Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Revolusi Hijau di Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
Dok Antara
Presiden Soeharto dan Ibu Tien Soeharto mengangkat seikat tanaman padi saat menghadiri panen raya di lokasi transmigrasi Tanah Miring III, Kab. Manokwari, Irian Jaya, Sabtu (7/5/1994). Presiden dan Ibu melakukan kunjungan kerja di propinsi paling timur itu selama dua hari (6-7 Mei 1994).
Penulis: Gama Prabowo
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com - Revolusi Hijau merupakan sebuah upaya modernisasi sistem dan budaya pertanian di negara-negara berkembang, khususnya di Amerika Latin dan Asia.

Melalui Revolusi Hijau, petani dikenalkan dengan penggunaan pupuk buatan, pestisida, bibit unggul, peralatan pertanian modern dan sistem budidaya pertanian yang baru.

Dalam jurnal Revolusi Hijau dan Perubahan Sosial Ekonomi Petani Wanita di Kabupaten Sleman tahun 1970-1984 (2015) karya Zuminati Rahayu, Revolusi Hijau pada awalnya diperkenalkan oleh Norman Barloug pada tahun 1968.

Ia mampu mengembangkan varietas unggul HYV (Haigh Yielding Variety) pada tumbuhan utama pangan seperti padi, gandum, jagung dan lainnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Politik Luar Negeri Indonesia Masa Orde Baru

Revolusi Hijau di Indonesia

Penerapan Revolusi Hijau di Indonesia terjadi pada masa Orde Baru. Pada tahun 1970 hingga 1980, pemerintahan Orde Baru melakukan investasi besar-besaran terhadap sektor pertanian.

Pemerintah Orde Baru membangun dan mengembangkan program-program modernisasi pertanian yang bertujuan untuk menigkatkan produksi pertanian Indonesia.

Dalam buku Petani dan Penguasa (1999) karya Noer Fauzi, terdapat empat usaha pokok yang dapat dilakukan untuk peningkatan produksi pertanian, yaitu :

Baca juga: Kondisi Politik masa Orde Baru

Pada tahun 1984, pemerintah Orde Baru mengeluarkan program Pancausaha Tani yang terdiri dari lima asas utama, yaitu:

  1. Pemilihan dan penggunaan bibit unggul
  2. Pemupukan secara teratur
  3. Irigasi yang baik dan cukup
  4. Pemberantasan hama secara intensif
  5. Teknik penanaman yang teratur

Dampak Revolusi Hijau

Revolusi Hijau pada masa pemerintahan Soeharto berhasil menjadikan Indonesia sebagai negara swasembada pangan besar dunia pada dekade 1980-an. Dampak positif Revolusi Hijau, yakni:

  1. Meningkatnya kesejahteraan petani
  2. Menguatnya perekonomian pedesaan
  3. Meningkatkan ketahanan pangan nasional
  4. Membuka kesadaran masyarakat pedesaan akan pentingnya adaptasi teknologi

Baca juga: Sistem Kepartaian masa Orde Baru

Revolusi Hijau tidak hanya memberikan dampak positif, namun juga memberi dampak negatif. Berikut dampak negatif Revolusi Hijau :

  1. Ketergantungan petani terhadap pupuk kimia dan pestisida yang tidak ramah lingkungan
  2. Penggunaan teknologi modern dalam usaha tani yang belum merata menimbulkan kesenjangan
  3. Munculnya kapitalisasi dalam sektor pertanian
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi