KOMPAS.com - Tari Cakalele merupakan salah satu tari perang yang terkenal dari Indonesia. Tari Cakalele adalah tarian khas masyarakat Maluku.
Tari Cakalele adalah salah satu bentuk atraksi seni yang melambangkan, rasa keberanian, ketangkasan, keperkasaan dan rasa persekutuan.
Dikutip dari buku Mengenal Tarian dan Seni Maluku dan Halmahera (2010) karya M.Noor Said, tari Cakalele merupakan tari perang yang secara umum mempunyai jumlah penari sebanyak 5 sampai 30 penari.
Tari Cakalele menggambarkan perjuangan rakyat Maluku dalam membela kebenaran.
Bahkan tari perang tersebut pada awalnya dipertunjukkan untuk memberikan semangat kepada para pasukan dalam melawan penjajah.
Menurut cerita jika tarian ini merupakan penghormatan atas nenek moyang bangsa Maluku yang merupakan pelaut.
Baca juga: Tari Giring-Giring, Tarian Tradisional Khas kalimantan Tengah
Sebelum mengarungi lautan, para pelaut mengadakan ritual dengan mengadakan pesta makan, minum, dan berdansa.
Mereka percaya jika dengan ritual yang melibatkan tarian Cakalele akan mendapatkan restu dari arwah leluhur.
Ketika menarikan tarian tersebut, penari mengenakan pakaian perang. Pakaian yang dikenakan penari laki-laki lebih banyak didominasi warna-warna terang, yakni merah dan kuning tua.
Sementara untuk penari wanita (mai-mai) mengenakan pakaian yang berwarna putih.
Kelengkapan tari Cakalele
Sebagai kelengkapan saat menari, penari laki-laki dilengkapi dengan pedang yang digenggam oleh tangan dan salawaku (perisai). Sedangkan untuk penari wanita membawa sapu tangan (lenso) di kedua tangannya.
Baca juga: Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Bapak Pramuka Indonesia
Pakaian dan kelengkapan yang dikenakan penari laki-laki memiliki lambang yaitu pakaian berwarna merah yang melambangkan jiwa kepahlawanan.
Bahwa penduduk Maluku mempunyai keberanian dan patriotisme saat melawan musuh.
Pedang melambangkan harga diri penduduk Maluku yang harus dipertahankan. Tameng serta teriakan lantang dalam tarian tersebut melambangkan protes kepada sistem pemerintahan yang tidak memihak kepada masyarakat.
Saat ini menari, penari menggunakan tutup kepala yang dihiasi oleh bulu burung Cendrawasih atau kain.
Burung cenderawasih menjadi sangat penting bagi orang Banda, terutama dalam tatanan adat dan budaya terutama dari tradisi tari mereka.
Karena tarian Cakalele tidak bisa ditarikan jika burung cenderawasih tidak terpasang di kepala sang penari.
Selain penari Cakalele, dalam setiap tari Cakalele juga diiringi oleh pemegang umbul-umbul, dan para pembantu lainnya.
Baca juga: 65 Nama Tari di Indonesia dan Asal Daerahnya
Para penari yang berpasangan ini menari dengan diiringi musik tifa, suling, dan bia (instrumen tiup dari kerang).
Penari akan tampil dalam gerak sesuai dengan lagu sebagai suatu perwujudan dari jiwa patriotis dan semangat heroik
Tari Cakalele merupakan tarian yang sakral. Dilansir dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemdikbud), tarian perang tersebut tidak dapat dipentaskan oleh orang luar, yang bukan bagian dari masyarakat adat di desa-desa kepulauan Banda.
Tarian tersebut hanya boleh dilakukan oleh anak-anak adat desa setempat, Tidak semua desa di kepulauan Banda memiliki tarian Cakalele karena tarian Cakalele hanya dimiliki oleh desa-desa adat.
Fungsi tari Cakalele
Saat ini tarian tersebut lebih sering dipertunjukkan untuk menyambut tamu agung dan acara-acara adat.
Baca juga: Jenis Tata Rias Seni Tari
Tari Cakalele tidak dapat setiap saat dipertunjukkan. Karena banyaknya personel dan kelengkapan serta persiapan yang dibutuhkan dengan biayanya tinggi waktu lama.
Penari yang dibutuhkan bisa mencapai 30 orang. Selain itu terdapat penabuh gendang, pemuluk gong, pemegang umbul-umbul, serta pemuka adat dalam pasangan suami istri.
Secara adat fungsi-fungsi mereka tidak dapat diubah dan diganti oleh personel lain. Karena Cakalele adalah sebuah keutuhan adat yang sarat dengan ritual dan mistik.
Pada saat atraksi cakalele untuk penyambutan tamu jarang untuk menggunakan parang, tetapi telah dikreatif menggunakan umbul-umbul yang terbuat dari daun nipa atau daun kelapa.
Kostum yang digunakan ketika untuk upacara adat harus menggunakan pakaian adat.
Sementara dilakukan untuk menyambut tamu, dengan pakaian yang sudah di kreatif sesuai dengan pakaian adat. Setiap tarian Cakalele, selalu ada pemimpin atau Kapitannya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.