Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gubernur Jenderal Hindia Belanda dari 1816 hingga 1875

Baca di App
Lihat Foto
Tropenmuseum
Daftar Gubernur Jenderal VOC
|
Editor: Nibras Nada Nailufar

KOMPAS.com - John Fendall menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang terakhir saat Inggris menduduki Hindia Belanda. Kekuasaan Inggris diambil alih oleh Belanda, yang kembali menduduki Hindia Belanda dari 1816 hingga 1949.

Siapa sajakah Gubernur Jenderal Hindia Belanda mulai dari 1816 hingga 1875? Berikut penjelasannya yang dilansir dari situs Dinas Pariwisata Jakarta dan Encyclopedia DKI Jakarta:

Gubenur Jenderal G.A.G.Ph. van der Capellen (1816-1826)

Van der Capellen lahir di Utrecht pada 1778 dan meninggal di De Bilt, Utrecht pada 1848. Ia merupakan Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-41.

Selama masa kepemimpinannya, Capellen berjuang menghadapi serangan Raffles yang saat itu menjabat sebagai Komisaris Jenderal Bengkulu. Saat itu, Raffles mencoba mengambil alih kekuasaan di Sumatera dan Kalimantan.

Ia juga pernah membuat kebijakan pengurangan monopoli rempah-rempah serta menghentikan pembayaran sewa tanah. Namun, penghentian pembayaran ini menimbulkan protes dari kalangan ningrat pemilih tanah, hingga akhirnya Perang Diponegoro terjadi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gubernur Jenderal Leonard Pierre Joseph du Bus de Gisignies (1826-1830)

Du Bus de Gisugnies merupakan orang Katolik pertama yang memimpin Hindia Belanda. Ia merupakan bangsawan Belgia dan saat menjabat sebagai Gubernur Jenderal di Batavia, ia menyelesaikan gedung istana gubernur jenderal yang sekarang digunakan sebagai Gedung Departemen Keuangan.

Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch (1830-1833)

Van den Bosch dilahirkan di Herwijnen, Belanda. Ia mengawali karirnya di Pulau Jawa pada 1797 sebagai seorang letnan dan kemudian diangkat menjadi kolonel. Pada 1810, ia dipulangkan ke Belanda karena perbedaan pendapat dengan Daendels.

Saat 1827, ia dikirim kembali ke Batavia untuk menjabat sebagai jenderal komisaris. Kemudian pada 1830, ia diangkat menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan ia pensiun secara sukarela pada 1839.

Gubernur Jenderal Jean Chretien Baud (1833-1836)

Jean Chretien Baud dilahirkan di Den Haag pada 1789 dan meninggal pada 1859. Ia merupakan Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang ke-44.

Seusai menjabat sebagai gubernur jenderal, ia diangkat menjadi Menteri Angkatan Laut dan Menteri Jajahan. Selama masa kepemimpinannya, ia sangat kuat dalam membela sistem tanam paksa yang menyengsarakan rakyat Indonesia.

Gubernur Jenderal Dominique Jacques de Eerens (1836-1840)

Dominique Jacques de Eerens merupakan satu-satunya Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang dimakamkan di kompleks pemakaman Kebun Raya Bogor.

Selama masa kepemimpinannya, ia berhasil menuntaskan Perang Padri. Selain itu, ia juga mewajibkan pegawainya untuk menggunakan Bahasa Melayu.

Gubernur Jenderal Carel Sirardus Willem van Hogendorp (1840-1841)

Carel Sirardus Willem van Hogendrop dilahirkan di Patna pada 1788 dan meninggal di Utrecht pada 1856. Ia diangkat menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda, setelah kematian Dominique Jacques yang tiba-tiba.

Gubernur Jenderal Pieter Merkus (1841-1844)

Pieter Merkus dilahirkan di Naarden, Belanda pada 1787. Ia kuliah hukum di Leiden dan pindah ke Batavia sebagai pegawai negeri sipil. Di tahun 1822 ia diangkat sebagai Gubernur Moluccas.

Ia mencoba memperbaiki kondisi hidup rakyat di sana dan mendukung perdagangan bebas rempah-rempah. Ia juga melawan bajak laut dan pada tahun 1828 memerintahkan ekspedisi ke Papua Niugini.

Di tahun 1826 ia menjadi Presiden Mahkamah Agung HIndia Belanda. Ia baru diangkat menjadi Gubernur Jenderal ke-47 pada 1840. Ia dimakamkan di Peneleh.

Gubernur Jenderal Jan Cornelis Reijnst (1844-1845)

Jan Cornelis Reijnst menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda menggantikan Pieter Merkus meninggal secara tiba-tiba. Ia dilahirkan di Larenstein pada 1798.

Di masa pemerintahannya, ia melarang penukaran uang kertas terhadap perak demi mencegah krisis di Java Bank. Ia juga melakukan intervensi militer di wilayah kekuasaan pribumi untuk mencegah aktivitas Inggris di Pulau Kalimantan bagian utara. Padahal, Pemerintah Hindia Belanda tak boleh ikut campur di wilayah kekuasaan lokal.

Setelah menjadi warga sipil pada 1850, Reijnst mendirikan panti asuhan di Surabaya. Ia meninggal di Den Haag pada 1781.

Gubernur Jenderal Jan Jacob Rochussen (1845-1851)

Jan Jacob Rochussen merupakan Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-49. Selama masa kepemimpinannya, ia pernah mengirimkan ekspedisi ke Palembang, Bali, Bangka, Sulawesi Selatan, dan daerah lainnya.

Pada 28 September 1849, ia datang ke Pengaron (wilayah kekuasaan Kesultanan Banjar untuk meresmikan pembukaan Tambang Batu Bara Oranje Nassau ‘Bentang Emas’, yang merupakan tambang batu bara pertama di Hindia Belanda.

Gubernur Jenderal Albertus Jacobus Duymaer van Twist (1851-1856)

Albertus Jacobus Duymaer van Twist merupakan putra seorang profesor di Groningen dan ia merupakan Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke 50.

Ketika menjabat ia mendalami dampak sistem tanam paksa dan akhirnya mendukung penghapusannya.

Ia juga menerima keluhan dari Multatuli atau Eduard Douwes Dekker soal Bupati Lebak yang semena-mena. Namun  Duymaer menghiraukan keluhan itu hingga akhir masa jabatannya.

Gubernur Jenderal Charles Ferdinand Pahud (1856-1861)

Charles Ferdinand Pahud lahir di Amsterdam pada 1803 dan meninggal di Den Haag pada 1873. Pada masa kepemimpinannya, sistem perbudakan di Hindia Belanda dilarang sejak 1 Januari 1860.

Gubernur Jenderal Ary Prins (1861-1861) dan (1866-1866)

Ary Prins merupakan Gubernur Jenderal Hindia Belanda sementara. Ia menggantikan Charles Ferdinand Pahud pada 1861 dan Ludolph Anne Jan Wilt Sloet van de Beele pada 1866.

Ary Prins turut serta dalam upaya meredamkan pemberontakan di Kalimantan Barat yang terjadi sekitar tahun 1850 hingga 1854.

Gubernur Jenderal Ludolph Anne Jan Wilt Sloet van de Beele (1861-1866)

Selama masa pemerintahannya, ia menggencarkan reformasi liberal. Selain itu, sejarah kereta api Indonesia dimulai sejak ia meresmikan pembangunan jalur kereta api pertama di Semarang pada 17 Juni 1864.

Gubernur Jenderal Pieter Mijer (1866-1872)

Pieter Mijer merupakan Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-53. Ia dilahirkan di Batavia pada 1812 dan meninggal di Den Haag pada 1881.

Pieter Mijer merintis pembangunan rumah dinas gubernur jenderal yang kelak menjadi pusat kekuasaan kolonial Belanda.

Gubernur Jenderal James Loudon (1872-1875)

Loudon merupakan Gubernur Jenderal pertama yang mereorganisasi hukum untuk orang Eropa dan hukum untuk pribumi. Selain itu, ia juga memulai sistem pendidikan untuk pribumi. Loudon jugalah yang memulai Perang Aceh.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi