Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Moedjair Menemukan Ikan Mujair

Baca di App
Lihat Foto
Mbah Moedjair, penemu ikan mujair
|
Editor: Nibras Nada Nailufar

KOMPAS.com - Siapa yang suka makan ikan mujair? Ikan air tawar ini bisa dipelihara dan bisa juga dimakan. Usut punya usut, ternyata ikan mujair pertama kali ditemukan di Indonesia.

Tahukah kamu siapa penemu ikan mujair?

Mengutip dari situs Institut Teknologi Bandung, ternyata ikan mujair ditemukan pertama kali oleh Mbah Moedjair, sekitar tahun 1930-an.

Mbah Moedjair dilahirkan di Desa Kuningan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, pada tahun 1890.

Mbah Moedjair yang bernama asli Iwan Muluk awalnya bekerja sebagai penjual sate. Namun, sayangnya usaha tersebut bangkrut akibat kebiasaan buruk Mbah Moedjair yang suka berjudi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak ingin patah arang, Mbah Moedjair tirakat atau berpantangan, atas usulan dari kepala desanya saat itu, Pak Muraji.

Hingga akhirnya Mbah Moedjair melihat, menemukan serta memelihara ikan yang habitatnya saat itu berada di air laut.

Baca juga: Mungkinkah Ikan Laut Habis?

Memelihara ikan laut

Tak ada yang tahu bagaimana Mbah Moedjair bisa menemukan ikan mujair. Pasalnya, ikan ini diketahui berasal dari perairan Mozambik, Afrika. Nama latinnya Oreochromis mossambicus. Dalam bahasa Inggris disebut mozambique tilapea, atau kadang java tilapea.

Namun menurut cerita, seusai tirakat, Mbah Moedjair melihat dan menemukan ikan ini di laut. Ia kemudian mencoba memeliharanya.

Dalam Buku Go... Go... Indonesia (2013) karya Apri Subagio, dituliskan jika Mbah Moedjair menemukan ikan tersebut saat ia berkunjung dan mandi di Pantai Serang, Blitar Selatan.

Ia merasa tertarik untuk memeliharanya karena ikan tersebut menyimpan anaknya di dalam mulut saat ada bahaya. Jika dirasa bahaya sudah menghilang atau keadaan sudah aman, ikan tersebut mengeluarkan anaknya lagi ke luar. 

Tertarik karena keunikannya tersebut, Mbah Moedjair membawa pulang ikan tersebut dan ingin memeliharanya di rumahnya, di daerah Papungan, Kanigoro, Blitar.

Baca juga: Apakah Ikan Butuh Minum?

Mbah Moedjair membawa pulang ikan tersebut dengan ikat kepala yang saat itu digunakannya. Bersama temannya, yakni Abdullah Iskak serta Umar, Mbah Moedjair kembali ke rumahnya.

Percobaannya selalu gagal saat akan memelihara ikan tersebut di air tawar, karena habitatnya yang berada di air laut.

Tiap kali gagal, Mbah Moedjair selalu kembali ke Pantai Serang, yang berjarak 35 km dari Papungan yang merupakan daerah tempat tinggalnya.

Bahkan ia harus menempuh waktu 2 hari 2 malam, menembus hutan belantara, serta naik turun bukit untuk membawa pulang ikan tersebut.

Saat akan membawa pulang ikan tersebut, Mbah Moedjair memasukkan ikan tersebut ke dalam gentong yang terbuat dari tanah liat.

Ia mencampurkan air laut serta air tawar ke dalam gentong tersebut. Hingga akhirnya secara perlahan, Mbah Moedjair mengurangi jumlah air laut dan menambah jumlah air tawar.

Baca juga: Kenapa Ikan Paus Melompat dari Laut?

Jadi terkenal

Setelah 11 kali percobaan, akhirnya empat ekor ikan tersebut bisa di hidup di air tawar. Percobaan ini berhasil dilakukan pada 25 Maret 1936.

Pada akhirnya Mbah Moedjair berhasil memelihara ikan tersebut di kolam pekarangan rumahnya.

Oleh karena keberhasilannya tersebut, Mbah Moedjair dikenal di seluruh daerah Jawa Timur. Keberhasilannya saat itu juga didengar oleh asisten residen atau penguasa daerah Jawa Timur pada zaman penjajahan Belanda.

Asisten residen memberi nama ikan tersebut dengan nama ikan moedjair, untuk menghormati Mbah Moedjair sebagai penemu ikan tersebut.

Banyak penghargaan diterima oleh Mbah Moedjair karena keberhasilannya dalam menemukan ikan mujair. Penghargaannya juga datang dari tingkat nasional.

Mbah Moedjair wafat pada 7 September 1957 akibat penyakit asma. Pada batu nisannya dituliskan ‘Moedjair Penemu Ikan Moedjair’.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: ITB
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi