Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlawanan Gowa-Tallo (Makassar) terhadap VOC

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/Hendra Cipto
Dinding Benteng Somba Opu
Penulis: Gama Prabowo
|
Editor: Serafica Gischa

 

KOMPAS.com - Kesultanan Gowa-Tallo merupakan salah satu kesultanan terbesar di kawasan Indonesia Timur pada sekitar abad 16 - 17 Masehi.

Dalam buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (1981) karya M.C Ricklefs, disebutkan bahwa Kesultanan Gowa-Tallo memiliki kekuatan militer yang harus diperhatikan lebih daripada musuh-musuh VOC lain di Maluku Selatan.

Selain itu, Gowa-Tallo memiliki kekuatan ekonomi perdagangan yang sangat kuat. Kesultanan ini memiliki pelabuhan perdagangan internasional yang berada di Somba Opu (pesisir Sulawesi Selatan).

Kawasan Somba Opu dijadikan pula sebagai pusat pemerintahan Gowa-Tallo serta kawasan yang menampung pedagang internasional.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Perlawanan Banten terhadap VOC

Latar belakang perlawanan Gowa-Tallo

Kejayaan Gowa-Tallo ketika berada dibawah pemerintahan Sultan Hasanuddin (1653-1669 M) membuat posisi VOC di kawasan Indonesia Timur menjadi terancam.

Rivalitas antara Gowa-Tallo dan VOC semakin meruncing dan perang tak lagi bisa terelakkan. Dalam buku Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia (2012) karya Daliman, latar belakang perlawanan Gowa-Tallo terhadap VOC, yaitu:

Untuk menghadapi tindakan VOC yang semena-mena, Sultan Hasanudin memperkuat pasukan dengan memerintahkan kerajaan bawahan di Nusa Tenggara untuk mengirimkan prajuritnya.

Sedangkan di lain sisi, VOC menggunakan politik Devide et Impera dengan meminta bantuan Arung Palaka dari Kesultanan Bone.

Baca juga: Perlawanan Aceh Terhadap Portugis dan VOC

Arung Palaka menerima permintaan dari VOC dengan alasan ingin membalas kekalahannya atas Gowa-Tallo dan merebut kembali kemerdekaan Bone.

Perlawanan Gowa-Tallo terhadap VOC

VOC dibawah JC Speelman membawa sekitar 1900 prajurit dan 21 armada kapal perang. Ditambah lagi pasukan dari Bone dibawah pimpinan Arung Palaka.

Pertempuran berlangsung sengit selama 4 bulan dan Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani perjanjian Bongaya yang intinya berisi :

Baca juga: Perlawanan Kolonialisme dan Imperialisme: Maluku Angkat Senjata

Akhir perlawanan

Sultan Hasanudin pada awal 1668 membatalkan perjanjian Bongaya yang sangat merugikan Gowa-Tallo. Pada 1669, Arung Palaka menyerang benteng Somba Opu dengan kekuatan sekitar 7.000-8.000 pasukan.

Arung Palaka dapat menaklukan benteng Somba Opu dan Sultan Hasanudin beserta pasukannya melarikan diri hingga meninggal pada tahun 1670.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca tentang
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi