KOMPAS.com - Allegori adalah salah satu dari sekian macam majas. Majas disebut juga gaya bahasa.
Gaya bahasa merupakan susunan perkataan yang terjadi karena perasaan atau ekspresi yang ada dalam diri penulis. Gaya bahasa membuat kalimat lebih hidup, karena menimbulkan reaksi tertentu.
Sebutan lain untuk Allegori adalah cerita kiasan. Cerita kiasan maksudnya menceritakan suatu kejadian atau yang berkaitan, dengan bahasa kiasan.
Allegori banyak ditemukan pada sajak-sajak era Pujangga Baru. Namun kita juga dapat menggunakan majas macam ini dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut contoh-contoh majas Allegori:
- Kemampuan seseorang dalam menulis seperti pisau, semakin diasah maka akan semakin tajam.
- Perasaanku seperti sekaleng permen berbagai rasa, hari ini bisa dapat rasa manis, besok asam, besoknya lagi segar, kadang ada yang pedas.
- Hidup ini seperti roda berputar, terkadang kita berada di atas, tetapi kita juga akan berada di bawah, hanya perlu menunggu sampai kembali ke atas.
- Manusia lahir ke dunia bagai kertas putih, belum digores dengan tinta, atau belum lusuh kena gesekan banyak benda.
- Contoh dari penggalan puisi “Teratai” untuk Ki Hajar Dewantara karya Sanusi Pane:
Akarnya tumbuh di hari dunia,
Daun bersemu Laksmi mengarang,
Biarpun ia diabaikan orang,
Serodja kembang gemilang mulia.
- Contoh dari penggalan puisi “Menuju ke Laut” karya Ankatan Baru:
Sejak itu jiwa geisah.
Selalu berjuang, tiada reda.
Ketenangan lama rasa beku,
gunung pelindung rasa pengalang.
Berontak hati jiwa bebas,
Menyerang segala apa mengadang
- Contoh dari penggalan puisi “Di Kebon Binatang” karya Sapardi Djoko Damono:
Seorang wanita berdiri terpikat memandang ular yang melilit sebatang pohon sambil menjulur-julurkan lidahnya, katanya kepada suaminya, “Alangkah indah kulit ular itu untuk tas dan sepatu!”
Lelaki muda itu seperti teringat sesuatu, cepat-cepat menarik lengan isterinya menginggalkan tempat terkutuk itu.
- Bumi seperti ibu, ia memberi kehidupan, menyediakan makanan, dan melindungi manusia dari berbagai bencana. Maka baiknya kita menjaga dan merawat ibu bumi.
- Sifatnya seperti telaga di gunung, begitu menenagnkan, tetapi jangan sampai membuat riak. Semakin kencang kau mengganggunya, semakin kuat riak yang ia berikan.
- Ibarat air dan api, hubungan kita tidak akan berhasil, orang tua kita hanya akan saling menyakiti dan meredupkan.
- Aku dan adikku bagai tumur dan barat, bertentangan satu sama lain. Ia ceria dan suka berteman. Aku suka merenung dan diam di kamar.
- Dunia ini panggung sandirwara, setiap orang mendapat satu peranan dalam suatu cerita.
- Menjalankan oraganisasi bagai mengarungi lautan dengan kapal, tiap awak harus kompak dan saling membantu satu dengan yang lain agar kapal tidak karam.
- Persahabatan bagai kepompong, bertumbuh dan berkembang, berawal dari ulat menjadi kupu-kupu.
- Kerja di kantor bagai rantai sepeda, berkarat sedikit dapat mengganggu bahkan menghentikan kerja sepedah, maka perlu diolesi oli bahkan mengganti rantai.
- Buku adalah jendela dunia, kita hanya perlu membuka dan membacanya untuk melihat berbagai pengetahuan, informasi, ilmu, dan kisah-kisah tertulis di dalamnya.
- Meinginjak usia seperempat abad, hidup serasa berjalan di atas lapisan es, dapat tekanan besar atau salah langkah bisa membuatmu terperosok dalam air dingin.
- Koruptor seperti tikus, mencuri dari rakyat, menggerogoti uang negara, dan hanya bisa mengerat bila dimintai tanggung jawab.
- Bila terus di kota ini, aku hanya seperti ikan dalam aquarium, tidak bisa menemukan kolam yang lebih besar atau berpetualang menyusuri sungai.
- Kejujuran seperti cahaya lilin, sekecil itu saja dapat menerangi satu ruangan.