Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bundo Kanduang, Pakaian Adat Sumatera Barat

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS IMAGES / KRISTIANTO PURNOMO
Perempuan menggunakan pakaian adat Sumatera Barat saat penyambutan tamu di garis finish etape tiga Tour de Singkarak 2013 di Istano Basa Pagaruyung, Nagari Pagaruyung, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Selasa (4/6/2013).
Penulis: Ari Welianto
|
Editor: Ari Welianto

KOMPAS.com - Pakaian Bundo Kanduang atau disebut Limpapeh Rumah Nan Gadang merupakan pakaian adat yang berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat.

Pakaian Bundo Kanduang adalah pakaian adat Minangkabau yang umumnya dikenakan oleh perempuan yang telah menikah.

Dilansir dari situs Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, pakaian adat tersebut merupakan simbol dari pentingnya peran seorang ibu dalam sebuah keluarga.

Limpapeh sendiri artinya tiang tengah dari bangunan rumat adat Sumatera Barat. Di mana peran limpapeh dalam memperkokoh bangunan rumah gadang adalah analogi dari peran ibu dalam sebuah keluarga.

Jika limpapeh rubuh, maka rumah juga akan rubuh. Begitu juga ibu atau perempuan tidak pandai mengatur rumah tangga, maka keluarganya juga tidak akan bertahan lama.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakaian adat Bundo Kanduang memiliki keunikan terutama pada bagian kepala. Di mana bagian penutup kepala berbentuk menyerupai tanduk kerbau atau atap rumah gadang yang menjadi ciri khas masyarakat Minangkabau.

Baca juga: Ulos, Pakaian Adat Sumatera Utara

Desain pakaian Bundo Kanduang

Pakaian Bundo Kanduang secara umum memiliki desain yang berbeda-beda dari setiap nagari atau sub suku yang ada di Sumatera Barat.

Perbedaan diantaranya terletak pada ornamen dan pernik yang digunakan serta perlengkapan lain seperti suntiang (hiasan kepala).

Namun, ada beberapa kelengkapan khusus yang ada dalam jenis-jenis pakaian adat tersebut.

Perlengkapan tersebut seperti tingkuluak (tengkuluk), baju batabue, minsie, lambak atau sarung, salempang, aksesoris seperti dukuah (kalung), galang (gelang).

Tingkuluak merupakan sebuah penutup kepala yang bentuknya menyerupai kepala kerbau atau atap rumah Gadang.

Penutup kepala tersebut terbuat dari kain selendang yang dikenakan sehari-hari atau saat upacara adat.

Baca juga: Ulee Balang, Pakaian Adat Aceh

Dikutip dari buku Pakaian Adat Sumatera Barat (1986), tangkuluk tanduk tersebut melambangkan rumah gadang (besar) atau rumah adat Minangkabau. Karena masyarakat beranggapan bahwa rumah adat tersebut adalah milik perempuan atau kaum ibu.

Dataran yang ada di atas tengkuluk melambangkan bahwa dalam memutuskan sesuatu haruslah dengan mufakat atau musyawarah dan hasilnya harus adil.

Baju batabue atau baju bertabur adalah baju kurung (naju) yang dihiasi dengan taburan pernik benang emas.

Pernik-pernik dengan sulaman benang emas tersebut melambangkan tentang kekayaan alam ranah Minang Sumatera Barat yang sangat berlimpah.

Corak dari sulaman tersebut beragama. Ada empat variasi warna pada baju batubue, yakni merah, hitam, biru, dan lembayung.

Di bagian tepi lengan dan leher ada hiasan yang disebut minsie.

Baca juga: Sejarah Grebeg Besar di Demak

  • Minsie

Minsie adalah sulaman yang menyimbolkan bahwa seorang perempuan Minang harus taat pada batas-batas suku adat.

  • Lambak atau Sarung

Lambang atau sarung merupakan bawahan pelengkap pakaian Bundo Kanduang.

Sarung tersebut ada yang berupa songket, ada juga yang berikat. Sarung dikenakan untuk menutupi bagian bawah tubuh perempuan dengan cara diikat pada pinggang.

Di mana belahannya disusun di depan, samping, atau belakang tergantung adat Nagari (desa) mana yang memakainya.

Kain sarung adalah kain balapak bersulam benang emas, tenunan Pandai Sikat juga. Kain sarung melambangkan bahwa "meletakkan sesuatu pada tempatnya, jika memakan habis-habis dan menyuruk (bersembunyi) hilang-hilang".

Baca juga: Nama Lain Gotong Royong di Berbagai Daerah di Indonesia

  • Selempang

Salempang merupakan selendang yang terbuat dari kain songket. Pada perempuan salempang diletakan di pundak.

Salempang menyimbolkan seorang perempuan harus memiliki welas asih pada anak dan cucu, serta harus waspada akan segala kondisi.

Dilansir dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemdikbud), salendang merupakan salah satu hasil kerajinan tenun Pandai Sikek.

Kepandaian tersebut didapat secara turun temurun dari nenek moyang mereka. Tenun Pandai Sikek menghasilkan berbagai jenis songket baik untuk pakaian, kelengkapan upacara maupun sebagai hiasan rumah tangga.

Salendang songket berbentuk empat persegi panjang terbuat dari benang katun warna merah dengan ATBM.

Baca juga: Kewajiban Manusia Terhadap Perubahan Energi

  • Aksesoris

Penggunaan pakaian adat Sumatera Barat untuk perempuan juga dilengkapi dengan beragam aksesoris, dukuah (kalung), galang (gelang), dan cincin.

Untuk Dukuah ada beberapa motif, yaitu kalung perada, daraham, kaban, manik pualam, cekik leher, dan dukuh panyiaram.

Secara filosofis, dukuah melambangkan bahwa seorang perempuan harus selalu mengerjakan segala sesuatu dalam azas lingkaran kebenaran.

Untuk motif galang seperti galang bapahek, kunci maiek, galang rago-rago, galang ula, dan galang basa.

Pemakaian gelang memiliki filosofi bahwa seorang perempuan memiliki batasan-batasan tertentu dalam melakukan aktivitasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi