Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Rohingya di Myanmar

Baca di App
Lihat Foto
AFP/TAUSEEF MUSTAFA
Tentara Bangladesh berjalan di depan para pengungsi Rohingya di kamp Nayapara di Teknaf, Oktober 2017.
Penulis: Gama Prabowo
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com - Etnis Rohingya merupakan penduduk minoritas Islam yang bermukim di provinsi Arakan, kawasan Barat Laut Myanmar.

Pasca kemerdekaan Myanmar, Rohingya memegang peranan penting dalam pemerintahan Jenderal Aung San di Myanmar.

Dalam buku Sejarah Asia Tenggara: Dari Masa Prasejarah sampai Kontemporer (2013) karya M.C Ricklefs dkk, perlakuan deskriminatif pemerintahan Myanmar terhadap etnis Rohingya mulai muncul pada masa kepemimpinan Jenderal Ne Win.

Pada tahun 1962, Ne Win melakukan kudeta dan berhasil menduduki jabatan presiden Myanmar. Ne Win menerapkan sistem pemerintahan otoriter yang didukung oleh Partai Program Sosialis Myanmar.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Sejarah Konflik di Kamboja (1955-1979)

Latar belakang konflik

Latar belakang deskriminasi terhadap etnis Rohingya tidak hanya berasal dari sentimen agama, namun juga kepentingan politik dan ekonomi. Berikut beberapa latar belakang krisis Rohingya di Myanmar:

Pada masa rezim militer Myanmar hingga tahun 2000, etnis Rohingya mendapatkan situasi perlakuan deskriminatif berskala besar.

Kebijakan deskriminatif pemerintah Myanmar terlihat dari penyitaan tanah etnis Rohingya untuk membangun perumahan masyarakat beragama Buddha.

Dalam jurnal Peran Asean dalam Penyelesaian Konflik Etnis Rohingya (2014) karya Triyono, kondisi krisis Rohingya di Myanmar semakin genting dengan adanya pembakaran besar-besaran terhadap rumah etnis Rohingya pada tahun 2012.

Baca juga: People Power dan Revolusi di Filipina 1986

Bahkan, pihak tentara dan polisi Myanmar diduga ikut memprovokasi beberapa etnis Myanmar untuk menyerang Rohingya.

Pada tahun 2017, militer Myanmar melakukan upaya pembersihan etnis Rohingya. Dalam peristiwa tersebut, militer Myanmar melakukan tindakan pengusiran paksa etnis Rohingnya dari provinsi Rakhine.

Setelah itu, etnis Rohingya mengungsi ke berbagai negara di Asia Tenggara dan Asia Selatan.

Upaya meredam krisis 

PBB dan ASEAN turut ambil peran dalam upaya penyelesaian krisis Rohingya. PBB mengungkapkan bahwa tindakan militer Myanmar merupakan aksi pemberantasan etnik yang melanggar kemanusiaan.

Pada Desember 2017, PBB mengeluarkan resolusi yang berisi seruan kepada pemerintah Myanmar agar menghentikan hasutan kebencian terhadap kelompok minoritas Rohingya dan kelompok minoritas lain.

Baca juga: Sejarah Terjadinya Konflik di Suriah

Pada Agustus 2018, 131 anggota parlemen dari Asia Tenggara ikut mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengajukan krisis Rohingya ke Mahkamah Pidana Internasional. Namun, hingga sekarang krisis Rohingya masih belum juga terselesaikan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi