Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal-Usul Tari Kendalen, Jawa Tengah

Baca di App
Lihat Foto
Youtube.com/ Dimas Arya Prasetya
[Tangkapan Layar] Tari Kendalen Wiroyudo
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com - Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan budaya. Kepulauan Indonesia berada pada letak geografis yang luas sehingga menimbulkan perbedaan budaya juga bahasa.

Indonesia sendiri memiliki lebih dari 300 jenis tarian tradisional dari setiap daerah. Salah satunya adalah Tari Kendalen.

Dilansir dari Warisan Budaya Takbenda Indonesia, Tari Kendalen berasal dari dusun Kendal, Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Tari Kendalen berkembang dari tari keprajuritan yang diciptakan setelah Mangkunegaran mengalahkan VOC pada masa kepemimpinan Pangeran Sambernyawa.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Tari Soya-Soya, Tarian Perang dari Maluku Utara

Pada saat itu Pangeran Sambernyawa yang bernama asli Raden Mas Said dapat memukul mundur tentara VOC. Walau harus mengorbankan banyak prajurit dari Mangkunegaran.

Tari Kendalen adalah tarian yang menggambarkan prajurit yang gagah dan berani. Makna Tari Kendalen merupakan tari keprajuritan yang ditarikan untuk menghormati dan menyemangati pada prajurit yang berperang.

Kostum Tari Kendalen 

Penari Tari Kendalen menggunakan busana khas prajurit daerah Jawa Tengah. Biasanya tidak menggunakan baju atasan.

Penari Kendalen menggunakan celana sepertiga khas jawa tengah atau surjan, dan dilengkapi oleh kain batik dipinganggnya.

Penari Kendalen menggunakan ikat pinggang dan juga selendang di pinganggnya. Penari Kendalen menggunakan properti berupa kuda dari ayaman bambu atau yang sering dikenal sebagai kuda lumping atau jaran kepang.

Baca juga: Tari Topeng Kuncaran dari Jawa Barat

Mereka juga menggunakan penutup kepala dengan riasan wajah yang menyimbolkan kegagahan seorang prajurit.

Gerak tari

Dilansir dari Lensa Budaya, Tari Kendalen ditarikan oleh 14 orang penari laki-laki dalam dua babak yaitu babak bendrong dan babak umbaran.

Babak bendrong menyajikan tarian buta-butaan menggunakan topeng buta dan dimaknai sebagai penganggu.

Babak umbaran kemudian diisi oleh penari berupa prajurit yang mengendarai kuda, disimbolkan dengan kuda lumping. Prajurit kemudian mengalahkan buta dan menarikan tarian penutup Kendalan.

Tarian Kendalan ditarikan dengan dinamis dan harmonis namun juga memberikan kesan gagah, berani, penuh semangat selayaknya seorang prajurit yang turun ke medan tempur dan diiringi oleh gendhing (nyanyian) jawa.

 Baca juga: Asal Usul Tari Batu Nganga, Nusa Tenggara Barat

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi