KOMPAS.com - Tari Kipas Pakarena merupakan salah satu tari tradisional yang berasal dari Gowa, Sulawesi Selatan.
Tari Kipas Pakarena adalah tarian yang dimainkan oleh penari wanita dengan membawa kipas.
Tarian tersebut sering dipentaskan untuk mempromosikan pariwisata di wilayah SUlawesi Selatan.
Dikutip dari buku Ensiklopedia Tari-Tarian Nusantara (2014) karya Rizky Utami, nama Pakarena berasal dari bahasa Makasar "karena" yang artinya main dan "pa" yang artinya pelaku.
Tarian tradisional Kipas Pakarena sudah menjadi kekuatan tradisi bagi masyarakat Gowa yang berabad-abad lamanya.
Tarian tersebut sebagai upaya untuk melestarikan budaya kekuatan kerajaan dan masyarakat Gowa yang hegemonitas.
Baca juga: Tari Zapin, Tarian Khas Riau
Tari Kipas Pakarena sempat menjadi tarian resmi istana pada masa Raja Gowa ke-16. Di mana tarian tersebut sudah turun temurun dan terus ditarikan hingga sekarang.
Dulu tari tersebut hanya ditarikan di dalam istana kerajaan Gowa oleh putri-putri bangsawan. Di mana menjadi pelengkap dan wajib ditunjukkan pada saat upacara adat atau pesta-pesta kerajaan.
Mitos tari Kipas Pakarena
Tari Kipas Pakarena menggambarkan tentang perpisahan boting langi (khayangan) dengan lino (bumi).
Konon, sebelum berpisah, penghuni boting langi mengajarkan para penghuni lino mengenai cara bercocok tanam, beternak, serta berburu.
Gerakan-gerakan tersebut sebagai ritual untuk mengungkapkan rasa syukur kepada boting langi.
Setiap gerakan-gerakan pada tarian tersebut mengekspresikan kelembutan, kesantunan, kesetiaan, kepatuhan, serta hormat masyarakat perempuan Gowa kepada laki-laki.
Seiring perkembangan jaman, tarian khas Sulawesi Selatan tersebut sangat diminati oleh masyarakat sekitar dan akhirnya membuat tarian kipas pakarena menjadi salah satu media hiburan yang menarik hati para penonton.
Baca juga: Revolusi Industri: Sejarah dan Perkembangan
Gerakan dan makna tari Kipas Pakarena
Gerakan pada tari Kipas Pakarena dimulai dengan duduk dan memutar searah jarum.
Gerakan memutar searah jarum jam memiliki makna yang melambangkan siklus hidup manusia.
Kemudian gerakan naik turun. Di mana gerakan tersebut mencerminkan roda kehidupan yang kadang berada di bawa dan kadang di atas.
pola gerakan tersebut mengingatkan akan pentingnya kesabaran dan kesadaran manusia dalam menghadapi kehidupan
Tari Kipas Pakarena secara keseluruhan memiliki 12 gerakan yang masing-masing mempunyai makna yang berbeda.
Dikutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemdikbud), aturan main tari Kipas Pakarena di mana seorang penari Pakarena tidak diperkenankan membuka matanya terlalu lebar.
Baca juga: Di Manakah Tanam Paksa Dilaksanakan?
Demikian pula dengan gerakan kaki, tidak boleh diangkat terlalu tinggi. Ini berlaku sepanjang tarian berlangsung yang memakan waktu sekitar dua jam.
Tari Kipas Pakarena diiringi musik oleh tujuh orang dan semuanya laki-laki dengan alat musik berupa gandrang.
Alat musik tersebut berfungsi sebagai pengiring. Di mana caranya dipukul gandrang dengan alat pukul dari tanduk kerbau atau tangan.
Pengiring tari Kipas Pakarena harus mengikuti penari. Namun, hanya gerakan kepala agara gerakan selalu beriringan dengan musik.
Busana yang dipakai penari disebut li'pa sa'be (kain sutera khas Sulawesi). Kemudian dengan sanggul besar dan hiasan khas pulau selayar.
Tari Kipas Pakarena dibawakan oleh 3, 4, 6 atau lebih penari perempuan yang memperlihatkan kelembutan perempuan suku Makassar.
Baca juga: Tari Melinting, Tarian Tradisional Khas Lampung
Tarian tersebut lebih banyak menampilkan gerakan tangan yang terayun ke samping (kiri-kanan) dan ke depan secara beraturan dan lamban.
Gerakan lembut si penari sepanjang tarian dimainkan, tak urung menyulitkan buat masyarakat awam untuk membedakan babak demi babak.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.