Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Permukiman Peradaban Hindu-Buddha di Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/SUKOCO
Candi Sadon masih menjadi rujukan siswa utuk mengetahui kejayaan jaman Kerajaan.
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com - Salah satu aspek tata ruang dalam masyarakat berupa permukiman. Pola perkumikan yang sudah diketahui adalah permukinan linier.

Di mana permukiman yang mengikuti aliran sungai, permukiman yang berada di tepi pantai, dan permukiman yang berada di pedalaman.

Pemahaman mengenai permukiman tidak hanya sebatas itu, masih dibedakan lagi menurut polanya, yaitu permukinan penduduk desa, kota, kalangan keagamaan, dan sebagainya.

Dari Jejak-Jejak Peradaban Hindu-Buddha di Nusantara (2014) karya Titi Surti Nastiti, permukiman masa Hindu-Buddha diketahui adanya situs-situs permukiman yang terletak di pedalaman sampai pada permukiman penduduk yang terletak di aliran sungai.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Jejak Seni Arca dan Ragam Hias Peradaban Hindu-Buddha di Indonesia

Permukiman dari masa Mataram Kuno

Dari situs-situs yang ditemukan dapat mengidentifikasi adanya permukiman dari masa Mataram Kuna, berikut beberapa situs tersebut:

Di Situs Nglempong tersebut ditemukan alat-alat rumah tangga dari keramik dan tembikar.

Keramik yang ditemukan didominasi oleh keramik China dari Dinasti Tang-5 abad 8-10 Masehi. Indikasi lainnya ditemukan saluran air yang terbuat dari batu.

Sementara di Situs Trowulan terdapat bangunan di dekat Candi Brahu yang diperkirakan dari abad ke-10 Masehi. Trowulan selama ini selalu dihubungan dengan ibukota Majapahir.

Keberadaan struktur itu didukung temuan-temuan berupa pecahan keramik dari abad ke-10 Masehi dan terdapat beberapa pecahan tembikar impor.

Tembikar impor tersebut dari China, berupa wadah dengan hiasan burung phoenix seperti yang ditemukan pada hiasan, keramik Dinasti 5 Dinasti.

Selain itu juga ditemukan wadah dari Thailand sejenis yang ditemukan di kapal karam Cirebon.

Baca juga: Jejak Arsitektur Peradaban Hindu-Buddha di Nusantara

Saluran air yang terbuat dari batu tidak hanya ditemukan di Situs Ngemplong, di Situs Cangak yang terletak di hutan jati, Mojokerto juga ditemukan saluran air tersebut.

Saluran air tersebut dibuat dari bata yang tingginya satu meter dengan lebar satu meter. Lantai saluran air tersebut dikeraskan dengan bubuk bata merah.

Panjang saluran yang tersebut sekitar 16 meter. Saluran ini diperkirakan berasal dari masa raja Airlangga dari abad ke-11 Masehi.

Situ Liyangan merupakan permukiman dari masa Mataram Kuno sekitar abad ke 9-10 Masehi. Memiliki area hunian, area peribadatan dengan latar keagamaan Hindu, area pertanian, dan area perbengkelan.

Area hunian ditandai dengan ditemukannya sisa rumah kayu, peralatan rumah tangga dari keramik, tembikar, logam, dan batu.

Baca juga: Awal Pengaruh Hindu Buddha di Nusantara

Area perubadatan Hindu ditandai dengan adanya Candi Hindu, bangunan batur, dan peralatan peribadatan berupa genta perunggu dan arca.

Area pertanian ditandai dengan sebaran yoni di bagian atas situs, perlatan pertanian dari logam, dan sisa padi yang hangus terbakar oleh materi vulkanik.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi