Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik Indonesia – Belanda dan Pengaruhnya

Baca di App
Lihat Foto
C.J. (Cees) Taillie
Iring-iringan tentara saat Agresi Militer Belanda I pada 1947.
Penulis: Gama Prabowo
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com - Konflik antara Indonesia dan Belanda yang terjadi pada masa awal kemerdekaan disebabkan oleh keinginan Belanda untuk kembali berkuasa di wilayah Indonesia.

Dilansir dari buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (2005) karya M.C Ricklefs, tujuan kedatangan Belanda di Indonesia adalah menghancurkan sebuah negara yang bekerja sama dengan Jepang dan memulihkan pemerintahan kolonial yang telah mereka bangun selama 350 tahun.

Kedatangan Belanda di Indonesia

Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II berakibat pada hilangnya daerah kekuasaan Jepang di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Inggris ditunjuk oleh aliansi Sekutu untuk melucuti, memulangkan tentara Jepang di Indonesia. Inggris membentuk AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) untuk melakukan tugas tersebut.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Kedatangan Belanda di Indonesia

Pasukan Sekutu mendarat di Jakarta pada September 1945. Kedatangan pasukan Sekutu ini ternyata diboncengi oleh NICA (Netherland Indies Civil Administration – pemerintahan sipil Hindia Belanda) yang ingin kembali berkuasa atas wilayah Indonesia.

Kedatangan NICA di Indonesia mendapat penolakan dan perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah yang ingin mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

Perlawanan rakyat Indonesia terhadap Belanda menyebabkan konflik yang berkepanjangan. Konflik antara Indonesia – Belanda berlangsung dari September 1945 – Desember 1949.

Belanda melancarkan Agresi Militer Belanda I (1947) dan Agresi Militer Belanda II (1948) dengan tujuan meruntuhkan pemerintahan Republik Indonesia. Dalam menghadapi Agresi Militer Belanda, pemerintah Indonesia menempuh jalur pertempuran fisik dan diplomasi.

Baca juga: Reaksi Bangsa Indonesia Terhadap Kedatangan Belanda

Pengaruh Konflik Indonesia-Belanda

Konflik yang terjadi antara Indonesia dan Belanda tentu berimbas di berbagai bidang, berikut di antaranya: 

Konflik antara Indonesia dan Belanda menimbulkan pengaruh yang besar dalam bidang politik. Belanda kembali menerapkan politik devide et impera (memecah persatuan) di berbagai daerah Indonesia.

Dilansir dari buku Sejarah Revolusi Indonesia 1945-1950: Perjuangan Bersenjata dan Diplomasi untuk Mempertahankan Kemerdekaan (2010) karya Garda Maeswara, eksekusi program politik devide et impera dilakukan Belanda dengan cara membuat negara-negara di wilayah Indonesia, melalui Konferensi Malino, Konferensi Pangkal Pinang dan Konferensi Denpasar.

Konferensi tersebut menghasilkan Badan Permusyawaratan Federal (BFO) yang menaungi pengelolaan Republik Indonesia Serikat pada masa revolusi (1945-1949). BFO terdiri dari 15 pemimpin negara bagian dan daerah otonom yang tergabung dalam RIS.

Baca juga: Konferensi Meja Bundar, Belanda Akui Kedaulatan Indonesia

Konflik Indonesia – Belanda juga menimbulkan krisis ekonomi nasional di Indonesia. Belanda menerapkan blokade ekonomi terhadap Indonesia, sehingga Indonesia tidak bisa melakukan kegiatan perdagangan Internasional.

Untuk mengatasi blokade ekonomi, Indonesia melakukan upaya diplomasi dengan mengirim beras ke India. Sedangkan India mengirimkan pakaian dan obat-obatan untuk Indonesia. Tindakan tersebut tidak bisa ditahan oleh Belanda karena bersifat bantuan kemanusiaan, bukan kegiatan ekonomi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi