KOMPAS.com - Mohandas Karamchand Gandhi dikenal sebagai Mahatma Gandhi. Mahatma berarti memiliki jiwa besar. Mahatma Gandhi menjadi tokoh terkemuka dalam perjuangan India melawan Inggris.
Mengutip dari Encylcopaedia Britannica, Mahatma Gandhi lahir di Porbandar, India pada 8 Oktober 1869 dan meninggal pada 30 Januari 1948.
Mahatma Gandhi dikenal sebagai sosok yang sangat mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan (humanisme) atau tanpa kekerasan, khususnya dalam melawan Inggris di abad ke-20.
Mahatma Gandhi memperkenalkan empat ajaran yang digunakannya dalam melawan Inggris. Apa sajakah itu?
Ahimsa
Dilansir dari situs BBC, ahimsa dapat diartikan sebagai tidak membahayakan orang lain. Ahimsa merupakan salah satu prinsip religius yang lumrah ditemui dalam ajaran agama Buddha, Hindu serta Jainisme (salah satu aliran keagamaan di India Barat).
Mahatma Gandhi tidak hanya menggunakan ahimsa dalam perlawanannya terhadap pemerintahan kolonial, tetapi juga dalam lingkup kejahatan sosial. Contohnya diskriminasi rasial.
Baca juga: Gerakan Nasionalisme India
Mengutip dari situs Mahatma Gandhi One Spot Complete Information, kata ahimsa berasal dari kata kerja dalam Bahasa Sansekerta, yakni root san yang berarti membunuh. Kata 'hims' dalam ahimsa berarti membunuh. Dalam kalimatnya diberikan awalan 'a' sebagai bentuk negasi.
Maka a-himsa berarti tidak memiliki keinginan untuk membunuh. Ahimsa diartikan tidak membahayakan diri sendiri, orang lain dan seluruh makhluk hidup di bumi.
Secara garis besar, ahimsa tidak mengajarkan kekerasan terhadap seluruh makhluk hidup. Karena merupakan bentuk perlindungan harga diri serta rasa hormat seseorang.
Hartal
Dilansir dari situs Hindustan Times, 30 Maret 1919 merupakan hari hartal atau pemogokan di seluruh India. Banyak daerah di India yang melakukan hartal atau pemogokan.
Hartal merupakan cara yang ditempuh Mahatma Gandhi dalam melawan penjajahan Inggris di India. Hartal dilakukan dengan cara menutup toko serta para pekerjanya melakukan mogok massal.
Dalam jurnal yang berjudul Pemikiran Mahatma Gandhi Tentang Nilai-Nilai Kemanusiaan (2014) karya Safina Lukman Hakim, dkk, hartal merupakan awalan dari gerakan perjuangan India selama 28 tahun melawan penjajahan Inggris.
Walau hartal dipahami sebagai bentuk aksi mogok, namun dalam penerapannya hartal dilakukan dengan berpuasa dan menjalankan kegiatan agama lainnya.
Swadeshi atau Swadesi
Mengutip dari situs The Metta Center for Nonviolence, swadeshi berasal dari Bahasa Sansekerta 'Swa' yang berarti diri sendiri dan 'Desh' yang berarti negara. Maka swadesh dapat diartikan sebagai negara sendiri.
Mahatma Gandhi mempercayai jika swadesi merupakan kunci kemerdekaan India. Karena kendali Inggris atas India berakar dari kendali industri pribumi (masyarakat India).
Swadesi diartikan sebagai menggunakan apa yang dihasilkan oleh negara sendiri atau bentuk cinta tanah air sendiri. Konsep swadeshi sangat erat kaitannya dengan semangat swaraj atau self-governance yang merupakan cita-cita seluruh rakyat India.
Swadeshi juga merupakan gerakan memboikot produk asing, seperti hasil pangan, bahan baku dan lain sebagainya untuk kemudian mengajak masyarakat menggunakan produk lokal.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Mahatma Gandhi Dibunuh
Satyagraha
Satyagraha dapat diartikan sebagai kekuatan-kebenaran. Satyagraha merupakan kekuatan yang dihasilkan melalui proses kepatuhan terhadap kebenaran. Banyak yang mengira jika satyagraha merupakan perilaku tanpa kekerasan.
Namun, menurut Mahatma Gandhi, satyagraha merupakan hasil dari perilaku tanpa kekerasan. Dalam perlawanannya terhadap Inggris, Mahatma Gandhi menerapkan dua jenis satyagraha, yakni:
- Pembangkangan sipil
Kata sipil yang digunakan dalam hal ini juga mencakup pengertian beradab serta kesopanan. Pembangkangan ini tidak dilakukan dengan menggunakan kekerasan fisik, walau pada akhirnya para penganut satyagraha harus menerima hukuman fisik dari kolonial. - Non-kooperatif
Artiya menolak kerja sama dengan pihak lawan serta menolak tunduk pada ketidakadilan. Contoh tindakannya boikot ekonomi, penolakan pajak serta pemogokan kerja.