Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Rumah Adat Bali

Baca di App
Lihat Foto
Youtube/ Majalah Bobo
[Tangkapan Layar] Rumah Adat Bali
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com - Bali tidak hanya dikenal dengan keindahan alamnya saja, tetapi juga kekayaan budaya serta tradisinya. Kekayaan budaya di Bali terlihat jelas dari berbagai jenis rumah adat yang ada di Pulau Dewata ini.

Rumah adat atau rumah tradisional di Bali tidak hanya digunakan untuk kehidupan sehari-hari saja. Namun, juga ditujukan sebagai sarana untuk pelaksanaan kegiatan ibadah serta upacara adat.

Menurut D.C. Tyas dalam buku Rumah Adat Indonesia (2010), rumah adat di Bali dibangun dengan menggunakan aturan asta kosala kosali. Aturan ini kurang lebih hampir sama dengan penggunaan fengsui dalam budaya Tionghoa.

Asta kosala kosali dijadikan pedoman dalam pembangunan rumah tradisional di Bali. Mulai dari teknik pengukuran luas bangunan hingga sesajen yang dipakai dalam upacara bangunan. Pedoman ini harus diketahui dengan jelas oleh undagi atau seorang arsitek tradisional Bali.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melansir dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, asta kosala kosali diterapkan dengan menggunakan anatomi tubuh manusia, yakni sang pemilik rumah atau tanah untuk penataan lahan tempat tinggalnya.

Penggunaan anatomi tubuh pemilik rumah ini dihitung dengan ukuran tubuh dan tidak menggunakan satuan internasional. Contohnya acengkang atau alengkat yang diukur dari ujung telunjuk hingga ibu jari tangan yang direntangkan, dan lain sebagainya.

Selain menggunakan asta kosala kosali, rumah adat Bali juga terkenal dengan hiasan atau ukiran pada bangunannya. Hal ini semakin menjadikan rumah tradisional Bali semakin unik dan memiliki ciri khas tersendiri. Berikut beberapa contoh rumah adat Bali:

Mengutip dari Rumah Tradisional Bali karya I Nyoman Sudiarta, Bale Dangin merupakan rumah adat Bali yang posisinya berada di timur. Bangunan ini terdiri dari dua belas tiang yang disusun masing-masing sebanyak empat buah sehingga menjadi dua balai.

Masing-masing balai tersebut menghadap ke arah timur. Namun, jika hanya ada satu balai, maka posisinya berada di tepi atau tengah. Fungsi utama Bale Dangin ialah sebagai tempat upacara adat dan juga bisa digunakan sebagai tempat tidur.

Dalam Arsitektur Bali Minimalis (2019) karya I Wayan Suky Luxiana, Bale Delod posisinya terletak di sebelah selatan. Fungsi utama Bale Delod adalah untuk tempat penerimaan tamu, pelaksanaan kegiatan adat, bale kematian serta tempat meletakkan jenazah anggota keluarga yang meninggal.

Bangunan Bale Delod terdiri atas delapan tiang dengan tiga tiang di depan dan tengah serta dua tiang di bagian belakang. Bangunan rumah adat ini juga sering digunakan sebagai tempat peletakan sesajen sebelum melaksanakan upacara adat.

Bale Dauh posisinya terletak di bagian barat. Bale Dauh sering juga disebut Loji dan Tiang Sanga. Fungsi utama Bale Dauh ialah untuk tempat tidur anak muda serta remaja. Selain itu, bangunan ini juga sering digunakan untuk tempat penerimaan tamu.

Bentuk bangunan Bale Dauh ialah persegi panjang dengan menggunakan tiang kayu. Jika jumlahnya enam disebut sakenem. Jika jumlahnya delapan disebut sakutus atau astasari. Jika jumlah tiangnya sembilan disebut sangasari.

Angkul-angkul merupakan pintu masuk utama ke dalam pekarangan rumah. Angkul-angkul menjadi salah satu bentuk pamesuan atau pintu keluar pekarangan. Dalam pembangunannya, Angkul-angkul menerapkan konsep tri hita karana.

Dapat dikatakan jika posisi bangunan Angkul-angkul sangat mempengaruhi atau menentukan kehidupan rumah tangga penghuninya. Maka dari itu proses pembangunannya mengacu pada sikut undagi atau arsitektur tradisional Bali.

Jineng posisinya terletak di bagian arah tenggara dari natan umah. Fungsi utama Jineng ialah sebagai lumbung padi atau tempat penyimpanan padi. Jineng juga sering disebut Gelebeg, fungsi utamanya kurang lebih hampir sama, hanya saja Gelebeg sering digunakan pula sebagai tempat beristirahat dan bekerja.

Jineng berbentuk persegi panjang dengan jumlah tiang sekitar empat atau enam. Bangunan ini umumnya dimiliki penghuni rumah yang berprofesi sebagai petani. Posisi Jineng kebanyakan berada bersebelahan dengan paon atau dapur.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi