Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan dan Sejarah Seni Teater Nusantara

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/DIENDRA THIFAL RAHMAH
Pementasan Planet-Sebuah Lament karya Sutradara Garin Nugroho di teater Taman Ismail Marzuki, Cikini,Jakarta Kamis(16/1/2020). Pertunjukan ini berkisah tentang sebuah lament atau ratapan dalam nyanyian mencari sebuah planet, di mana peradaban dituntut mencari pangan dan energi baru.
|
Editor: Ari Welianto

KOMPAS.com - Seni teater merupakan salah satu jenis kesenian berupa pertunjukan drama yang dipentaskan di atas penggung.

Dikutip dari buku Seni Teater (2008) karya Eko Santosa, teater adalah sebuah kesenian yang menekankan pada seni pertunjukan yang dipertontonkan di depan orang banyak, misalnya ketoprak, ludruk, wayang, wayang wong, sintren, janger, mamanda, dagelan, sulap, akrobat, dan lain sebagainnya.

Dengan kata lain teater adalah visualisasi dari drama atau drama yang dipentaskan di atas panggung dan disaksikan oleh penonton.

Teater Nusantara mencakup seni pertunjukan teater tradisional dan teater modern yang berada di wilayah Nusantara. Di mana memiliki jenis teater Nusantara yang bervariasi. 

Teater berasal dari bahasa Yunani "theatron" yang memiliki arti tempat atau gedung pertunjukan. Kata "theatron" terbentuk dari kata "theaomai" yang memiliki arti melihat. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awalnya teater diartikan sebagai gedung tempat untuk menyaksikan pertunjukan. Kemudian berkembang sebagai tempat pertunjukkan di depan orang banyak.

Baca juga: Seni Dekoratif: Pengertian, Fungsi, Jenis Motif

Teater Nusantara 

Kesenian teater sudah sejak lama menjadi bagian dari kesenian tradisional Nusantara.

Perkembangan sejarah seni teater di Indonesia dibagi menjadi tiga, yaitu:

Melansir Kasim Achmad (2006) dalam buku Mengenal Teater Tradisional di Indonesia, sejarah teater tradisional di Indonesia dimulai sejak sebelum Zaman Hindu.

Pada zaman tersebut, ada tanda-tanda bahwa unsur-unsur teater tradisional banyak digunakan untuk mendukung upacara ritual.

Teater tradisional merupakan bagian dari suatu upacara keagamaan ataupun upacara adat istiadat dalam tata cara kehidupan masyarakat kita.

Pada saat itu, yang disebut “teater”, sebenarnya baru merupakan unsur-unsur teater, dan belum merupakan suatu bentuk kesatuan teater yang utuh.

Baca juga: Gaya atau Corak Karya Seni Rupa Murni Indonesia 

Setelah melepaskan diri dari kaitan upacara, unsur-unsur teater tersebut membentuk suatu seni pertunjukan yang lahir dari spontanitas rakyat dalam masyarakat lingkungannya.

Proses terjadinya atau munculnya teater tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya.

Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu berbeda-beda, tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater tradisional lahir.

Macam-macam teater tradisional Indonesia, seperti wayang kulit, wayang wong, ludruk, lenong, randai, drama gong, arja, ubrug, atau ketoprak.

Teater Modern (Transisi)

Teater transisi adalah penamaan atas kelompok teater pada periode saat teater tradisional mulai mengalami perubahan karena pengaruh budaya lain.

Kelompok teater yang masih tergolong kelompok teater tradisional dengan model garapan memasukkan unsur-unsur teknik teater barat, dinamakan teater bangsawan.

Baca juga: Perkembangan Seni Rupa Murni Indonesia 

Perubahan tersebut terletak pada cerita yang sudah mulai ditulis, meskipun masih dalam wujud cerita ringkas atau outline story (garis besar cerita per adegan).

Cara penyajian cerita dengan menggunakan panggung dan dekorasi, mulai memperhitungkan teknik yang mendukung pertunjukan. Pada periode transisi inilah teater tradisional berkenalan dengan teater non-tradisi.

Selain pengaruh dari teater bangsawan, teater tradisional berkenalan juga dengan teater Barat yang dipentaskan oleh orang-orang Belanda di Indonesia sekitar tahun 1805. 

Kemudian berkembang hingga di Betawi (Batavia) dan mengawali berdirinya gedung Schouwburg pada tahun 1821 (Sekarang Gedung Kesenian Jakarta).

Perkembangan seni teater Nusantara berdasarkan naskah drama belum mencapai bentuk sebagai drama karena masih menekankan unsur sastra dan sulit untuk dipentaskan.

Drama-drama ditulis sebagai ungkapan ketertekanan kaum intelektual pada masa itu karena penindasan pemerintahan Belanda yang amat keras sekitar tahun 1930-an.

Baca juga: Fungsi dan Bentuk Karya Seni Rupa Terapan Nusantara 

Bentuk sastra drama yang pertama kali menggunakan bahasa Indonesia dan disusun dengan model dialog antar tokoh dan berbentuk sajak. 

Selanjutnya perkembangan seni teater Nusantara sangat di pengaruhi oleh keadaan politis, pergerakan, ideologis, kritik, dan peristiwa-peristiwa kemerdekaan.

  • Teater Kontemporer Indonesia

Perkembangan membanggakan dari teater kontemporer Indonesia memungkinan ekspresi artistik bisa dikembangkan dengan gaya khas masing-masing seniman.

Gerakan ini terus berkembang sejak tahun 1980-an hingga saat ini. Konsep dan gaya baru saling bermunculan, seni teater konvensional tidak pernah mati dan teater eksperimental terus juga tumbuh.

Semangat kolaboratif yang terkandung dalam seni teater dimanfaatkan secara optimal dengan menggandeng beragam unsur pertunjukan yang lain.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi