Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Boyang, Rumah Adat Suku Mandar Sulawesi Barat

Baca di App
Lihat Foto
kemendikbud
Rumah Adat Boyang Sulawesi Barat
Penulis: Ari Welianto
|
Editor: Ari Welianto

KOMPAS.com - Rumah Boyang adalah rumah adat yang berasal dari Provinsi Sulawesi Barat.

Rumah Boyang merupakan rumah suku Mandar yang mayoritas mendiami Provinsi Sulawesi Barat dengan ibu kota Mamuju.

Dikutip dari buku Arsitektur Mandar Sulawesi Barat (2008) karya Faisal, rumah tinggal masyarakat Mandar disebut Boyang. Di sana ada dua jenis Boyang, yaitu Boyang Adaq dan Boyang Beasa.

Rumah Boyang Adaq ditempati oleh keturunan bangsawan, sedangkan rumah Boyang Beasa ditempati oleh orang biasa.

Namun, pada dasarnya kedua jenis rumah tersebut tidak mempunyai perbedaan yang prinsipil bila dilihat dari segi bangunan. Tapi berbeda karena status penghuni yang berlainan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pada Boyang Adaq diberi ornamen yang melambangkan identitas tertentu yang mendukung tingkat status sosial penghuninya.

Baca juga: Rumah Mbaru Niang, Rumah Adat di Kampung Wae Rebo NTT

Ornamen tersebut seperti tumbaq layar (penutup bubungan) yang bersusun antara tiga hingg tujuh susun, semakin banyak susunannya semakin tinggi derajat kebangsawanannya.

Sementara pada Boyang Beasa, penutup bubungan tidak bersusun atau hanya satu susun saja.

Ornamen lain yang dapat dilihat pada bagian tangga. Pada Boyang Adaq, tangganya terdiri atas dua susun, susunan pertama terdiri atas tiga anak tangga, sedangkan susunan kedua terdiri atas sembilan atau sebelas anak tangga.

Kedua susunan tersebut diantarai oleh pararang. Untuk Boyang Beasa tangganya tidak bersusun atau hanya satu.

Bentuk rumah Boyang

Rumah adat Boyang berbentuk panggung yang terdiri dari tiga susun. Susunan pertama disebut tapang yang letaknya paling atas dan meliputi atap dan loteng.

Susunan kedua disebut roang boyang (ruang rumah), yaitu ruang yang ditempati penghuni rumah. Sementara susunan ketiga disebut naong boyang (kolong rumah) yang letaknya paling bawah.

Baca juga: Sikap Teladan dari Raden Ajeng Kartini

Demikian pula yang bentuknya segi empat terdiri atas tallu (tiga petak).

Petak pertama disebut samboyang (petak bagian depan), petak kedua disebut tangnga boyang (petak bagian tengah), dan petak ketiga disebut bui' lotang (petak belakang).

Gambaran tiga susun dan tiga petak menunjukkan makna pada filosofi orang Mandar yang berbunyi "da'dua tassisara, tallu tammallaesang" (dua tak terpisahkan, tiga saling membutuhkan).

Adapun dua aspek yang tidak terpisahkan adalah asepk hukum dan demokrasi, sedangkan tiga saling membutuhkan adalah aspek ekonomi, keadilan, dan persatuan.

Struktur bangunan rumah Boyang

Rumah Boyang dibuat dari kayu dengan kualiatas yang terbaik. Struktur bangunan rumah tersebut dapat dilihar dari bagian paling atas, yaitu ate (atap).

Atap rumah berbentuk prisma yang memanjang ke belakang menutupu seluruh bagian atas rumah.

Pada umumnya atap terbuat dari seng, sebagian ada yang menggunakan rumbia dan sirap.

Baca juga: Sejarah Berdirinya Turki Usmani

Dulu rumah-rumah penduduk, baik boyang adaq maupun boyang beasa menggunakan atap rumbia. Karena bahan tersebut banyak tersedia dan mudah didapat.

Pada bagian depan atap terdapat tumbaq layar bagi penghuninya. Pada penutupa bubungan tersebut sering dipasang ornamen ukiran bunga melati.

Di ujung bawah atap baik pada bagian kanan atau kiri sering diberi ornamen ukiran burung atau ayam jantan.

Pada bagian atap penutup bubungan, baik di depan atau belakang dipasang ornamen yang tegak ke atas yang disebut teppang.

Di bawah atap terdapat ruang yang diberi lantai menyerupai lantau rumah. Ruang tersebut diberi nama tapang. Lantai tapang tidak menutupi seluruh bagian loteng.

Umumnya hanya separuh bagian loteng yang letaknya di atas ruang tamu dan ruang keluarga.

Tapang memiliki fungsi sebagai gudang untuk menyimpan barang-barang yang tidak atau jarang digunakan.

Baca juga: Sejarah Singkat Berdirinya Muhammadiyah

Jika ada hajatan di rumah tersebut, tapang berfungsi sebagai tempat menyimpan bahan makanan sebelum dihidangkan.

Pada masa lalu tapang sebagai tempat atau kamar calon pengantin wanita sebagai tindakan preventif untuk menjaga siriq (harga diri), terutama kemungkinan akan terjadi kawin lari.

Untuk naik ke tapang terdapat tangga yang terbuat dari balok kayu atau bambu. Tangga tersebut dirancang untuk tidak dipasang secara permanen tapi dipasang saat akan digunakan.

Baik boyang adaq maupun boyang beasa mengenal tiga petak ruangan yang disebut lotang.

Ruangan tersebut terletak di bawah tapang yang menggunakan lantai yang terbuat dari papan atau bilah bambu.

Penggunaan papan atau bambu terkait dengan tingkat ekonomi pemilik rumah.

Berikut ketiga petak ruangan tersebut:

  • Samboyang

Samboyang merupakan petak bagian depan yang berfungsi untuk menerima toana (tamu), tempat tidur tamu bila ada yang bermalam, tempat atau pusat pelaksanaan kegiatan bila ada hajatan yang dilakukan di dalam rumah, atau tempat membaringkan mayat sebelum dibawa ke kubur.

Baca juga: Sejarah Perang Badar

Dikutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), berdasarkan fungsinya, maka ruangan tersebut menjadi titik perhatian pemilik rumah untuk senantiasa menjaga kebersihan, keindahan dan kerapian di ruangan tersebut.

Maka aktivitas keluarga yang berkenaan dengan interaksi antara sesama anggota keluarga tidak banyak dilakukan di ruangan itu.

  • Tangnga boyang

Tangnga boyang adalah petak bagian tengah. Di mana berfungsi sebagai ruang keluarga, aktivitas keluarga dan hubungan sosial antara sesama anggota rumah tangga frekuensinya lebih banyak berlangsung di ruangan ini seperti televisi, radio, tape recorder, VCD dan berbagai peralatan lainnya ditempatkan di ruangan ini.

Dalam petak juga sering ditempatkan songi (kamar tidur) bagi kepala keluarga dan isterinya serta anak-anak yang masih kecil.

  • Bui' lotang

Bui lotang adalah petak bagian belakang. Pada ruangan tersebut juga sering ditempatkan songi untuk anak gadis atau para orang tua seperti nenek dan kakek.

Baca juga: Sejarah Lembaga Eijkman

Penempatan songi untuk anak gadis lebih menekankan pada fungsi pengamanan dan perlindungan untuk menjaga harkat dan martabat keluarga.

Sesuai kodratnya anak gadis memerlukan perlindungan yang lebih baik dan terjamin.

Pada ruang belakang dibandingkan dengan ruangan tengah dan ruangan depan, tempatnya lebih aman dan terlindungi dari berbagai hal yang akan merusak citra keluarga.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi