Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tari Caci, Tarian Tradisional Khas NTT

Baca di App
Lihat Foto
ARSIP KEMENPAR
Tari Caci digelar di Lapangan Batu Cermin, Kabupaten Managgarai Barat, Nusa Tenggara Timur dalam rangkaian Festival Komodo 2017, Kamis (2/3/2017).
Penulis: Ari Welianto
|
Editor: Ari Welianto

KOMPAS.com - Tari Caci adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT).

Tari Caci merupakan tari uji ketangkasan bela diri yang dibalut dalam bentuk tarian tersebut dan menjadi nilai budaya NTT.

Dikutip dari buku Exotic NTT - Seri Backpacking & Travelling (2013) karya Gagas Ulung, dalam budaya Manggarai, tari Caci membawa simbol pertobatan manusia dalam hidup.

Nama Caci berasal dari dua kata yakni "ca" yang artinya satu dan "ci" yang berati uji. Sehingga Caci bermakna ujian satu lawan satu untuk membuktikan siapa yang benar dan salah.

Tarian tersebut selalu dibawakan para pemuda setempat sebagai ajang menempa diri agar memiliki semangat sportivitas dan mengendalikan emosi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertunjukan tari Caci

Pada pertunjukan tari Caci dibuka dengan tarian Danding atau Tandak Manggarai. Sebelum beradu, setiap pemain terlebih dahulu melakukan gerakan pemanasan otot.

Baca juga: Tari Cakalele, Tarian Perang Khas Maluku

Di mana masing-masing penari menggerakan badannya mirip gerakan kuda. Sambil menari, pemain caci menyanyikan lagu daerah untuk menantang lawannya.

Setiap kelompok terdiri dari delapan pemuda bertarung menghadapi lawan. Sebelah tangan memegang pecut, dan tangan lain menggenggam tameng.

Dengan destar atau ikat kepala dan sarung songket, para pemuda berjejer dan menari dengan lagu daerah yang dinyanyikan dengan lantang.

Dengan lincah dan ringan, si penyerang menghentakkan pecutnya ke tubuh lawan. Sementara lawan menahan sabetan pecut menggunakan perisai.

Setiap pemain beresiko memiliki bekas sabetan, tapi meski tubuh terluka tidak ada dendam antar pemain.

Disela-sela permainan, para tetua adat baik laki-laki maupun perempuan menari (danding) dan bernyanyi (mbata) dengan penuh suka cita sambil berjalan secara teratur membentuk lingkaran.

Baca juga: Sejarah dan Peran PDRI

Lihat Foto
ARSIP KEMENPAR
Tari Caci digelar di Lapangan Batu Cermin, Kabupaten Managgarai Barat, Nusa Tenggara Timur dalam rangkaian Festival Komodo 2017, Kamis (2/3/2017).
Aturan tari Caci

Pemain Caci hanya boleh memukul tubuh lawan mulai dari bagian pinggang ke atas. Sedangkan bagian pinggang ke bawah yang ditandai sehelai kain yang menjuntai tidak boleh dipukul.

DIlansir dari situs Pemerintah Kabupatan Manggarai Barat, seluruh kulit tubuh pemain seperti bagian dada, punggung, lengan termasuk mata menjadi sasaran cambuk pemain lawan.

Pemain dinyatakan kalah, jika pecut yang dipasng kulit kerbau tipis diujungnya mengenai badan terlebih bagian mata.

Permainan adu ketangkasan tersebut bersigat sportif. Kedua pemain saling bergantian peran, seorang penari hanya melakukan sekali pukul.

Pertarungan semakin seru dengan teriakan dukungan para penonton. Tapi waktu yang membatasinya, meski ada yang kena dan terluka bukan menjadi alasan untuk membalas dendam di luar arena.

Baca juga: Konferensi Asia-Afrika 1955: Sejarah, Peserta, dan Hasilnya

Karena luka yang dialami dikagumi sebagai lambang keperkasaan dan kejantanan seorang pemain caci.

Dalam permainan Caci tidak mementingkan siapa yang kalah dan menang. Mereka tidak ada rasa dendam setelah bermain caci, bahkan meningkatkan rasa persatuan, persaudaraan dan persahabatan.

Permainan caci merupakan suatu momen budaya yang sifatnya suka cita dan dilakukan dalam upacara adat dan acara khusus.

Ini dapat dilihat dalam upacara perkawinan (tae kawing), syukuran (panti) baik syukuran membuka ladang baru maupun syukuran hasil panen, syukuran warga kampung, syukuran tahunan, syukuran pentahbisan imam, penyambutan tamu kehormatan, atau peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesi.

Fungsi tari Caci

Bagi masyarakat Manggarai NTT, tari atau permainan Caci memiliki fungsi dalam kehidupan sehari-hari.

Baca juga: Sejarah BPUPKI dan Perjalanannya

Diikutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), berikut fungsi tari Cica:

  • Fungsi Ritual

Tari Caci sebagai fungsi ritual berupa ungkapan atau simbol komunikasi kepada Yang Maha Kuasa atau Yang di Agungkan.

Fungsi ritual tersebut terlihat dari dibacakannya doa atau mantra serta berbagai macam sesaji yang harus dipenuhi dengan tujuan keselamatan bagi pemain dan penonton saat acara caci berlangsung.

  • Fungsi Sosial

Tari Caci muncul karena adanya interaksi sosial. Interaksi dan komunikasi yang baik antar anggota masyarakat akan menumbuhkan ikatan yang kuat.

Adanya kontak sosial masyarakat dalam menggelar permainan caci terlihat saat masak bersama hingga seluruh persiapan penyelenggaraan caci dilangsungkan.

  • Fungsi Estetika

Tari Caci dapat dilihat dari cara berpakaian, lagu atau musik yang dimaikan, serta keindahan berbahasa para pemainnya.

Baca juga: Sejarah Terbentuk dan Bubarnya Liga Bangsa-bangsa

Kelengkapan kostum tari Caci

Pada taria Caci ada beberapa kelengkapan kostum yang digunakan.

Berikut kelengkapan kostum pada permainan Caci:

  • Panggal

Panggal terletak pada bagian kepala, terbuat dari kulit kerbau yang dilapisi kain khas adat Manggarai dan dihiasi ornament renda.

Berbentuk persegi empat dan pada bagian atas berbentuk seperti tanduk kerbau yang berhiaskan bulu ekor kambing.

  • Nggorong atau giring-giring

Nggorong terbuat dari logam yang diikatkan pada pinggang pemain.

Fungsi nggorong menambah kegagahan pemain, karena suaranya yang berbunyi pada saat pemain bergerak.

Baca juga: Jenis Pola Lantai dalam Seni Tari

  • Lipa Songke atau kain songke

Lipa merupakan berupa kain sarung berwarna hitam yang bersulam khas Manggarai. Kain dengan dikombinasikan warna-warni yang minim disebut lipa laco, sedangkan yang banyak kombinasi sulamannya disebut dengan Jok.

Sulaman lipa songke menggunakan benang yang disisipkan di tengah kain tenunan. Pada tari Cica, lipa songke dipakai hanya sebatas lutut.

  • Tubi Rapa

Tubi Rapa adalah perhiasan manik-manik yang digunakan pada wajah bersamaan dengan Destar. Destar adalah pakaian adat laki-laki yang hampir mirip dengan sapu, dipakai dengan cara dililitkan pada kepala dan berfungsi sebagai pelindung wajah.

  • Selendang

Selendang diikatkan di pinggang, yang juga kain tenunan khas Manggarai.

  • Ndeki

Ndeki merupakan aksesoris yang terbuat dari bulu ekor kambing yang berfungsi sebagai pelindung punggung. Selain itu melambangkan kejantanan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi