Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sistem Nilai Tukar Tetap

Baca di App
Lihat Foto
Thinkstockphotos.com/ThamKC
Ilustrasi rupiah
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com – Salah satu sistem nilai tukar yang digunakan dalam kegiatan ekonomi internasional adalah sistem nilai tukar tetap.

Awal mula munculnya sistem moneter internasional, sistem nilai tukar tetap harus dijamin dengan cadangan emas yang dimiliki oleh negara.

Namun seiring berjalannya waktu, kewajiban tersebut berubah. Tidak ada lagi kewajiban untuk menjamin jumlah uang yang beredar dengan cadangan emas negara.

Dalam sistem nilai tukar tetap, mata uang suatu negara ditetapkan secara tetap terhadap mata uang asing tertentu. Contohnya mata uang rupiah ditetapkan secara tetap terhadap dollar AS (USD).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilansir dari buku Ekonomi Politik (2006) karya Deliarnov, kelebihan sistem nilai tukar tetap adalah nilainya stabil sehingga memudahkan pebisnis dalam melakukan transaksi.

Baca juga: Sistem Nilai Tukar: Definisi dan Sejarah

Di sisi lain, kelemahan dari sistem ini adalah terdapat kemungkinan nilai tukar yang ditetapkan terlalu tinggi (over valued) atau terlalu rendah (under valued).

Pasca era sistem Bretton Wood, sebagian besar negara di dunia mulai meninggalkan sistem ini. Hanya ada beberapa negara yang tetap menerapkan sistem ini.

Alasan sistem nilai tukar tetap ditinggalkan

Dilansir dari buku Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar (2004) karya Iskandar Simorangkir dan Suseno, dijelaskan bahwa ada dua alasan kenapa sistem ini ditinggalkan, yaitu:

Dengan menerapkan sistem nilai tukar tetap, maka nilai tukar mata uang domestik akan dapat lebih mahal dibandingkan dengan nilai sebenarnya.

Hal tersebut dapat menyebabkan harga barang-barang ekspor suatu negara menjadi lebih mahal di luar negeri sehingga daya kompetisi akan berkurang.

Baca juga: Sejarah Rupiah, Bermula dari Oeang Republik Indonesia

Di sisi impor, nilai tukar yang terlalu tinggi menyebabkan harga barang impor menjadi lebih murah sehingga impor dapat meningkat. Intinya, nilai tukar yang terlalu tinggi akan memperburuk neraca perdagangan suatu negara.

Negara-negara yang memiliki cadangan devisa sedikit akan rentan terhadap serangan nilai tukar. Sebab negara tidak memiliki cadangan devisa yang cukup untuk intervensi ke pasar valuta asing dalam rangka mempertahankan nilai tukar.

Masih digunakan 

Alasan beberapa negara masih menggunakan sistem ini adalah dapat digunakan sebagai jangkar nominal. Jangkar nominal maksudnya adalah sistem nilai tukar ini dapat digunakan sebagai alat pengendali inflasi.

Dengan dipatoknya nilai tukar, harga barang impor akan relatif tetap sehingga inflasi yang berasal dari barang impor bisa dikendalikan.

Penerapan sistem nilai tukar tetap biasanya diimbangi dengan sistem devisa terkontrol. Dengan menerapkan kontrol devisa, maka ruang gerak pelaku pasar untuk menyerang nilai tukar bisa dibatasi.

Baca juga: Apa Itu Uang?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi