Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rimpu, Pakaian Tradisional NTB

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/ANDRI DONNAL PUTERA
Dua perempuan suku Mbojo diabadikan saat menghadiri acara pembuka Festival Pesona Tambora di Doro Ncanga, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, Jumat (15/4/2016). Perempuan suku Mbojo yang belum menikah mengenakan rimpu atau balutan kain tanpa memperlihatkan wajah mereka seutuhnya, sedangkan yang telah menikah, rimpu dipasang tidak menutup wajah.
Penulis: Ari Welianto
|
Editor: Ari Welianto

KOMPAS.com - Rimpu merupakan salah satu pakaian tradisional yang berasal dari Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

Pakaian Rimpu adalah pakaian adat khas dari Suku Bima yang mendiami wilayah NTB tepatnya di Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu.

Rimpu digambarkan dengan memakai sarung yang melingkar pada kepala dimana yang terlihat hanya wajah pemakainya.

Dikutip dari buku Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia Jilid L-Z (1995) karya M. Junus Melalatoa, Rimpu adalah pakaian tradisional kaum wanita Mbojo NTB yang memperhatikan kuatnya pengaruh Islam.

Seorang gadis yang menggunakan dua lembar kain sarung untuk menutupi tubuhnya sesuai dengan kaidah menutup aurat menurut ajaran Islam.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Keunikan Pakaian Adat Suku Rote NTT

Di mana sarung yang satu dikenakan di bagian bawah dan sarung satunya lagi dililitkan sebagai penutup bagian atas sedemikian rupa, sehingga hanya mata yang terlihat.

Pakaian dengan cara pemakaian semacam itu disebut rimpu sampela. Namun, pada masa terakhir mereka sudah memperlihatkan seluruh wajahnya seperti wanita yang sudah menikah.

Kadang pada bagian bawahnya bukan lagi sarung melainkan rok biasa.

Sejarah Rimpu

Masuknya tradisi Rimpu ke Bima NTB bersamaan dengan masuknya Islam di wilayah tersebut.

Dikutip dari buku Uniquely Lombok-Sumbawa (2013) karya Gagas Ulung, pedagang Islam yang datang ke Bima terutama perempuan Arab menjadi inspirasi bagi perempuan Bima untuk mengidentikkan pakaian mereka dengan menggunakan Rimpu.

Keberadaan Rimpu juga tidak lepas dari upaya pemerintah untuk memanfaatkan kaian sarung atau kain tenun Bima yang telah menjadi komoditi perdagangan dunia sejak abad ke-13.

Saat itu semua perempuan yang sudah akil baliq diwajibkan memakai Rimpu apabila hendak bepergian meninggalkan rumah untuk sesuatau urusan.

Kalau tidak, berati sudah melanggar hukum agama dan adat pada saat itu.

Baca juga: Daftar Alat Musik Tradisional di Indonesia

Jenis Rimpu

Bentuk Rimpu mirip seperti mukena. Di mana satu bagian kepala hingga perut dan satu bagian lainnya menutupi perut hingga kaki.

Dikutip dari buku Jaringan Ulama dan Islamisasi Indonesia Timur (2020) karya Hilful Fudhul Sirajuddin Jaffar, salah satu model busana perempuan Bima yang disebut Rimpu merupakan akulturasi kebudayaan Melayu dengan kebudayaan Bima. Mode busana Rimpu adalah untuk menutup aurat.

Terdapat dua jenis Rimpu, yakni:

  • Rimpu Colo

Rimpu Colo adalah sarung khas atau tembe nggoli yang dilingkarkan menjadi penutup kepala. Di mana tanpa menutup wajah perempuan.

Baca juga: Sistem Ekonomi Liberal pada Masa Kolonial dan Kondisi Masyarakat

Tembe Nggoli adalah kain tenun sarung khas Bima yang terbuat dari benang kapas atau katun. Kain tenun sarung tersebut memiliki beragam warna yang cerah dan bermotif khas sarung tenun tangan.

Biasanya busana tersebut dipakai pada perempuan yang sudah menikah.

  • Rimpu Mpida

Rimpu Mpida merupakan busana menutup aurat perempuan hingga menutup wajah, kecuali mata yang dibiarkan terbuka.

Busana tersebut menjadi simbol bahwa pemakaian adalah perempuan yang belum diperistrikan oleh seorang laki-laki.

Dilansir dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemdikbud), adanya perbedaan penggunaan Rimpu yang masih gadis dengan yang telah bersuami sebenarnya secara tidak langsung menjelaskan kepada masyarakat terutama kaum pria tentang status wanita apakah wanita tersebut sudah berkeluarga atau masih gadis.

Inilah yang unik dari budaya Rimpu. Rimpu merupakan budaya dalam busana pada masyarakat Bima.

Baca juga: Cara Menghargai Jasa Pahlawan dan Meneladani Sikapnya

Budaya Rimpu sudah ada dan hidup serta berkembang sejak masyarakat Kota Bima ada.

Sekarang busana Rimpu hampir punah karena masyarakat sekarang sudah jarang menggunakan Rimpu untuk menutup aurat.

Karena banyak busana penutup aurat yang lebih modern bermunculan seperti jilbab atau kerudung.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi