KOMPAS.com - Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti mitos adalah cerita suatu bangsa mengenai dewa dan pahlawan zaman dahulu yang mengandung penafsiran semesta alam, manusia, dan bangsa.
Mite atau mitos merupakan prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh mereka yang memiliki cerita.
Dalam bahasa Jepang, mite adalah shinwa yang berarti kisah mengenai para dewa.
Dalam buku Sastra Lisan Bumi Silampari (2018) karya Juwati, cerita mite atau mitos adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan dianggap suci atau sakral.
Mite atau mitos di Indonesia biasanya menceritakan terjadinya alam semesta, terjadinya susunan para dewa, dunia dewata, terjadinya manusia pertama dan tokoh pembawa kebudayaan, dan sebagainya.
Baca juga: Pengertian Cerita Jenaka dan Contohnya
Mitos kemudian dipercaya oleh masyarakat dari satu generasi ke generasi berikutnya meskipun isi ceritanya terkadang di luar jangkauan norma.
Di sisi lain, keberadaan cerita mite berguna bagi kehidupan manusia secara lahir maupun batin, serta mengandung nilai-nilai tertentu yang memberi pedoman bagi kehidupan manusia.
Awalnya mitos terbentuk dari pikiran manusia yang tidak mau menerima begitu saja semua fenomena alam yang ditangkap dengan akal dan panca inderanya.
Penghormatan kepada leluhur, kepercayaan pohon kehidupan, serta kekaguman pada tata surya menjadi penyebab lahirnya mitos.
Dapat dikatakan, cerita mite atau mitos sebagai cerita anonim mengenai asal mula alam semesta serta tujuan hidup.
Baca juga: Unsur-Unsur Intrinsik Cerita Fiksi
Dilansir dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, berdasarkan isinya mite dikelompokkan menjadi:
- Cerita mite terjadinya alam semesta
- Cerita mite dunia dewata yang memasukkan juga susunan para dewa
- Cerita mite manusia pertama
- Cerita mite pertanian atau yang berkaitan dengan makanan pokok
Contoh-contoh cerita mitos
Contoh cerita mite, seperti:
- Nyi Roro Kidul
- Jawa tarub
- Dewi Sri
- Semar
- Aji Saka
Baca juga: Cerita Fiksi: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Jenisnya
Berikut cerita singkat mengenai Dewi Sri, Dewi Kesuburan:
Dahulu di Jawa Tengah, terdapat seroang raja bernama Prabu Sri Mahapunggung atau Bathara Srigati di Kerajaan Medang Kamulan.
Prabu Sri Mahapunggung memiliki seorang putri bernama Dewi Sri. Putri ini diyakini sebagai titisan neneknya, Bathari Sri Widowati. Selain cantik, Dewi Sri juga cerdas.
Dewi Sri dikenal sebagai dewi padi, sedangkan adiknya Sadana sebagai dewa hasil bumi seperti umbi-umbian, kentang, sayuran, dan lainnya.
Suatu ketika, Prabu Sri Mahapunggung mengutuk Dewi Sri menjadi ular sawah dan Sadana menjadi burung sriti karena sudah pergi dari rumah tanpa izin sang Prabu.
Karena merasa lelah, Dewi Sri yang menjelma sebagai ular sawah tiba di Dusun Wasutira dan tidur melingkat di lumbung pasi miliki seorang penduduk bernama Kyai Brikhu.
Setelah ditemukan oleh Kyai Brikhu, ular sawah tersebut kemudian di rawat olehnya. Hal ini karena Kyai Brikhu pernah bermimpi mengenai ular sawah yang akan menjaga anaknya kelak.
Di suatu hari, Kyai Brikhu bermimpi bahwa ular sawah tersebuty minta diberi sesajen berupa sedah ayu, yakni sirih beserta perlengkapannya, bunga, dan lampu yang harus selalu dinyalakan. Mulai saat itu, Kyai Brikhu memberikan ular sawah sesajen berupa sedah ayu.
Melihat apa yang dilakukan Dewi Sri, Batara Guru memerintahkan bidadari turun ke bumi untuk membujuk Dewi Sri agar mau menjadi bidadari di Kahyangan.
Hal tersebut disambut baik, terutama karena Dewi Sri juga melihat adiknya yang sudah kembali menjadi manusia dan menikah oleh Dewi Laksmitawahni. Di mana klelak Sadana akan diangkat menjadi dewa jika sudah memiliki anak.
Akhirnya Dewi Sri dikembalikan ke wujud aslinya, yakni seorang gadis yang cantik jelita. Sementara itu, Kyai Brikhu yang selama ini merawatnya mulai memahami bahwa ular sawah tersebut adalah Dewi Sri.
Sebelum naik menuju Kahyangan, Dewi Sri tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Kyai Brikhu dan memberiknya pesan untuk memberik sesajen di ruang tengah rumahnya agar sandang dan pangan keluarganya tercukupi.
Sejak saat itulah, orang Jawa selalu menyimpan atau memajang gambar ular di kamar tengah rumah mereka sebagai lambang sosok Dewi Sri yang sudah memberikan kemakmuran dankesuburan.
Inilah sebabnya masyarakat petani Jawa sangat menghargai ular sawah dengan cara memberinya sesaji.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.