Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Seni Arca dan Ragam Hias Peradaban Hindu-Buddha di Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/DOK UPT OBYEK WISATA DIENG
BPCB Jawa Tengah melakukan ekskavasi di lokasi penemuan candi di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com - Masuknya Hindu dan Buddha ke Indonesia dimulai pada awal masehi dengan cara perdagangan. Indonesia memiliki lokasi yang strategis dalam bidang perdagangan dan pelayaran, sehingga banyak negara yang melewati Indonesia. 

Masuknya agama Hindu dan Buddha tidak hanya dalam hal perdagangan, melainkan juga memunculkan pembaruan besar. Jejak peradaban Hindu-Buddha di Indonesia dapat terlihat dari sebi arca dan ragam hias.

Dalam jurnal Jejak-Jejak Peradaban Hindu-Buddha di Nusantara (2014) oleh Titi Surti Nastiti, arca-arca yang ada di Jawa Tengah dan Jawa Timur sebagai tanda masa kejayaan Singhasari. 

Berdasarkan penelitian sebelumnya, diketahui bahwa arca Shinghasari memiliki rumpun teratai yang keluar dari bonggolnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pada masa peradaban Hindu dan Buddha, pembuatan arca harus memiliki hubungan emosional antara seniman atau pembuat arca dengan kepercayaan atau dewa maupun dewi yang akan dibuat.

Baca juga: Kehidupan Masyarakat Masa Hindu Buddha

Para seniman harus mengerti kaidah ikonometri yang diikuti untuk membuat arca. Pembuatan arca disesuaikan dengan kedudukan dewa-dewi baik Hindu maupun Buddha. 

Sehingga arca yang menjadi peninggalan peradaban Hindu-Buddha memiliki kaidah dan ukuran-ukuran yang sesuai. Seakan-akan arca yang dibuat merupakan bentuk nyata dari dewa maupun dewi.

Lihat Foto
KOMPAS.COM/SUKOCO
Tak terawat, sejumlah arca yang diduga peninggalan jaman kerajaan Hindu di Dusun Genengan Desa Bangsri Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan Jawa Timur hilang
Ragam hias

Berdasarkan penelitian candi-candi di Yogyakarta dan Jawa Tengah terdapat ragam hias Kala yang berahang da tanpa rahang, raut wajah yang demonis dan tidak, seperti di Candi Kedulan. 

Selain itu, hiasan Kala yang memiliki rahang bawah terdapat di Candi Ijo dan Candi Sojiwan. Jika mengikuti pakem, ragam hias kepala Kala yang memiliki rahang adala ciri ragam hias Jawa Timur. 

Selain ragam hias Kala Makara, terdapat ragam hias bermotif Gana dan Pilar pada batu candi. Hal ini karena masa peradaban Hindu-Buddha memiliki ragam hias yang beragam. 

Pembuatan ragam hias pada peradaban Hindu-Buddha sudah menggunakan berbagai bahan dan teknik yang berbeda antara satu candi dengan yang lain. Seperti candi di Jawa Tengah dan Padang Lawas menggunakan monolit. Kemudian Candi Simangambat menggunakan batu candi yang dipahat sendiri kemudian digabung menjadi satu. 

Baca juga: Peninggalan Sejarah Hindu-Buddha di Indonesia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi