Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebijakan-Kebijakan VOC di Bidang Politik

Baca di App
Lihat Foto
Dutch Maritime Museum
Perkumpulan para saudagar di Belanda yang menjadi cikal bakal VOC
|
Editor: Nibras Nada Nailufar

KOMPAS.com - VOC dibentuk pada 20 Maret 1602 dan merupakan perusahaan dagang milik Pemerintah Belanda. Selama menduduki Nusantara, VOC membuat banyak kebijakan di berbagai bidang.

Mayoritas kebijakan tersebut hanyalah menguntungkan salah satu pihak, yakni VOC dan sangat merugikan rakyat Indonesia kala itu. Salah satunya adalah kebijakan di bidang politik.

Tahukah kamu apa saja kebijakan-kebijakan VOC di bidang politik?

Mengutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), agar bisa mempertahankan daerah jajahannya, Belanda mengubah sistem birokrasi yang digunakan VOC.

Saat Herman Willem Daendels menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda, ia melakukan sentralisasi pemerintahan serta melakukan pengawasan secara ketat kepada bawahannya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berikut merupakan kebijakan-kebijakan VOC di bidang politik:

Penggunaan politik ini membuat banyak orang berselisih, berkonflik bahkan berperang di antara Bangsa Indonesia. Salah satu alasannya karena adanya perebutan tahta serta kekuasaan.

Baca juga: Kebijakan-kebijakan VOC di Bidang Ekonomi

Contoh keberhasilan VOC dalam menerapkan politik devide et impera ialah konflik perebutan takhta di Kerajaan Mataram. Konflik ini membuat posisi Belanda sangat diuntungkan, sedangkan posisi Kerajaan Mataram semakin melemah karena terbagi menjadi 4 kerajaan.

Contoh lainnya ialah Perang Makassar. Dalam perang ini, VOC atau Belanda berhasil menaklukkan Kesultanan Gowa dan Kota Makassar. Karena VOC dibantu oleh Raja Bone dan Arung Palakka yang tengah berseteru dengan Sultan Hasanudin.

Politik devide et impera mempermudah VOC dalam melakukan ekspansi wilayah kekuasaanya. Selain itu, melalui politik ini VOC atau Belanda bisa dengan mudah menyingkirkan pihak pribumi yang menentang kebijakannya.

Salah satu kebijakan politik VOC adalah pengangkatan gubernur jenderal sebagai wakil Pemerintah Belanda di Hindia Belanda. Salah satu tugas utama dari gubernur jenderal ialah mengatur dan menjalankan kongsi dagang di Hindia Belanda.

Para gubernur jenderal tersebut membuat banyak kebijakan yang sangat merugikan rakyat Indonesia. Salah satu contohnya adalah tanam paksa, pembangunan jalan Anyer-Panarukan, dan lain sebagainya.

Baca juga: Kebijakan Daendels di Indonesia

Contoh Gubernur Jenderal Hindia Belanda ialah Pieter Both, Herman Willem Daendels, Jan Pieterszoon Coen, Cornelis Speelman, dan masih banyak lagi.

Indirect rule merupakan sistem pemerintahan tidak langsung. VOC atau Belanda mengangkat rakyat pribumi pilihannya untuk menjadi wakil yang berurusan langsung dengan rakyat pribumi lainnya.

Pengangkatan pejabat pribumi ini menjadi salah satu alasan kesuksesan sistem tanam paksa di Nusantara saat itu. Pejabat yang diangkat oleh VOC atau Belanda ini sangatlah kaya sementara rakyat pribumi tetap menderita..

Biasanya pemilihan pejabat pribumi ini didasarkan pada sistem keturunan serta patron-klien atau upaya baik yang dilakukan bawahan untuk menarik hati atasannya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sumber: Kemendikbud
Baca tentang
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi