Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tokoh-Tokoh Penentang Sistem Tanam Paksa

Baca di App
Lihat Foto
britannica.com
Eduard Douwes Dekker
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com - Sistem tanam paksa atau cultuurstelsel adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch pada 1830.

Setiap desa wajib menyisihkan sebagian tanahnya untuk ditanami komoditas ekspor, sepeti kopi, tebu, dan indigo.

Ketentuan sistem tanam paksa tersebut tertuang dalam lembaran negara tahun 1834 Nomor 22.

Tanam paksa yang diterapkan Belanda ternyata mendapat kecaman dari berbagai pihak. Dengan kecaman tersebut, Belanda akhirnya menghapus sistem tanam paksa.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beberapa tokoh penentang sistem tanam paksa, yaitu:

Baca juga: Palaksanaan Tanam Paksa di Indonesia

Eduard Douwes Dekker

Dalam buku Menjinakkan Sang Kuli: Politik Kolonial, Tuan Kebun, dan Kuli Di SUmatera Timur Awal Abad ke-20 (1997) oleh Jan Breman, Eduard Douwes Dekker mengarang buku berjudul Max Havelaar atau Lelang Kopi Perdagangan Belanda yang terbit pada tahun 1860.

Dalam buku tersebut, Douwes Dekker mengajukan tuntutan kepada pemerintah Belanda untuk memperhatikan kehidupan bangsa Indonesia.

Hal ini karena kejayaan Belanda merupakan hasil keringat rakyat Indonesia. Douwes Dekker mengusulkan sikap balas budi Belanda kepada bangsa Indonesia, dengan:

  1. Pendidikan yang layak untuk masyarakat Indonesia
  2. Membangun sakuran pengairan
  3. Meminddahkan penduduk dari daerah yang padat ke daerah yang jarang penduduknya

Baca juga: Cultuurstelsel, Sistem Tanam Paksa yang Sengsarakan Rakyat Pribumi

Baron van Hoevell

Bersama Fransen van de Putte, Baron berjuang keras menghapuskan sistem tanam paksa melalui parlemen Belanda. Baron menganggap kebijakan-kebijakan pemerinta Belanda tidak pro rakyat.

Meski sempat diusir oleh pemerintah Belanda, Baron terus berjuang demi kesejahteraan rakyat pribumi.

Fransen van de Putte

Dilansir dari Encyclopaedia Britannica (2015), Fransen van de Putte menulis sebuah buku Suiker Contracten sebagai bentuk protes terhadap kegiatan tanam paksa.

Fransen merupakan keturunan Liberal Belanda, namun gencar menyerang sistem kebudyaan kolonial yang memanfaatkan kekayaan sumber daya alam dan manusia di Indonesia dengan cara kerja paksa.

Di masa sisa jabatannya, Fransen terus berupaya menghapus beberapa pelanggaran yang dilakukan pemerintah Belanda.

Baca juga: Dampak Tanam Paksa bagi Rakyat Indonesia

Golongan pengusaha

Golongan pengusaha menghendaki kebebasan berusaha, karena sistem tanam paksa tidak sesuai dengan ekonomi liberal.

Akibat reaksi dari orang-orang Belanda yang didukung oleh kaum liberal mulai tahun 1865 sistem tanam paksa dihapuskan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sumber: Britannica
Baca tentang
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi