Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tari Kabasaran, Tarian Perang Khas Minahasa

Baca di App
Lihat Foto
Dian Ardiahanni/Kompas.com
Sejumlah penari menampilkan aksi berupa Tari Kabasaran dari Sulawesi Utara di depan Ground Zero, kawasan Sarinah, Jakarta pada Minggu (17/1/2016)
Penulis: Ari Welianto
|
Editor: Ari Welianto

KOMPAS.com - Tari Kabasaran merupakan jenis tarian perang masyarakat Minahasa di Provinsi Sulawesi Utara.

Tari Kabasaran atau disebut Kawasaran diartikan sebagai orang yang kuat, disegani, ditakuti dan berkuasa.

Tari Kabasaran ditarikan oleh para penari Sambil membawa persenjataan seperti mau perang, seperti pedang atau tombak.

Asal usul tari Kabasaran

Tarian tradisional tersebut sudah ada sejak abad ke-16. Di mana menggambarkan semangat patriotik rakyat Minahasa dalam membela dan mempertahankan tanah Minahasa dari ancaman musuh.

Dikutip dari buku Kolintang Inspirasi Indonesia: Bapontar Magazine (2013) karya Beiby Sumanti, tarian adat tersebut merupakan tarian keprajuritan Minahasa.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Tari Pamonte, Tari Khas Sulawesi Tengah

Di mana diangkat dari kata "wasal" yang berati ayam jantan yang dipotong jenggernya agar sang ayam menjadi lebih garang dalam bertarung.

Tari Kabasaran diiringi oleh suara tambur atau gong kecil. Alat musik seperti gong, tambur atau kolintang disebut "pa" "wasalen" dan para penarinya disebut kawasaran, yang menari dengan meniru gerakan dua yama jantan yang sedang bertarung, hampir mirip dengan tarian Cakalele dari Maluku.

Kata kawasalan tersebut kemudian berkembang menjadi "kabasaran" yang merupakan gabungan dua kata "kawasalan ni sarian" "kawasal" berati menemani dan mengikuti gerak tari.

Sedangkan "sarian" adalah pemimpin perang yang memimpin tari keprajuritan tradisional Minahasa tersebut.

Perkembangan bahasa Melayu Manado, kemudian mengubah huruf "W" menjadi "B", sehingga kata itu berubah menjadi kabasaran.

Pada zaman dulu para penari Kabasaran hanya menjadi penari pada upacara-upacara adat.

Namun, dalam kehidupan sehari-hari, mereka adalah petani dan rakyat biasa. Apabila Minahasa berada dalam keadaan perang, maka para penari Kabasaran menjadi Waraney.

Baca juga: Tari Kipas Pakarena, Tarian Khas Sulawesi Selatan

Gerak tari Kabasaran

Dikutip dari buku Sejarah dan kebudayaan Minahasa (2007) karya Jessy Wenas, tarian jurus-jurus memotong dengan pedang dan menusuk dengan tombak disebut Mahasausau (sau-sau= menebas dengan pedang), namun kedua penari berdiri berjauhan.

Pada tarian tersebut, kedua penari berpura-pura saling memotong dengan pedang dan menusuk dengan tombak dalam iringan langkah irama 4/4 sesuai bunyi tambor dengan wajah ekspresi yang ganas dan mata melotot.

Tari Kabasaran, para penari tidak menyanyi tapi menari saling berhadap-hadapan dengan pasangan yang dipilih sendiri oleh penari.

Penari yang terluka biasanya karena kesalahan sendiri, yang dalam hal ini si penari kurang menguasai sembilan jurus memotong dengan pedang dan sembilan jurus tusukan tombak.

Pedang tidak boleh digunakan menusuk atau menangkis, hanya tombak yang menusuk dan hanya perisai yang menangkis.

Pedang disebut Santi, tombak disebut Wengkou, perisai disebut Kelung. Dalam tarian tersebut tidak boleh menggunakan Wentis (panah) ataupun Papati (kampak).

Baca juga: Penyimpangan Sistem Tanam Paksa di Indonesia

Pakaian yang digunakan

Pakaian yang digunakan selain kemeja dan celana merah, juga menggunakan kain tenun Minahasa yang disebut, Kokerah, Pasolongan, Tinonton, dan Patola.

Kemudian memakai topi berhias paruh burung Uwak (Buceros Exaratus). Secara keseluruhan busana tari Kabasaran disebut Pakeyan Nuak.

Seluruh perlengkapan busana Kabasaran termasuk perhiasan kalung, gelang, topi, senjata, dan tajam.

Tarian Kabasaran harus dapat mengejutkan penonton, sehingga ada penonton yang mengucapkan kata "arotetei, okela" yang artinya "aduh bukan main, astaga". Disinilah letak penilaian keindahan tarian Kabasaran.

Bentuk penyajian tari Kabasaran

Tari kabasaran umumnya terdiri dari tiga babak, yakni:

  • Cakalele

Pada babak cakalele dulu ditarikan ketika para prajurit akan pergi berperang atau sekembalinya dari perang.

Baca juga: Jenis Vitamin Beserta Sumber dan Manfaatnya

Babak ini menunjukkan keganasan berperang para tamu agung dengan memberikan rasa aman pada tamu yang berkunjung .

  • Kumoyak

Babak selanjutnya disebut kumoyak. Kata kumoyak berasal dari kata "koyak" yang berati mengayunkan senjata tajam pedang atau tombak turun naik.

Kata koyak bisa berati membujuk roh dari pihak musuh atau lawan yang telah dibunuh.

  • Lalaya'an

Pada bagian lalaya'an para penari menari bebas riang gembira melepaskan diri dari rasa berang seperti menari lionda dengan tangan dipinggang.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi