Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keunikan Rumah Musalaki, Adat Nusa Tenggara Timur

Baca di App
Lihat Foto
Youtube/SmartPoint TV
[Tangkapan Layar] Keunikan Rumah Musalaki, Adat Nusa Tenggara Timur
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com - Rumah Musalaki merupakan rumah adat khas Nusa Tenggara Timur. Rumah adat Musalaki memiliki beberapa keunikan yang membedakannya dengan rumah adat di daerah lainnya.

Sebagai salah satu ikon atau lambang dari Provinsi Nusa Tenggara Timur, Rumah Musalaki mudah ditemui di provinsi ini. Tidak hanya itu, banyak bangunan rumah masyarakat yang mengadopsi bentuk Rumah Musalaki.

Menurut Tim Women Script & Co. dalam buku Storypedia Nusantara (2013), Rumah Musalaki biasanya digunakan sebagai tempat tinggal yang diperuntukkan bagi pemimpin daerah tersebut, seperti kepala suku, lurah ataupun camat.

Selain dijadikan tempat tinggal, rumah adat ini juga sering difungsikan sebagai tempat digelarnya upacara adat, ritual, acara musyawarah ataupun kegiatan lainnya yang berhubungan dengan masyarakat sekitar.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebenarnya Rumah Musalaki merupakan tempat tinggal khas Suku Ende Lio di Nusa Tenggara Timur. Nama Musalaki pun juga diambil dari Bahasa Ende Lio, yakni mosa yang berarti ketua dan laki yang berarti adat. Jika digabungkan, musalaki berarti ketua adat atau ketua suku.

Mengutip dari Rancang Bangun Aplikasi 3D (Tiga Dimensi) Rumah Adat Se-Indonesia Berbasis Mobile (2017) karya Andi Riskal Ir Andi Bolle, Rumah Musalaki masuk dalam rumah panggung. Bagian bawah rumah ini memiliki balai panjang yang difungsikan untuk menerima tamu.

Keunikan utama dari Rumah Musalaki ialah pondasinya yang diletakkan di atas batu besar, sehingga tidak ditanam di dalam tanah. Batu besar ini terbentuk melalui proses alami dan biasanya berbentuk lonjong dan dipasang secara vertikal.

Manfaat utama dari penggunaan pondasi ini ialah supaya meminimalisir keretakan pada bangunan apabila sewaktu-waktu terjadi gempa atau bencana lainnya.

Untuk struktur lantainya, rumah ini menggunakan bilah papan yang disusun secara sejajar mengarah ke satu arah. Dalam penyusunan papannya sengaja dibuat memiliki ketinggian yang berbeda untuk tempat keluar masuknya udara.

Bahan utama pembuatan atap Rumah Musalaki berasal dari jerami. Uniknya jerami ini disusun dan bertumpu pada rangka atap, sehingga tidak jatuh atau mudah rusak. Selain itu, atap rumah adat ini juga menjulang tinggi ke atas.

Hal ini melambangkan kesatuan dengan Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta. Sekilas jika diperhatikan, atap rumah adat ini menyerupai bentuk perahu layar.

Menurut kepercayaan masyarakat sekitar, dulunya nenek moyang Ende Lio datang menggunakan perahu, sehingga atap rumah adat ini dibuat semirip mungkin dengan perahu layar.

Melansir dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), pada bagian atas atap Rumah Musalaki bisa ditemui dua ornamen yang memiliki simbol penting, yakni kolo Musalaki (kepala rumah keda) serta kolo ria (kepala rumah besar). Dipercaya jika antar keduanya memiliki hubungan spiritual.

Apabila dirangkum, Rumah Musalaki memiliki empat keunikan, yaitu:

  1. Hanya ditinggali oleh pemimpin daerah, seperti kepala suku, lurah atau camat.
    Sesuai dengan namanya, yakni musalaki, rumah adat ini hanya diperuntukkan menjadi tempat tinggal bagi kepala suku, lurah dan camat.
  2. Atapnya terbuat dari jerami
    Atap rumah adat ini terbuat dari jerami yang disusun secara teratur dan bertumpu pada rangka atapnya.
  3. Pondasinya dipasang di atas batu lonjong besar yang dipasang vertikal
    Tiang-tiang Rumah Musalaki dipasang di atas batu lonjong besar dan vertikal, sehingga tiang ini tidak tertancap di dalam tanah, melainkan berada di atas batu tersebut.
  4. Lantainya terbuat dari bilah papan yang disusun sejajar dan mengarah ke satu arah
    Lantai rumah adat ini terbuat dari bilah papan yang disusun sejajar dan mengarah ke satu arah. Penggunaan bilah papan ini ditujukan supaya tingkat kelembapan lantai rumah bisa berkurang.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi