Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Ekonomi Peradaban Hindu-Buddha di Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
kemdikbud.go.id
Relief kapal besar di Candi Borobudur
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com - Peradaban Hindu-Buddha di Indonesia mengisahkan jejak perekonomian yang sudah terjadi sejak zaman sejarah.

Di dalam jejak ekonomi, muncul dua hal yang dapat dipelajari, yaitu mata pencaharian dan perdagangan yang terjadi.

Berdasarkan jurnal Jejak-Jejak Peradaban Hindu-Budha di Nusantara (2014) karya Titi Surti Nastiti, berikut penjelasan jejak ekonomi peradaban Hindu-buddha di Indonesia:

Mata pencaharian

Mata pencaharian masyarakat pada masa Hindu-Buddha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya adalah sebagai pegawai kerajaan, petani, pengrajin, pedagang, nelayan, dan lainnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beberapa mata pencaharian yang berhasil ditemukan jejaknya, di antaranya:

Secara kajian etnoarkeologi, terdapat dua kelompok masyarakat nelayan yang masing-masing memiliki peran dan fungsi yang berbeda, yaitu:

  1. Kelompok pertama, merupakan nelayan pesisir yang melakukan pekerjaan di laut bebas untuk mencari ikan dan mengangkut barang.
  2. Kelompok kedua, nelayan muara yang berprofesi sebagai tukang satang atau tambang.

Baca juga: Jejak Agama Peradaban Hindu-Buddha di Nusantara

Selain nelayan, juga ditemukan profesi sebagai tukang tambang di sepanjang aliran sungai. Banyak tukang tamban yang ditemukan di sepanjang Sungai Brantas dan Bengawan Solo.

Tukang tambang yang dimaksud adalah profesi untuk mengantar seseorang menyeberangi sungai. Menggunakan rakitan bambu yang kemudian di dayung.

Tambangan yang ada di Jawa Tengah dan Jawa Timur tidak hanya melayani penumpang antardesa, melainkan juga antar kecamatan, kabupaten, dan provinsi.

Misalnya, tukang tambang melayani penumpang dari dan ke Desa Ngloram, Jawa Tengah ke Desa Nogong, Jawa Timur.

Salah satu pengrajin tembikar yang cukup tua usianya ditemukan di Desa Tondowulan, Jombang. Pembuat tembikar secara turun temurun adalah perempuan.

Sementara laki-laki membantu untuk mengambil tanah dan membakar tembikar yang sudah jadi. Setiap perempuan membuat tembikar dengan jenis yang berbeda.

Misalnya, ada yang khusus membuat anglo atau cobek, tetapi juga ada yang membuat padasan atau gentong.

Tembikar yang dibuat pada umumnya alat-alat rumah tangga yang digunakan sehari-hari, seperti anglo, cobek, gentong, padasan, pot, dan lainnya.

Baca juga: Jejak Arsitektur Peradaban Hindu-Buddha di Nusantara

Lihat Foto
kemdikbud.go.id
Jalur perdagangan pada masa Kerajaan Sriwijaya
Perdagangan

Jalur sungai memiliki peranan yang besar dalam perdagangan. Beberapa sungai yang cukup terkenal dengan perdagangannya adalah di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo, Jawa Tengah dan DAS Barumun (Sumatera Utara).

Sampai saat ini Bengawan Solo masih menjadi urat nadi kehidupan masyarakat. Salah satu tempat tambangan dari masa Mataram Kuna yaitu di Desa Paparahuan yang sekarang menjadi Desa Jatirejo.

Pada masa lalu, tambangan sangat mungkin sekali dijadikan tempat perdagangan. Para pedagang yang membawa barang dagangan dari satu desa ke desa lain memakin jasa tambangan.

Baca juga: Jejak Seni Arca dan Ragam Hias Peradaban Hindu-Buddha di Indonesia

Selain untuk tempat tambangan, Bengawan Solo digunakan sebagai alat transportasi desa-desa yang berada di pinggir sungai.

Melihat lebarnya sungai Bengawan Solo dan anak-anak sungai Benagwan Solo, dimungkinakan sebagai jalur-jalur perdagangan yang membawa barang-barang komoditi dari satu tempat ke tempat lain.

Sementara itu, di wilayah DAS Barumun menunjukkan bahwa keramik di bagian hulu lebih tua dengan bagian hilir lebih muda.

Hal ini menarik mengingat semestinya bagian hilir lebih awal dijangkau perdagangan inter-regional. Mengingat keramik berasal dari luar Nusantara maka seharusnya ditemukan di bagian hilir sebagai pintu masuk barang-barang komoditi impor.

Kronologis situs beserta temuannya yang lebih tua di wilayah hulu memberikan asumsi bahwa masuknya pengaruh luar bukan masik dari daerah -pantai melalui sungai, melainkan melalui jalur darat.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi