Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Sastra Wangi?

Baca di App
Lihat Foto
Ilustrasi sastra wangi
|
Editor: Nibras Nada Nailufar

KOMPAS.com - Pada awal perkembangan sastra Indonesia, kita mengenal sastrawan perempuan seperti Selasih dan Nh. Dini.

Sementara menjelang tahun 2000, muncul nama-nama lain seperti Dayu Oka Rusmini, Ratna Indraswari Ibrahim, dan sebagainya.

Sebutan sastra wangi diawali dari kemunculan Ayu Utami. Ia menjadi juara I sayembara novel Dewan Kesenian Jakarta pada 1998. Novelnya berjudul Saman menjadi perbincangan dan menimbulkan kontroversi dalam dunia sastra.

Menurut Mariana Amirrudin dalam Daya Hidup, Seks, dan Narasi: Kematian dalam Semangat Tubuh (2005), sastra wangi adalah sebutan untuk karya-karya sastra perempuan yang diciptakan oleh kalangan sastrawan.

Novel Saman berkisah tentang Wis, seorang pastor yang mengalami serangkaian kejadian magis hingga mengubah identitasnya menjadi Saman. Kisahnya berlanjut pada persahabatan empat perempuan dan hubungan seks.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ayu Utami menggambarkan secara detail mengenai hubungan badan dan menyebut secara eksplisit setiap alat vital.

Baca juga: Karya-Karya Sastra Angkatan Pujangga Baru

Hal tersebut dipandang tabu oleh sastrawan dan orang lain yang memiliki pandangan konservatif. Muncullah pelabelan sastra wangi. Pada dasarnya pelabelan ini juga dipengaruhi oleh media dan siaran yang masih memegang erat budaya patriarki.

Pelebelan sastra wangi terkadang membuat risih sastrawan perempuan. Seolah ekspresi dan eksplorasi mereka dalam dunia sastra terpolarisasi atau digolongkan berdasarkan jender, bukan kualitas karya.

Padahal jauh sebelum Ayu Utami, ada karya sastra vulgar yang beredar pesat di masyarakat. Novel macam itu biasa disebut stensilan. Novel ini disebarkan secara ilegal, dipinjam dari satu orang ke orang lain. Ceritanya berkutat seputar seks. Pengarang cerita stensilan yang cukup terkenal misalnya Enny Arrow dan Fredy S.

Novel stensilan tidak disebut sebagai sastra wangi karena penulisnya bukan perempuan kelas menengah yang hidup di perkotaan. Pelabelan sastra wangi semakin mengkerucut, tidak lagi pada jender dan karya vulgar, tetapi latar belakang pengarang.

Sastrawan perempuan lain yang mendapat label sastra wangi Dewi Lestari dan Djenar Maesa Ayu. Keduanya mengusung tema yang serupa. Mereka menyingkap hal-hal yang selama ini dianggap tabu dalam masyarakat.

Karya Dewi Lestari yang masuk dalam sastra wangi, misalnya seri novel fiksi ilmiah Supernova. Seri pertamanya berjudul Supernova: Kesatria, Puteri, dan Bintang Jatuh (2001). Bercerita mengenai para pemuda dengan latar kota metropolitan.

Baca juga: Karya-Karya Sastra Angkatan 50

Sedangkan Djenar Maesa Ayu mendapat label sastra wangi karena menulis cerpen berjudul “Menyusu Ayah” (2002) yang diterbitkan dalam antologi cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu). Cerpen tersebut berkisah tentang kekerasan seksual.

Pada dasarnya karya sastra diangkat dari apa saja yang terjadi di dunia nyata. Kisah yang diungkapkan oleh sastrawan yang mendapat label sastra wangi, sebagian memang ada di kehidupan kita sehari-hari.

Ketabuan tidak dapat menutup momok besar dalam masyarakat seperti kekerasan seksual, ketimpangan jender, atau ketidakadilan. Karya sastra hadir untuk mengekspresian sekaligus menjadi teguran dengan cara yang paling indah.

Para penulis yang masuk dalam genre Sastra Wangi, menolak menggunakan kategorisasi ini.

 
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi