KOMPAS.com - Hingga saat ini belum ada kesepakatan mengenai awal kemunculan sastra Indonesia. Pembabakan atau periodisasi sastra disusun oleh para ahli sastra menurut pandangan mereka masing-masing.
Penyusunan sejarah memang tidak dapat lepas dari kepentingan dan sudut pandang. Namun periodisasi yang disusun oleh para ahli sastra Indonesia sama-sama memiliki dasar argumen yang kuat.
Andri Wicaksono dalam Pengkajian Prosa Fiksi (2017) berpendapat, Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku dan golongan dengan sosial dan budaya yang berbeda, yang akan menambah rumit pemetaan sastra Indonesia itu sendiri.
Ahli sastra yang menyusun periodisasi sastra antara lain HB Jassin, Ajip Rosidi, Nugroho Notosusanto, dan Bakri Siregar. Berikut rangkuman periodisasi sastra:
HB Jassin membagi periodisasi sastra menjadi dua, yaitu:
1. Sastra Melayu Lama: karya sastra pada periode ini disebarkan secara lisan.
2. Sastra Indonesia Modern, meliputi:
- Angkatan 20: awal dimulainya sastra Indonesia, tetapi masih menggunakan bahasa Melayu tinggi.
- Angkatan 33: berbarengan dengan berdirinya penerbit bentukan Belanda, yaitu Balai Pustaka.
- Pujangga Baru: angkatan yang protes terhadap sensor Balai Pustaka.
- Angkatan 45: karyanya dipenuhi semangat kebangsaan dan nuansa kemerdekaan.
Baca juga: Periode Sastra Melayu Klasik
Ajip Rosidi membagi periodisasi sastra dalam dua kelompok besar, yakni:
1. Masa kelahiran dan masa penjadian (1900-1954)
- Periode 1933: karya sastra didominasi bahasa Melayu tinggi.
- Periode 1933-1942: muncul sejumlah sastrawan yang mulai memakai bahasa Indonesia.
- Periode 1942-1945: angkatan yang muncul menjelang kemerdekaan Indonesia.
2. Masa perkembangan (1945-1969)
- Periode 1945-1953: sastrawan lebih ekspresif pasca kemerdekaan.
- Periode 1953-1961: politik memiliki pengaruh kuat pada karya sastra angkatan ini.
- Periode 1961-1969: sastrawan lebih banyak meggunakan konotasi agar terhindar dari pergulatan politik.
Baca juga: Periode Sastra Balai Pustaka
Nugroho Notosusanto membagi periodisasi sastra sebagai berikut:
- Sastra Melayu Lama: awal perkembangan sastra Indonesia, tetapi masih menggunakan bahasa Melayu tinggi.
- Sastra Indonesia Modern, meliputi:
- Masa Kebangkitan (1920-1945): disebut masa kebangkitan karena pelopor perkembangan kesusastraan Indonesia terjadi pada periode ini.
- Masa Perkembangan (1945-1960an) periode 45 dan periode 50: kesusastraan Indonesia mengalami berbagai perkembangan, disertai dengan pengaruh sosial dan politik yang semakin kompleks.
Bakri Siregar membagi periodisasi sastra ke dalam empat, yakni:
- Periode pertama masa abad 20 sampai 1942: awal berkembangnya dunia sastra, dimulai dari sastra melayu klasik sampai pujangga baru.
- Periode kedua 1942-1945: perkembangan sastra menjelang kemerdekaan. Sastrawan mulai menyelipkan semangat kebangsaan pada karya-karyanya.
- Periode ketiga 1945-1950: perkembangan sastra setelah kemerdekaan. Karya sastrawan lebih ekspresif dan menggunakan bahasa Indonesia sepenuhnya.
- Periode keempat 1950-sekarang: periode yang dipenuhi improvisasi dan kebebasan dalam berkarya.
Periodisasi di atas berguna sebagai arsip dan pembabakan sastra Indonesia. Dari tiap angkatan, kita dapat mempelajari sejauh mana kesusastraan nusantara berkembang.
Baca juga: Periode Sastra Pujangga Baru
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.