Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Politik Luar Negeri Indonesia masa Demokrasi Parlementer

Baca di App
Lihat Foto
IPPHOS
Presiden Soekarno tatkala menyampaikan pidato pembukaan Konferensi Asia Afrika di Bandung. Di latar belakang antara lain tampak PM India Nehru, PM Birma U Nu, Pm Ali Sastroamidjojo serta para pemimpin negara sponsor KAA lainnya.
Penulis: Gama Prabowo
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com - Masa Demokrasi Parlementer di Indonesia berlangsung pada tahun 1950-1959.

Pada masa Demokrasi Parlementer, pemerintah Indonesia ingin memperkuat eksistensi NKRI di kancah internasional melalui kebijakan-kebijakan politik luar negeri.

Kebijakan politik luar negeri Indonesia pada masa Demokrasi Parlementer memiliki empat tujuan utama yaitu :

Baca juga: Politik Luar Negeri Bebas Aktif Indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berdasarkan tujuan utama politik luar negeri Indonesia diatas, berikut kebijakan politik luar negeri Indonesia pada masa Demokrasi Parlementer :

Konferensi Asia Afrika (KAA)

Untuk mengantisipasi potensi bahaya Perang Dingin, Indonesia mengambil langkah politik luar negeri dengan mengadakan kerja sama antara negara-negara Asia Afrika untuk turut menjaga perdamaian dunia.

Dalam buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (2015) karya M.C Ricklefs, pada bulan April 1955 pemerintahan kabinet Ali Sastroamidjojo I menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika yang dihadiri oleh 29 negara Asia dan Afrika.

KAA bertujuan untuk menggalang persatuan dan kesatuan negara-negara di Asia dan Afrika demi tercapainya keselamatan dan kedamaian dunia.

Konferensi Asia Afrika adalah keberhasilan besar politik luar negeri Indonesia pada masa Demokrasi Parlementer.

Baca juga: Kondisi Politik masa Orde Baru

 

KAA menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemimpin dunia karena mampu menyatukan negara-negara berkembang untuk bersikap netral terhadap peristiwa Perang Dingin yang sedang berlangsung pada masa itu.

Pasca Konferensi Asia Afrika, Indonesia kembali menjadi pencetus Gerakan Non Blok bersama Yugoslavia, India, Mesir, dan Ghana pada 1961.

Lihat Foto
Dok. BiografiKu.com
Ir Djuanda Kartawidjaja, PM terakhir Indonesia, pencetus Deklarasi Djuanda, serta pahlawan nasional di pecahan Rp 50.000 uang NKRI baru.
Deklarasi Djuanda

Dalam buku Laut, Teritorial dan Perairan Indonesia: Himpunan Ordonasi, Undang-Undang dan Peraturan Lainnya (1984) karya Andi Hamzah, Deklarasi Djuanda adalah kebijakan politik luar negeri di sektor maritim yang bertujuan untuk mempertahankan negara Indonesia sebagai negara kesatuan dan juga untuk merubah batas laut teritorial Indonesia.

Deklarasi Djuanda dicetuskan pada masa pemerintahan kabinet Djuanda tahun 1957. Deklarasi Djuanda menyebutkan bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI.

Baca juga: Dinamika Politik Partai masa Demokrasi Liberal

 

Deklarasi Djuanda selalu disampaikan dalam forum internasional seperti UNCLOS (United Nations Conference on The Law of The Sea) untuk mendapat pengakuan internasional. Deklarasi Djuanda memberikan dampak luar biasa bagi perluasan wilayah perairan laut Indonesia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi