KOMPAS.com - Pernahkah kamu menonton film tentang kloning? Di mana seseorang memiliki klonnya sendiri yang sangat mirip dari mulai fisik hingga perilakunya.
Atau mungkin kamu menonton film Jurassic Park yang menceritakan DNA dinosaurus yang ditemukan di kloning sehingga menjadi bayi dinosaurus yang bisa tumbuh dan berkembang menjadi besar.
Lalu apakah yang dimaksud dengan kloning? Dilansir dari National Human Genome Research Institute, kloning adalah suatu proses untuk menghasilkan salinan genetik yang identik dari suatu entitas biologi.
Hal ini berarti suatu makhluk bisa dibuat klonnya dengan cara menyalin susunan DNA yang sama persis dengan makhluk tersebut.
Tahukah kamu bahwa kloning terjadi secara alami dari jaman dahulu hingga sekarang. Kloning yang terjadi secara alami terjadi pada organisme aseksual, misalnya bakteri. Bakteri memperbanyak diri dengan cara membelah diri.
Baca juga: Replikasi DNA: Teori-Teori Cara Duplikasi DNA
Bakteri menyalin susunan materi genetiknya dengan sama persis dan membelahnya sehingga bisa menjadi bakteri baru yang identik. Inilah mengapa bakteri selalu terlihat sama tidak seperti manusia yang berbeda walaupun dari ayah dan ibu yang sama.
Dilansir dari Medline Plus, ada tiga jenis kloning yaitu kloning gen, kloning reproduksi, dan kloning terapeutik. Kloning gen dilakukan untuk menyalin suatu gen untuk mendapatkan sifat unggul tertentu dari suatu spesies.
Kloning reproduksi dilakukan untuk menghasilkan klon yang sama persis dengan induknya. Salah satu kloning reproduksi yang paling terkenal adalah kloning domba dolly. Domba dolly berhasil dikloning stelah 276 kali percobaan yang gagal.
Kloning terapeutik adalah proses kloning untuk menghasilkan sel induk embrionik. Kloning terapeutik dilakukan untuk membuat organ donor untuk pasien dengan meminimalkan penolakan organ donor oleh tubuh pasien.
Lalu bagaimanakah kloning pada manusia? Kloning pada manusia hingga saat ini dianggap menyalahi kode etik dan sulit dilakukan secara teknis.
Dilansir dari National Human Genome Research Institute, manusia dan primata lebih sulit di kloning jika dibandingkan dengan mamalia lain.
Hal ini dikarenakan gelendong protein melekat dekat dengan inti sel. Sehingga saat inti sel diangkat, gelendong protein akan ikut hancur dan menganggu proses pembelahan sel.
Proses pembelahan sel yang terganggu atau tidak terjadi akan menyebabkan klon tidak bisa bertahan hidup dan kemudian mati.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.