Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Contoh Teks Tantangan tentang Tawuran Beserta Strukturnya

Baca di App
Lihat Foto
Teks tantangan
|
Editor: Nibras Nada Nailufar

KOMPAS.com - Teks tantangan merupakan teks yang berisi informasi bantahan atau sanggahan dari pembicaraan khalayak yang menjadi kontroversi.

Dilansir dari Fatimah Djajasudarma dalam Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian (1993), teks dapat berwujud ujaran, paragraf, atau wacana.

Sementara, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tantangan berasal dari kata dasar yang artinya hal atau obyek yang perlu ditanggulangi.

Tantangan juga dapat diartikan sebagai hal atau obyek yang menggugah tekad untuk meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.

Struktur teks tantangan terdiri atas pengantar, argumen, dan simpulan atau saran. Agar lebih memahami mengenai teks tantangan, perhatikan contoh teks tantangan tentang tawuran berikut:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Contoh Teks Tanggapan Singkat Beserta Strukturnya

Contoh 1

(Isu) Tawuran merupakan tindakan kekerasan. Tawuran biasa terjadi antarsiswa di sekolah satu dengan sekolah lainnya. Saya tidak sepakat dengan perilaku siswa yang gemar memancing kerusuhan dengan tawuran.

(Argumen) Kekerasan dalam bentuk apa pun tidak dapat dibenarkan, termasuk tawuran. Tawuran hanya akan merugikan banyak pihak. Baik itu pelaku tawuran, sekolah, orang tua, bahkan lingkungan yang menjadi ajang tawuran. Tawuran tidak memberi manfaat apa-apa. Sebaliknya, tawuran hanya menyisakan derita dan rasa sakit.

(Simpulan atau saran) Saya dengan tegas menentang segala bentuk kekerasan, terutama tawuran. Sebaiknya, siswa menghindari hal-hal yang dapat memicu kekerasan.

Baca juga: Contoh Teks Diskusi Beserta Strukturnya

Contoh 2

(Isu) Bagi siswa yang terlibat tawuran, biasanya tawuran menjadi ajang gengsi dan unjuk gigi. Siswa dan kelompoknya ingin menunjukkan eksistensi diri. Saya keberatan bila eksistensi diri disalurkan melalui tawuran.

(Argumen) Tidak dapat dipungkiri bahwa masa remaja adalah masa penuh gejolak. Setiap siswa memiliki pergumulan masing-masing terhadap eksistensi dirinya. Mereka ingin menunjukkan keberanian, semangat, kesetiakawanan, dan kemampuannya. Namun tawuran bukan saranya yang tepat. Tawuran merupakan kekerasan yang justru menjerumuskan siswa ke jalan yang salah.

(Simpulan atau saran) Eksistensi diri siswa sebaiknya disalurkan melalui kegiatan yang lebih bermakna, seperti seni bela diri, olahraga, atau seni. Kegiatan tersebut juga dapat menjadi sarana memupuk rasa kerja sama dan tanggung jawab yang tidak akan mereka dapatkan bila terlibat tawuran. Maka, dengan yakin saya menentang tawuran.

 

Contoh 3

(Isu) Aparat yang mengamankan pelaku tawuran, sering melakukan kekerasan dan pemaksaan yang menyalahi prosedur. Saya menolak pendislipinan terhadap pelaku tawuran dengan pendekatan semacam itu.

(Argumen) Pelaku tawuran, sebagian besar berumur kurang dari 21 tahun. Mereka masih sekolah dan tergolong di bawah umur. Pendisiplinan anak di bawah umur seharusnya tidak menggunakan metode militerisme. Beberapa tindakan yang sering dilakukan aparat adalah pemangkasan rambut, mengancam, mengintimidasi secara verbal, bahkan melakukan tindakan kekerasan atas dasar pendisiplinan.

Kekerasan yang ditangani dengan kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah. Sebaliknya, rasa sakit dan dendam semakin bertambah. Lingkar perkawanan yang sering tawuran tidak akan bubar, tetapi semakin mengakar.

(Simpulan atau saran) Pendislipinan pelaku tawuran seyogianya melibatkan banyak pihak. Mulai dari orang tua, sekolah, dan lembaga rehabilitasi. Bila aparat melakukan penangkapan, seharusnya sesuai prosedur. Siswa harus didampingi kuasa hukum dan dijaga hak-haknya. Maka, saya tidak sepakat jika pendisiplinan pelaku tawuran menggunakan pendekatan militerisme atau kekerasan.

Baca juga: Teks Laporan Percobaan: Pengertian, Tujuan, Struktur dan Contoh

Contoh 4

(Isu) Saya keberatan bila kita sepenuhnya menyalahkan siswa saat terlibat aksi tawuran. Siswa merupakan anak di bawah umur yang masih perlu bimbingan dan arahan.

(Argumen) Siswa merupakan insan yang masih berkembang. Mereka berusaha mencari jati diri dengan berbagai cara. Orang tua, sekolah, dan lingkungan memengaruhi pola perilaku siswa. Kita tidak bisa serta-merta menyalahkan siswa atas aksi tawuran. Bisa jadi siswa kurang perhatian atau merasa jenuh dengan sistem sekolah.

Siswa sebaiknya diberi kesempatan untuk mengutarakan pendapatnya. Mengapa ia sampai tega melakukan aksi kekerasan yang merugikan banyak orang. Hargai pendapat tersebut dan koreksi bila salah. Jangan sampai malah memberi intimidasi dan ancaman. Orang tua dan sekolah perlu memecahkan akar permasalahannya, sehingga menemukan cara agar siswa bisa refleksi diri.

(Simpulan atau saran) Orang tua dan pihak sekolah punya tanggung jawab terhadap perilaku anak. Maka, sebaiknya kita tidak sepenuhnya menyalahkan siswa atas aksi tawuran.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi