Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Struktur Teks Cerita Sejarah

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS/DJOKO POERNOMO
Tentang Monumen Serangan Umum 1 Maret Yogyakarta. Monumen Serangan Umum 1 Maret berada di area sekitar Museum Benteng Vredeburg yaitu tepat di depan Kantor Pos Besar Yogyakarta. Monumen ini dibangun untuk memperingati serangan tentara Indonesia terhadap Belanda pada tanggal 1 Maret 1949.
|
Editor: Nibras Nada Nailufar

KOMPAS.com - Teks cerita sejarah adalah teks yang berisi asal-usul atau peristiwa sejarah di masa lalu. Dalam bahasa Inggris, teks ini kita kenal dengan historical recount text.

Dilansir dari Teks dalam Kajian Struktur dan Kebahasaan (2017), teks cerita sejarah memiliki struktur sebagai berikut:

Orientasi

Orientasi memberi informasi mengenai peristiwa atau hal yang ingin diangkat dalam teks.

Orientasi berfungsi sebagai pendahuluan. Bagian ini mengantarkan pembaca mengetahui peristiwa sejarah sebelum masuk ke detilnya.

Peristiwa

Pada tahap ini, tulisan memuat urutan peristiwa sejarah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Kenapa Harus Belajar Sejarah?

Biasanya bagian ini dibuka dengan, "Bermula pada..." dan sebagainya.
Bagian ini memuat informasi inti dari tulisan.

Rangkaian kejadian harus ditulis dengan urut. Ini agar tulisan tidak membingungkan.

Reorientasi

Reorientasi adalah penutup dari teks cerita sejarah. Reorientasi bertujuan menghadirkan kembali peristiwa sejarah pada masa kini.

Bagian ini menekankan pentingnya peristiwa sejarah itu, atau penyelesaiannya kini. Kendati demikian, reorientasi bisa saja digunakan, bisa juga tidak.

Simak contoh teks cerita sejarah dan pembedahan strukturnya berikut ini:

Baca juga: Unsur-Unsur Penting dalam Sejarah

Sejarah Perang Gerilya saat Agresi Militer Belanda

Orientasi:

Bangsa Indonesia pernah menjalani perang gerilya pada masa mempertahankan kemerdekaan setelah Proklamasi, 17 Agustus 1945. Perang gerilya adalah perang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, berpindah-pindah dan penuh kecepatan.

Gerilya merupakan salah satu strategi perang dalam perjuangan para pejuang dalam rangka merebut dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Peristiwa:

Perang gerilnya dipimpin oleh Panglima Besar Jenderal Soedirman. Perang gerilya terjadi di Yogyakarta saat Agresi Militer Belanda II pada 1948. Pada waktu itu Yagyakarta menjadi ibu kota Indonesia setelah Jakarta dikuasai Belanda. Belanda kembali masuk ke Indonesia terutama di Pulau Jawa pada 14 Desember 1948.

Kedatangan Belanda untuk melumpuhkan dan menghancurkan semangat militer Indonesia. Berbagai serangan dilakukan oleh pasukan Belanda. Di Yogyakarta, serangan dilancarkan di Pangkalan Udara Maguwo, kemudian berlanjut lewat serangan darat. Pada 19 Desember 1948, Yogyakarta mampu dilumpuhkan dan dikuasai pasukan Belanda.

Pada 22 Desember 1948, Jenderal Soedirman meninggalkan Yogyakarta untuk gerilya. Selama gerilya Jenderal Soedirman dan pasukan berjalan untuk berpindah-pindah tempat. Mereka berjalan cukup jauh dengan menyeberangi sungai, gunung, lembah, dan hutan.

Para pejuang juga melakukan penyerangan ke pos-pos yang dijaga Belanda atau saat konvoi. Gerilya yang dilakukan pasukan Indonesia merupakan strategi perang untuk memecah konsentrasi pasukan Belanda. Kondisi itu membuat pasukan Belanda kewalahan.

Agresi Militer Belanda II membuat situasi Yogyakarta sangat tidak kondusif. Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai raja Keraton Yogyakarta Hadiningrat mengirimkan surat kepada Jenderal Sudirman untuk meminta izin diadakan serangan.

Setelah perancanaan yang matang, 1 Maret 1949 pagi hari, serangan besar-besaran yang serentak dilakukan di seluruh wilayah Indonesia. Fokus utama penyerangan di ibu kota Indonesia, Yogyakarta.

Pagi hari sekitar pukul 06.00 WIB, sewaktu sirine dibunyikan serangan dilakukan di segala penjuru kota. Pasukan Indonesia berhasil menguasai Kota Yogyakarta selama 6 jam.

Reorientasi:

Serangan yang terjadi pada 1 Maret akhirnya didirikan Monumen Serangan Umum 1 Maret. Monumen itu merupakan salah satu landmark dan cagar budaya Kota Yogyakarta. Monumen itu juga untuk mengingatkan tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi