Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Sapardi Djoko Damono: Penyair Legendaris Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/ANDI MUTTYA KETENG PANGERANG
Sapardi Djoko Damono diabadikan usai acara peluncuran novel Hujan Bulan Juni karyanya di Gramedia Central Park, Jakarta Barat, Minggu (14/6/2015) sore.
Penulis: Ari Welianto
|
Editor: Ari Welianto

KOMPAS.com - Salah satu penyair terkenal Indonesia, Sapardi Djoko Damono dikabarkan meninggal dunia pada, Minggu (19/5).

Selain sebagai penyair, Sapardi Djoko Damono juga dikenal sebagai penulis puisi dan buku.

Banyak karya-karya yang dihasilkan dan cukup terkenal di masyarakat.

Siapa Sapardi Djoko Damono?

Sapardi Djoko Damono dikenal sebagai seorang penyair.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Sastrawan Sapardi Djoko Damono Meninggal Dunia

Dalam buku Sapardi Djoko Damono: Karya dan Dunianya (2006) karya Bakdi Soemanto, Sapardi Djoko Damono dilahirkan di Solo pada, 20 Maret 1940 tepatnya di daerah Kratonan.

Ia merupakan anak pertama pasangan Sadyoko dan Sapariah. Ayahnya merupakan seorang abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta yang mempunyai keahlian menatah wayang kulit.

Sejak kecil Sapardi, suka kluyuran seperti ayahnya dengan pergi atau main ke berbagai tempat.

Namun, setelah pindah rumah dari Ngadijayan yang merupakan rumah eyang (kakek) Sapardi ke daerah Komplang daerah Solo bagian utara.

Ia lebih banyak tinggal di rumah. Karena daerah yang ditempat tidak ramai seperti di tempat tinggal sebelumnya dan belum ada listrik. Penerangan dilakukan menggunakan senthir atau teplok.

Akan tetapi, keputusannnya banyak di rumah dan menikmati kesendirian itu tidak menghentikan untuk kluyuran. Namun, kluyurannnya bukan dalam arti fisik di dunia nyata melainkan di dunia batinnya.

Baca juga: Sapardi Djoko Damono Meninggal Dunia, Warganet Ungkapkan Dukacita

Dengan kata lain, Sapardi terus menerus pengembaraan. Jelasnya, dengan masuk ke dalam telinganya sendiri, Sapardi menyusup ke dalam sanubarinya.

Sambil membongkar pasang kata, untuk mendengarkan secara lebih jelas dan terang bisikan yang diucapkan kepadanya.

Menulis Puisi

Pada tahun kepindahan dari Ngadijayan ke Kampung Komplang, Sapardi mulai menulis puisi. Ia belajar menulis pada November 1957.

Ia menulis apa saja, pokoknya tidak mengutip maupun menerjemahkan. Satu bulan setelah belajar menulis, karya yang berupa sajak dimuat di majalah kebudayaan yang terbit di Semarang.

Namun, ia lupa judul sajak yang ditulis dan majalah yang memuat hasil karyanya.

Baca juga: Sapardi Djoko Damono dan Penghargaan Internasionalnya

Tahun berikutnya, sajak-sajaknya mulai bermunculan di ruang-runag kebudayaan diberbagai penerbitan seperti penerbitan yang diasuh oleh H.B Jassin.

Saat kecil, Sapardi masuk di Sekolah Rakyat (SR) Kasatriyan yang berada di lingkungan Keraton Kasunanan Surakarta. Setelah tamat SR, ia melanjutkan di SMP II yang lokasinya di wilayah Mangkunegaran.

Kemudian masuk ke SMA II Solo, setekah lulus masuk ke Universitas Gajah Mada (UGM) mengambil jurusan Sastra Barat Fakultas Sastra dan Kebudayaan.

Ia pernah memperdalam pengetahuan tentang humanities di University of Hawaii, Amerika Serikat, pada 1970—1971.

Sejak masuk sekolah, ia sudah bergelut dengan dunia sastra. Ia sering ikut mengisi majalah dinding.

Memiliki bakat lain

Selain menulis puasi, Sapardi juga sebagai penulis. Ia belajar melukis dari sahabatnya bernama Jeihan.

Baca juga: Sapardi Djoko Damono Meninggal, Alami Penurunan Fungsi Organ

Persahabatan dengan Jeihan membuka jalan terciptanya patung Sapardi telanjang yang secara khusus diciptkan sang pelukis untuk pameran lukisan Jeihan di Jakarta pada 29 Juli 2005.

Pernah lukisannya dilelang untuk amal bersama dengan beberapa pelukis lainnya. Dari situ, Sapardi mempunyai perhatian yang sangat beragam.

Bahkan, Sapardi pernah menyutradarai pentas drama, antara lain Petang di Taman karangan Iwan Simatupang.

Sapardi juga memberikan arahan kepada mahasiswa baru. Arahan itu terutama berkisar tentang bagaimana cara membawakan puisi yang baik.

Sapardi, beberapa kali sering naik pentas untuk membawakan peran tatkala bergabung dengan teater Rendra pimpinan WS Rendra.

Dari berbagai kemampuan berkesenian yang dimiliki oleh Sapardi, seperti menari, menabuh gamelan, main gitar, menggambar, main drama dan menjadi sastrawan, hanya bidang sastra yang menonjol.

Baca juga: Jenazah Sapardi Djoko Damono Akan Dibawa ke Rumah Duka di Ciputat

Ia bukan hanya dikenal sebagai penyair papan atas di Indonesia, tapi juga di luar negeri. Sajak-sajaknya telah diterjemahkan ke berbagai bahasa di dunia.

Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Sapardi Djoko Damono juga dikenal sebagai dosen, pengamat sastra, kritikus sastra, dan pakar sastra.

Dalam usaha mendukung pengembangan kariernya sebagai sastrawan, Sapardi sering menghadiri berbagai pertemuan internasional.

Sejak tahun 1978 Sapardi menjabat Country Editor majalah Tenggara Journal of Southeast Asian Literature, Kuala Lumpur.

Sejak 1982 ia tercatat sebagai anggota penyusun Anthropology of Asean Literature, COCI, ASEAN.

Pada 1988, Sapardi menjadi panelis dalam Discussion dan sebagai anggota Komite Pendiri Asean Poetry Centre di Bharat Bhavan, Bhopal, India.

Peranan Sapardi Djoko Damono dalam kehidupan sastra Indonesia sangat penting.

Baca juga: Maudy Koesnaedi: Selamat Istirahat Pak Sapardi Djoko Damono

A. Teeuw dalam bukunya Sastra Indonesia Modern II (1989) menyatakan bahwa Sapardi adalah seorang cendekiawan muda yang mulai menulis sekitar 1960.

Ada perkembangan yang jelas terlihat dalam puisi Sapardi, terutama dalam hal susunan formal puisi-puisinya.

Ia, seorang penyair yang orisinil dan kreatif, dengan percobaan-percobaan pembaharuannya yang mengejutkan, tetapi dalam segala kerendahan hatinya, boleh jadi menjadi petunjuk tentang perkembangan-perkembangan mendatang.

Sejauh ini, Sapardi telah menerjemahkan beberapa karya sastra asing ke dalam bahasa Indonesia, di antaranya:

Baca juga: Karya dan Perjalanan Sastra Sapardi Djoko Damono

  • Lelaki Tua dan Laut (The Old Man and the Sea, Hemingway)
  • Daisy Manis (Daisy Milles, Henry James)
  • Puisi Brasilia Modern
  • George Siferis
  • Sepilihan Sajak
  • Puisi Cina Klasik
  • Puisi Klasik
  • Shakuntala
  • Dimensi Mistik dalam Islam karya Annemarie Schimmel
  • Afrika yang Resah (Song of Lowino dan Song of Ocol oleh Okot p'Bitek).
  • Duka Cita bagi Elektra (Mourning Becomes Electra oleh Eugene O'Neill)
  • Amarah I dan II (The Grapes of Wrath, John Steinbeck)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Baca tentang
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi