Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Penemuan Fotosintesis

Baca di App
Lihat Foto
PIXABAY/THILOBECKER
Ilustrasi daun tanaman yang terkena air hujan.
|
Editor: Nibras Nada Nailufar

KOMPAS.com - Fotosintesis adalah proses tumbuhan hijau untuk membuat makanannya sendiri dari faktor abiotik (tidak hidup) di lingkungan tempatnya tinggal.

Fotosintesis membuat tumbuhan dapat makan tanpa perlu bergerak banyak ataupun mengandalkan makhluk lain.

Pada zaman dahulu sebelum fotosintesis ditemukan, para ilmuwan bertanya-tanya mengapa pohon bisa tumbuh tinggi padahal hanya meminum air.

Sedangkan hewan ternak saja harus diberi minum dan makan untuk dapat tumbuh tinggi dan besar.

Hal ini menggiring para pemikir untuk mengetahui bagaimana tumbuhan mendapatkan makanannya untuk dapat tumbuh dan berkembang.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Penemuan Fotosintesis

Sekitar 350 tahun sebelum masehi, seorang filsuf Yunani terkenal bernama Aristoteles menyatakan bahwa tumbuhan adalah makhluk hidup yang juga membutuhkan makanan untuk seperti halnya manusia dan binatang.

Baca juga: Proses yang Terjadi pada Reaksi Terang Fotosintesis

50 tahun setelahnya, murid Aristoteles bernama Theophratus menyatakan bahwa tumbuhan memperoleh makanan dari tanah yang diambil melalui akarnya. Pada saat itu belum diketahui tentang zat hara yang terdapat dalam tanah.

Pada tahun 1648, Jan Bptista van Helmont melakukan eksperimen tentang fotosintesis. Dilansir dari Biology LibreText, van Helmont menanam pohon willow seberat 2,27 kilogram dalam sebuah pot berisi tanah. Setelah 5 tahun kemudian, pohon willow tumbuh seberat 67,7 kilogram dan ternyata tanah dalam pot hanya berkurang sebanyak 57 gram saja.

Sehingga van Helmont menyimpulkan bahwa tumbuhan tidak memperoleh massa tubuhnya dengan mengambil tanah namun bergantung pada air.

byjus.com Percobaan Priestley

Pada tahun 1772 percobaan fotosintesis kembali dilakukan oleh Joseph Priestley. Priestley memasukkan seekor tikus kedalam toples tertutup dengan lilin yang menyala. Perlahan tikus itu mati karena oksigen dalam toples habis terbakar oleh lilin.

Priestley kemudian menambahkan tanaman pada toples yang baru. Tikus didalamnya tidak mati padahal lilinnya tetap menyala. Percobaan Priestley menemukan bahwa tumbuhan menghasilkan oksigen. Percobaan ini sekaligus adalah sejarah penemuan gas oksigen.

Baca juga: Perbedaan Fotosintesis dan Respirasi

Pada 1779, fotosintesis akhirnya ditemukan oleh seorang dokter sekaligus ilmuwan asal inggris bernama Jan Ingenhousz. Dilansir dari Encyclopedia Britannica, Ingenhousz menemukan proses fotosintesis di mana tumbuhan hijau memerlukan cahaya Matahari untuk meghasilkan oksigen bagi makhluk hidup lainnya. Ingenhousz juga menemukan bahwa fotosintesis terjadi pada bagian tumbuhan yang hijau.

Pada 1804, persamaan fotosintesis akhirnya ditemukan oleh seorang ahli kimia dan fisiologi tumbuhan bernama Nicholas-Theodore de Saussure. Saussure menuemukan bahwa fotosintesis tidak hanya membutuhkan sinar Matahari dan air, namun juga nutrisi dari dalam tanah.

Begitulah perjalanan panjang dalam penemuan bahwa tumbuhan membuat makanannya sendiri dengan cara fotosintesis. Namun ilmu pengetahuan tidak berhenti begitu saja, eksperimen tentang fotosintesis terus dilakukan untuk mengetahui kebenarannya lebih dalam.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi