Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mitigasi Bencana: Pengertian, Tujuan, Jenis dan Contohnya

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/VITORIO MANTALEAN
Murid SD Inpres Watunonju, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, mempraktikkan simulasi mitigasi gempa bumi di sekolah mereka. Pendidikan mitigasi ditempuh melalui media lagu dan koreografi. Sekolah aman bencana itu kini memiliki tim siaga bencana guna mengantisipasi dampak manakala gempa bumi sewaktu-waktu mengguncang Sigi lagi. Gambar diambil pada 25 September 2019.
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com - Bencana bisa terjadi kapan saja dan dapat menimbulkan risiko atau dampak. Dalam hal ini bencana yang dimaksud bisa timbul karena fenomena alam atau karena tindakan manusia.

Mitigasi bencana perlu dilakukan sebagai upaya mengurangi dampak risiko bencana. Mitigasi bencana harus diperhitungkan dan dilakukan secara matang.

Pengertian mitigasi bencana

Menurut Pasal 1 ayat 6 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, mitigasi diartikan sebagai serangkaian upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana, baik lewat pembangunan fisik ataupun penyadaran serta peningkatan kemampuan dalam menghadapi ancaman bencana.

Risiko bencana yang dimaksud ini meliputi timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, hilangnya dan kerugian harta benda (rumah, perabotan dan lain-lain) serta timbulnya dampak psikologis.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dalam Bahasa Inggris, mitigasi bencana disebut disaster mitigation. Dilansir dari Public Safety Canada, tindakan mitigasi bencana merupakan tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi dampak serta risiko bahaya lewat tindakan proaktif yang diambil sebelum bencana terjadi.

Bisa dikatakan, tindakan mitigasi bencana dilakukan sebelum bencana yang diprediksi akan terjadi. Untuk tindakan mitigasi dan prosedurnya disesuaikan dengan kebijakan pemerintah di setiap negara.

Baca juga: Proses Mitigasi Bencana Kekeringan

Tujuan mitigasi bencana

Menurut Sigit Sapto Nugroho dan kawan-kawan, dalam buku Hukum Mitigasi Bencana di Indonesia (2020), tujuan utama dari adanya mitigasi bencana adalah mengurangi risiko cedera dan kematian masyarakat atau timbulnya korban jiwa.

Sedangkan tujuan sekunder dari mitigasi bencana ialah mengurangi kerusakan dan kerugian ekonomi, termasuk infrastruktur, yang mungkin ditimbulkan.

Tujuan lain dari mitigasi bencana, yakni meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi dan mengurangi risiko bencana, supaya masyarakat bisa hidup dengan aman dan nyaman. Mitigasi bencana juga ditujukan sebagai landasan perencanaan pembangunan.

Jenis mitigasi bencana

Secara garis besar, mitigasi bencana dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

Mitigasi struktural merupakan upaya menurunkan tingkat kerentanan terhadap suatu bencana lewat bangunan tahan bencana. Mitigasi ini dilakukan dengan melaksanakan pembangunan prasarana fisik yang menggunakan berbagai pendekatan teknologi tahan bencana.

Bangunan tahan bencana yang dimaksud ialah bangunan dengan struktur baik yang telah direncanakan, agar bisa bertahan atau meminimalisasi risiko kerusakan dan timbulnya korban jiwa.

Baca juga: Mitigasi Bencana Banjir

Mitigasi non struktural merupakan upaya mitigasi yang dilakukan selain pembangunan prasarana fisik. Artinya bentuk mitigasi ini bisa dilakukan lewat pembentukan peraturan oleh pemerintah dan hal lainnya.

Upaya mitigasi non struktural biasanya dilakukan di daerah rawan bencana dan sekitarnya. Tujuan dari mitigasi ini supaya masyarakat bisa tetap beraktivitas tanpa rasa takut berlebih dan merasa nyaman serta aman.

Contoh mitigasi bencana

Pembentukan undang-undang atau peraturan pemerintah merupakan salah satu contoh mitigasi bencana non struktural yang biasa dilakukan pemerintah di berbagai negara. Selain itu, masih ada contoh mitigasi bencana lainnya, yakni:

  1. Pemetaan daerah rawan bencana, seperti longsor atau banjir.
  2. Pemetaan dampak bencana letusan gunung berapi. Misalnya daerah jangkauan awan panas, hujan abu dan lainnya.
  3. Pembangunan rumah, kantor, dan prasarana fisik tahan gempa di Jepang.
  4. Melakukan reboisasi di hutan atau kawasan sekitarnya, sehingga saat hujan tiba tidak terjadi banjir dan longsor.
  5. Selalu memperhatikan informasi terkini tentang kebencanaan lewat pemberitaan atau imbauan BMKG. Misalnya terkait perkiraan cuaca atau informasi kegempaan.
  6. Memahami prosedur kebencanaan, misalnya saat terjadi gempa apa yang harus dilakukan.

Baca juga: Lembaga-Lembaga yang Berperan dalam Penanggulangan Bencana Alam

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi