Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelompok Teater Nusantara

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
Seniman yang tergabung dalam Teater Koma membawakan teatrikal berjudul Goro-Goro: Mahabarata 2 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Rabu (24/7/2019). Lakon ini merupakan produksi ke-158 Teater Koma dan juga sebagai pentas besar pertama Teater Koma di tahun 2019 serta akan dipentaskan di Graha Bhakti Budaya dan Taman Ismail Marzuki mulai 25 Juli hingga 4 Agustus 2019.
|
Editor: Ari Welianto

KOMPAS.com - Teater modern Nusantara merupakan pertemuan dari berbagai gagasan. Bentuk pertunjukan teater modern cenderung lebih teratur dan dipentaskan di atas panggung lewat arahan sutradara. 

Dikutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), para pendukung teater modern belum sepenuhnya meninggalkan budaya asalnya yang bermuatan tradisional dan memadukan teater barat. 

Di Indonesia memiliki kelompok-kelompok teater modern Nusantara yang tersebar diberbagai wilayah. Masing-masing kelompok memiliki ciri khas tersendiri. 

Teater di Nusantara berkembang dari jaman pergerakan revolusi hingga sekarang membentuk kelompok-kelompok yang memiliki peran didalam perkembangannya.

Berikut beberapa kelompok teater Nusantara: 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dikutip dari jurnal Bengkel Teater 1967-1998 : Dari Yogyakarta Ke Depok (2018) karya Anisa Suci, bengkel teater Rendra menjadi nama pelopor teater modern di Indonesia dengan pendiri W.S. Rendra di Kampung Ketanggunan Wetan Yogyakarta, pada 30 Oktober 1967 dan di Depok (1986).

Baca juga: Keunikan dan Pesan Moral Teater Nusantara 

W.S Rendra merupakan seorang sastrawan, aktor, sutradara, dan penulis naskah yang baik mampu menciptakan pertunjukan yang menarik dan bermutu.

Karya-karya yang pernah dipentaskan antara lain: Orang-orang di Tikungan Jalan (1954), Bip Bop Rambaterata (Teater Mini Kata), Selamatan Anak Cucu Sulaiman, Mastodon dan Burung Kondor (1972), Kasidah Barzanji, Panembahan Reso (1986), dan Kisah Perjuangan Suku Naga.

Dilansir dari jurnal Perkembangan Teater Kontemporer Indonesia 1968-2008 (2012) karya Achmad Syaeful, teater populer berdiri pada 14 Oktober 1968 oleh Teguh Karya. 

Teguh Karya yang memiliki nama Liem Tjoan Hok dikenal sebagai pemain teater penuh bakat. Ia dilahirkan di Pandeglang, Banten) pada 22 September 1937.

Teguh Karya juga dikenal sebagai penulis naskah lakon teater, penulis skenario untuk film dan televisi, pernah menjadi wartawan.

Pada perkembangannya grup teater beralih ke industri perfilman Indonesia. Para pemainnya seperti Slamet Rahardjo, El Malik, Christine Hakim, dan Nano Riantiarno. 

Baca juga: Sikap Apresiatif terhadap Karya Seni Murni

Kelompok Teater kontemporer atau bernama Teater Kecil dipimpin oleh Arifin Chairin Noer berdiri pada 1968.

Arifin C Noer merupak penulis naskah yang produktif lahir pada 10 Maret 1941 di Cirebon. Naskahnya dipandang memiliki warna Indonesia.

Ini sering memasukkan unsur kesenian 52 Seni Teater SMP/MTs Kelas VIII daerahnya ke dalam naskah teater yang ditulis atau dipentaskannya.

Karya-karyanya, seperti Kapai-Kapai, Tengul, Madekur dan Tarkeni, Umang-Umang, Sandek Pemuda Pekerja, dan Sumur Tanpa Dasar.

  • Teater Koma

Dilansir dari jurnal Penerapan Management Seni Pertunjukan Pada Teater Koma (2015) karya Sutarno Haryono, teater koma dipimpin oleh Nano Riantiarno dirikan pada 1 Maret 1977. 

Baca juga: Peradaban Inca: Sistem Pemerintahan dan Seni Bangunan

Teater koma merupakan kelompok teater yang produktif di Indonesia. Ada lebih dari seratus produksi panggung dan televisi yang pernah dipentaskan oleh Teater Koma.

  • Teater Mandiri

Teater Mandiri berdiri pada 1971 di Jakarta oleh I Gusti Ngurah Putu Wijaya. Putu Wijaya merupakan seorang sastrawan dan dramawan kelahiran Bali.

Putu Wijaya kelahiran Puri Anom Tabanan Bali, 11 April 1944, dikenal sebagai tokoh teater, penulis naskah lakon, skenario film, aktor dan sutradara teater dan film, juga sebagai sastrawan yang sangat produktif menghasilkan puisi, cerita pendek dan novel, dan Esai-esai budayanya.

Ia adalah mantan anggota Bengkel Teater Rendra dan termasuk penulis naskah ulung.

Naskah-naskahnya mendapat warna kuat dari naskah Menunggu Godot karya Samuel Beckett yang pernah dipentaskannya bersama Rendra di Bengkel Teater.

Naskah tersebut mengisahkan tentang penantian Vladimir dan Estragon terhadap datangnya Godot yang hingga pertunjukan selesai tidak kunjung datang.

Baca juga: Peradaban Maya Kuno: Kepercayaan dan Seni Bangunan

  • Bengkel Muda Surabaya

Bengkel muda Surabaya didirikan di kota Surabaya, awal kemunculannya mengacu teater epik (Brecht) dengan idiom teater rakyat (kentrung dan ludruk).

Tokoh yang tergabung dalam kelompok tersebut antara lain Akhudiat dan Basuki Rahmat.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi