Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlawanan Aceh Terhadap Bangsa Barat

Baca di App
Lihat Foto
shutterstock.com
Ilustrasi Portugis sampai ke Indonesia
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com - Keberhasilan Portugis merebut Malaka ternyata justru menjauhkannya dari tujuan untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah. Bahkan hal tersebut mengacaukan struktur perdagangan di Asia Tenggara, khususnya kepulauan Indonesia dan Semenanjung Melayu.

Banyak pedagang Asia yang mengindari Kota Malaka yang telah dimonopoli Portugis dan secara tidak langsung membuat peran Malaka merosot sebagai pelabuhan transit.

Aceh dan Portugis

Buku A History of Modern Indonesia since c.1200 (2005) karya MC Ricklefs, menjelaskan bahwa dengan merosotnya peran Malaka membuat beberapa daerah berkembang sebagai kota dagang baru, salah satunya Aceh.

Pada 1511, di bawah kekuasaan Sultan Ali Mughayar, Aceh merupakan satu pelabuhan kecil yang berada di bawah kekuasaan Pidie. Pada saat Malaka direbut Portugis, sebagin besar komunitas dagang Asia pindah ke Aceh.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penghidupan utama penduduk Aceh yaitu nelayan dan pekerjaan sampingannya adalah merampok di laut.

Baca juga: Dampak Portugis di Malaka dan Maluku

Dengan bermodal 30 kapal, Aceh berhasil menyergap kapal-kapal Portugis dan membawa beberapa meriam dari kapal Portugis. Dengan meningkatnya kekuatan dan persenjataan, Aceh berhasil menaklukan Pidie dan memperluas kekuasaannya ke Deli dan Sumatera Barat.

Pada 1524, Pidie dan Pasai berhasil dikuasai Aceh, setelah pasukannya berhasil mengusir Potugis dari daerahnya.

Kemenangan Aceh akan Portugis dilengkapi dengan keberhasilan Aceh mengalahkan armada Portugis di Aru. Kemenangan Aceh membuat posisinya tidak hanya berhadapan dengan Portugis, melainkan juga dengan Johor.

Kesultanan Johor adalah pusat kekuatan politik baru Melayu setelah Malaka direbut Portugis. Kesultanan itu berhasil mempertahankan eksistensinya dan mempertahankan perdagangan internasionalnya.

Lihat Foto
Gampong Lhong Cut Kec. Banda Raya Banda Aceh Kota
Taman Putroe Phang yang dibangun Sultan Iskandar Muda, pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Aceh (Kesultanan Aceh), untuk Putri Phang (Putri Kamilah), permaisuri yang dipersuntingnya dari Kerajaan Pahang Malaysia.
Kekuatan Aceh

Sultan Iskandar Muda tercatat sebagai pengausa terbesar di antara penguasa Aceh. Pada awal abad ke-17 berhasil membawa Aceh menjadi kerajaan maritim terbesar di wilayah Nusantara bagian barat.

Kekuatan armada perangnya, serta armada dagang menjadikan mata uang mas Aceh (dirham) disukai dan diterima oleh komunitas pedagang Asia sebagai salah satu alat pembayaran yang sah.

Baca juga: Awal Kolonialisme Bangsa Barat

Pada 1614, armada Aceh berhasil mengalahkan armada Portugis di Bintan, kemudian pada 1617 Aceh juga berhasil merebut Pahang. Pada 1620 giliran Kedah direbut Aceh dan tiga tahun kemudian Aceh kembali merampok Johor.

Namun Johor maupun Portugis tidak pernah menyerang balik ke Aceh. Serangan militer Aceh baru berhenti pada 1629, di mana armada lautnya mederita kekalahan besar di pelabuhan Malaka Portugis. Setelah kekalahan itu, Iskandar Muda tidak pernah menyerang Malaka Portugis.

Kebesaran kesultanan Aceh tidak hanya terletak pada kekuatan militernya, tetapi juga kemampuan untuk menjalin hubungan diplomatik dengan dunia Asia Barat, terutama Turki.

Dari beberapa negara Nusantara, kemungkinan besar hanya Aceh yang memiliki hubungan internasional. Duta-duta Aceh tidak hanya sampai ke Istambul, Turki, tetapi juga mengunjungi raja-raja ke Eropa.

Baca juga: Perdagangan Asia serta Munculnya Imperialisme-Kolonialisme Barat

Di Asia sendiri, duta Aceh antara lain berkunjung di India. Dari misi diplomatik, hubungan dengan Turki yang paling membawa hasil besar. Turki melihat kehadiran Aceh sebagai suatu kesempatan untuk memerangi Portugis-Spanyol di wilayah timur.

Ada satu faktor yang membuat Aceh tidak mampu mengembangkan dirinya menjadi kerajaan besar di Nusantara, yaitu intrik-intrik di dalam istananya sendiri, baik di kalangan elit pusat maupun daerah.

Setelah Iskandar Muda meninggal, peranan Aceh dalam politik maupun perdagangan merosot, sehingga memberi kesempatan kepada Johor untuk membenahi dirinya. Johor kemudian berhasil menegakkan kembali pengaruhnya di Semenanjung Malaya dan kawasan selat bagian selatan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi