Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Hiu Kepala Martil Mampu Mendeteksi Mangsanya?

Baca di App
Lihat Foto
Christine Shepard
Sebuah foto memperlihatkan wajah seekor hiu kepala martil.
|
Editor: Rigel Raimarda

KOMPAS.com - Beberapa hewan di alam dapat mendeteksi perubahan medan listrik dialam, bahkan beberapa diantaranya dapat menghasilkan listrik yang menyengat seperti belut listrik.

Hiu martil adalah salah satu predator yang mengandalkan listrik untuk mendeteksi mangasanya.

Penggunaan listrik membuat hiu kepala martil dapat menyerang bertubi-tubi walaupun pengelihatannya tertutup oleh darah ataupun lumpur.

Untuk mengetahui bagaimana hiu kepala martil menggunakan listrik sehingga membuatnya menjadi predator laut paling berbahaya, marilah simak penjelasan berikut ini!

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Suka Makan Sayur, Apakah Hiu Ini Vegetarian?

Soal dan Pembahasan 

Hiu kepala martil mampu mendeteksi mangsanya karena memiliki sel yang disebut dengan…

Jawaban: Elektroreseptor

Hiu martil memiliki bentuk kepala yang lebar dan besar seperti martil, kepala hiu martil dipenuhi oleh pori-pori yang dsebut dengan ampullae of lorenzini. Dalam Ampullae tersebut ada sel yang dinamakan elektroreseptor yang dapat mendeteksi listrik.

Tahukah kamu bahwa semua gerakan yang dihasilkan tubuh makhluk hidup menghasilkan listrik? Dan lautan adalah air garam melimpah yang didalamnya terkandungion Na+ dan Cl- yang dapat menghantarkan listrik.

Dilansir dari Support Our Sharks (SOS) Ocean Conservation Society, hal ini menyebabkan dalam aliran lautan terdapat listrik yang dihasilkan makhluk hidup dan juga medan listrik yang dihasilkan oleh medan magnet Bumi.

Elektroreseptor hiu kepala martil dapat menangkap semua perubahan medan listrik Bumi yang dihasilkan oleh makhluk hidup.

Baca juga: Ahli Saraf Temukan Cara Telepati Bersama Tiga Orang

 

KOMPAS.com/SILMI NURUL UTAMI Struktur ampullae of lorenzini pada kepala hiu martil

Jika ada mangsa yang lewat didekat hiu martil, pergerakan mangsa tersebut akan menyebabkan perbedaan tegangan listrik.

Perubahan tegangan litrik tersebut kemudian menyentuh pori-pori kepala hiu, dan masuk kedalam kanal pori-pori. Kanal ini berisi dengan jeli yang bersifat konduktif, sehingga dapat menghantarkan arus listrik ke dalam sel-sel elektroreseptor ampula didasar kanal.

Sel elektroreseptor pada ampula kemudian menangkap perbedaan arus listrik dan memicu pelepasan impuls neurotransmitter otak.

Otak kemudian menangkap arah pergerakan mangsa dan memerintahkan hiu untuk bermanuver menangkap mangsa tersebut.

Namun tidak semua perubahan arus listrik yang dideteksi membuat hiu menyerang, hiu akan mendekati arah medan listrik dan jika ternyata itu adalah ikan mati, maka hiu tidak akan menyerangnya.

Baca juga: Bukan Hewan Soliter, Hiu Terbukti Membentuk Komunitas

Dilansir dari Journal of Experimental Biology, hiu cenderung menyerang pada benda yang memberikan perubahan medan listrik yang besar.

Inilah mengapa hiu sangat eka terhadap darah, selain penciuman yang tajam akan bau darah namun konsentrasi garam dalam darah menaikkan kuat arus listrik.

Hal ini menjelaskan mengapa saat hiu menyerang satu orang di laut hingga terluka, hiu akan terus menyerangnya tanpa henti.

Orang yang diserang akan bergerak menghasilkan perubahan medan listrik, dan darah yang keluar akan memperkuat arus listrik tersebut menyebabkan hi uterus mengejarnya dbandingkan menyerang orang lain yang belum terluka didekatnya.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi