Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puisi Elegi: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Contohnya

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/Gischa Prameswari
Ilustrasi puisi elegi
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com - Karya sastra adalah kesenian yang menitikberatkan pada keindahan bahasa untuk menyampaikan suatu pemikiran maupun perasaan.

Contoh karya sastra yang sering kita dengar adalah puisi. Dilansir dari Encyclopedia Britannica, puisi merupakan karya sastra yang membangkitkan kesadaran imajinatif dari pengalaman maupun respon emosional yang bersumber dari bahasa yang bunyinya, maknanya, serta ritmenya diatur sedemikian rupa.

Ada banyak sekali contoh puisi, baik yang membawa perasaan senang, sedih, haru, maupun sengsara.

Di saat merasa sedih maupun kehilangan, pernahkah kamu membuat suatu puisi untuk menyalurkan rasa sedih itu?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Elegi 

Manjarreki Kadir dalam tesisSatire dalam Puisi “Potret Pembangunan” Karya WS Rendra (2008) menyebutkan elegi adalah puisi tentang ratapan kematian atau kehilangan seseorang entah untuk mengenang jasa-jasanya ataupun janji-janji penyair bersama orang yang telah pergi tersebut.

Baca juga: Contoh Puisi dan Unsur Pembangunnya

Sehingga puisi elegi dipenuhi dengan rasa duka, kehilanga, kesedihan, bahkan kerinduan yang terasa saat puisi tersebut dibaca.

Contoh Puisi Elegi:

Wahai, rembulan yang pudar
Jenguklah jendela kekasihku!
Ia tidur sendirian,
Hanya berteman hatinya rindu

Buat: Sri Ajati

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
Diantara gudang, rumah tua, pada cerita
Tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut,
Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut.

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
Menyinggung muram, desir hari lari berenang
Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
Dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
Menyisir semenanjung, masih pengap harap
Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
Dari pantai keempat, sedu penghabisan terdekap

Baca juga: Rima Puisi dan Irama

Maukah kau menemaniku makan?
Makan dengan piring yang retak
dan sendok yang patah. Makan,
menghabiskan hatiku yang pecah.

Itulah makan malam terakhirnya
Di surga kecilnya yang suram.
Besok ia sudah terusir kalah
Dan harus pergi menuju entah

Lalu mereka berfoto bersama
Sementara mobil patrol berjaga-jaga
di ujung sana. Lalu hujan datang
memadamkan api di matanya.

Ia akan sering merindukan hukuman
dan sering menengoknya
lewat mesin pencari kenangan
sebelum malam mimpinya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi