garuda Pancasila maih gundul. Kemudian Presiden Sukarno memerintahkan Dullah, seorang pelukis istana untuk menambahkan jambul pada kepala Garuda Pancasila. Selain itu mengubah posisi cakar kaki yang semula di belakang pita menjadi di depan pita dengan bentuk mencengkeram. Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyempurnakan bentuk final dengan menambah skala ukuran dan tata warna pada gambar lambang negara. 

Lihat Foto
Dok Kompas.com
Garuda Pancasila
Siapakah Sultan Hamid II?

Sultan Hamid II memiliki nama lengkap Sultan Syarif Hamid Alkadri dari Kasultanan Pontianak. Dilansir Historia, Sultan Hamid II adalah Sultan ke-7 dari Kasultanan Qadriyah Pontianak.

Baca juga: Simbol Negara Garuda Pancasila

Sultan Hamid II lahir di Pontianak 12 Juli 1913 dari pasangan Sultan ke-6 Syarif Muhammad Al-Qadri dan Syecha Jamilah Syarwani.

Sultan Hamid II memperoleh pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS) Sukabumi, Pontianak, Yogyakarta, dan Bandung. Kemudian meneruskan ke Hogeere Burger School (HBS) di Bandung dan HBS V di Malang.

Ia sempat sekolah di Technische Hooge School (THS) (sekarang ITB), tapi keluar dan masuk ke Akademi Militer Belanda (Koninklijke Militaire Academie) di Breda, Belanda.

Setelah lulus pada 1938, ia bergabung Koninklijke Nederlandsche Indische Leger (KNIL) dan bertugas di Malang, Bandung, Balikpapan.

Ia diangkat menjadi Sultan ke-7 pada 29 OKtober 1945. Pada 1946, Sultan Hamid II diangkat menjadi ajudan Ratu Kerajaan Belanda, Wilhelmina. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi