Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Pattimura Melawan Belanda

Baca di App
Lihat Foto
tribunnewswiki.com
Kapitan Pattimura
Penulis: Gama Prabowo
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com - Kawasan Maluku pada abad pertengahan merupakan surga bagi para pencari rempah-rempah dengan kualitas terbaik.

Banyak pedagang internasional seperti Cina, India bahkan Arab datang di kawasan ini untuk berdagang rempah-rempah.

Pada sekitar abad 16-17 M, bangsa-bangsa Eropa seperti Inggris, Belanda, Spanyol dan Portugis mencoba memperebutkan kekuasaan dagang atas Maluku.

Latar belakang

Pada awal abad 19, kawasan Maluku kembali berada dibawah kekuasaan Belanda setelah Inggris menandatangani perjanjian traktat London dengan menyerahkan wilayah kekuasaan Indonesia kepada Belanda.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendudukan kembali Belanda di Maluku membawa banyak masalah dan kesengsaraan bagi rakyat Maluku.

Rakyat Maluku tidak mau terus menderita dibawah keserahahan bangsa belanda, oleh karena itu, perlu mengadakan perlawanan untuk menentang kebijakan belanda di bawah pimpinan  komando Thomas Matulessy atau biasa disebut Kapitan Pattimura.

Baca juga: Perlawanan Raden Mas Said dan Pangeran Mangkubumi Terhadap VOC

Dalam buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (1981) karya M.C Ricklefs, disebutkan bahwa latar belakang perlawanan masyarakat Maluku terhadap Belanda pada 1817 adalah :

  1. Tindakan monopoli perdagangan rempah-rempah yang dilakukan Belanda melalui pelayaran Hongi di Maluku.
  2. Timbulnya kesengsaraan Maluku karena kebijakan penyerahan wajib berupa penyerahan ikan asin, kopi dan hasil laut lainnya kepada Belanda.
  3. Sikap Residen Saparua yang memberlakukan masyarakat Maluku dengan sewenang-wenang.

Perlawanan Maluku

Rakyat Maluku pada Mei 1817 membuat beberapa pertemuan untuk membahas strategi dan konsep perlawanan terhadap Belanda.

Baca juga: Perang Tondano Melawan Belanda

Dalam pertemuan 14 Mei 1817, rakyat Maluku mengangkat Thomas Matulessy yang merupakan bekas tentara Korps Ambon dan menamainya sebagai Kapiten Pattimura.

Pada 16 Mei 1817, operasi penyerangan pos-pos dan benteng Belanda di Saparua dimulai oleh Kapitan Pattimura dan pasukannya.

Operasi tersebut berhasil merebut benteng Duurstede dan menewaskan kepala residen Saparua bernama van den Berg beserta pasukannya.

Belanda berupaya untuk merebut kembali benteng Duurstede dengan mendatangkan bantuan dari Ambon pada 20 Mei 1817. Belanda dengan kekuatan lebih 200 prajurit di bawah pimpinan Mayor Beetjes menyerang Pattimura dan pasukannya di Saparua.

Upaya perebutan kembali benteng Duurstede dan Saparua dapat digagalkan oleh Pattimura dan pasukannya. Kemenangan dalam pertempuran lain juga didapatkan oleh Pattimura di sekitar pulau Seram, Hatawano, Hitu, Haruku, Waisisil dan Larike.

Baca juga: Perlawanan Kolonialisme dan Imperialisme: Maluku Angkat Senjata

Lihat Foto
kemdikbud.go.id
Ilustrasi perang Maluku melawan Belanda
Akhir perlawanan

Perlawanan rakyat Maluku terhadap Belanda mulai terlihat pada Agustus 1817. Pihak Belanda meminta bantuan dari Batavia untuk memadamkan perlawanan Pattimura.

Dilansir dari buku Kapitan Pattimura (1985) karya I.O Nanulaitta, menyebutkan bahwa Pattimura dikhianati oleh raja Booi dari Saparua dengan membocorkan informasi tentang strategi perang Pattimura dan rakyat Maluku, sehingga Belanda mampu merebut kembali Saparua.

Pada Desember 1817, Pattimura dihukum gantung di Ambon bersama 3 orang lainnya serta menandai berakhirnya perlawanan rakyat Maluku terhadap Belanda.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi