Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Homeostatis: Pengertian dan Prosesnya

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/Gischa Prameswari
Ilustrasi pengertian homeostatis dan prosesnya
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com – Saat cuaca panas tubuh akan berkeringat dan membuat kita merasa haus. Sedangkan saat cuaca dingin, tubuh tidak akan berkeringat sama sekali dan membuat kita ingin makan serta minum sesuatu yang hangat.

Hal tersebut dilakukan secara alami oleh tubuh untuk mempertahankan suhu alaminya. Saat suhu tubuh terlalu panas, berarti tubuh mengalami demam.

Adapun saat suhu tubuh terlalu dingin, berarti tubuh mengalami hiportemia. Kedua kondisi tersebut membahayakan bagi tubuh karena menggiring pada kematian. Cara tubuh untuk mempertahankan suhu alaminya disebut dengan homeostatis.

Istilah homeostatis berasal dari bahasa Yunani “homio” yang berari mirip dengan dan “stasis” yang berarti berdiri diam. Sehingga homeostatis adalah kondisi di mana makhluk hidup mempertahankan kondisi yang stabil.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengeluaran Keringat dari Tubuh

Homeostatis pertama kali digunakan oleh seorang dokter dan fisiologis asal Amerika bernama Walter Bradford Cannon dalam bukuThe Wisdom of the Body (1930).

Dalam buku tersebut Cannon menyebutkan bahwa homeostatis merupakan proses bagaimana tubuh manusia mempertahankan suhu yang stabil dan kondisi vital lainnya seperti kandungan air, garam, gula, protein, lemak, kalsium, dan oksigen dalam darah.

Proses homeostatis

Dilansir dari Scientific American, proses homeostatis terjadi secara otomatis dan tidak dapat dihindari. Ketika sistem berfungsi dengan baik dan keadaan tunak (homeostatis) dapat dipertahankan oleh sistem tubuh. Proses homeostatis terbagi menjadi dua, yaitu umpan balik positif dan umpan balik negatif.

Proses hemeostatis umpan balik negatif terjadi jika perubahan lingkungan mempengaruhi tubuh dan memicu umpan balik yang sifatnya berlawanan atau negatif.

Misalnya saat tubuh manusia yang idealnya bersuhu 37 derajat celcius mengalami kedeinginan atau kepanasan akibat penurunan atau kenaikan suhu lingkungan.

Dilansir dari Lumen Learning, ketika suhu panas hipotalamus otak akan menerima data sensor yang menunjukkan suhu tubuh melebihi kisaran normal dan merangsang sekelompok sel otak untuk melakukan mekanisme pelepasan panas.

Baca juga: Manfaat Energi Bagi Tubuh

Mekanisme tersebut dilakukan dengan cara memperlebar pembuluh darah. Pelebaran tersebut membuat darah lebih banyak lewat dan menyebarkan panas ke seluruh tubuh juga mengaktifkan kelenjar keringat.

Tubuh yang panas, pori-porinya akan terbuka dan kelenjar mengeluarkan keringat untuk membuat panas.

Inilah mengapa saat kepanasan, tubuh cenderung haus karena memerlukan air untuk membuat panas melalui keringat.

Manusia juga akan bernapas lebih cepat melalui mulut saat kepanasan. Hal tersebut dilakukan untuk membuang panas tubuh melalui embusan napas.

Mekanisme sebaliknya akan terjadi ketika tubuh mengalami kedinginan. Bagian hipotalamus otak akan merespons kedinginan yang dirasakan tubuh dan memerintahkan otot eangka untuk berkontraksi, hal tersebut otomatis membuat tubuh menggigil dan pembuluh darah menyempit.

Pada saat itu otak akan memerintahkan sistem metabolisme untuk mempercepat aktivitasnya agar bisa menghasilkan panas. Inilah mengapa saat kedinginan manusia cenderung lapar, karena aktivitas metabolismenya meningkat.

Baca juga: Apa Fungsi Karbohidrat Untuk Tubuh?

Otak juga tidak akan mengaktifkan kelenjar keringat dan menyuruh ginjal untuk menghemat air. Hal tersebut membuat manusia jarang buang air kecil atau urinnya menjadi pekat untuk menghemat air dalam tubuh.

  • Umpan balik positif

Umpan balik positif adalah proses homeostatis yang mendukung perubahan pada tubuh, di mana sistem tubuh bergerak menjauhi keadaan ideal daripada mempertahankan keadaan ideal tubuh. Contoh proses homeostatis umpan positif adalah ibu yang melahirkan.


Kondisi hamil dan melahirkan adalah keadaan tidak normal yang tidak biasa tubuh rasakan. Namun dibanding mempertahankan keaadan awalnya, tubuh cenderung mendorong proses hamil dan melahirkan agar tubuh bisa kembali ke kondisi awalnya.

Ketika persalinan, tubuh akan melepaskan hormon oksitosin. Dilansir dari National Center for Biotechnology Information, hormon oksitosin berfungsi merangsang kontraksi Rahim yang memaksa kepala bayi untuk mendorong leher Rahim

Baca juga: Proses Metabolisme Protein: Bagaimana Tubuh Mencerna Protein?

Hormon oksitosin akan terus dilepaskan agar otot berkerja ekstrem terus-menerus hingga bayi dilahirkan.

Proses homeostatis umpan balik negatif kemudian dilanjutkan dengan memulihkan kerusakan ekstrem pada tubuh akibat melahirkan. Proses ini juga terjadi saat tubuh mengalami cedera misalnya tertusuk benda tajam ataupun dipukul benda tumpul dengan keras.

Tubuh secara otomatis merespons kerusakan yang terjadi dengan cara melakukan pembekuan darah dan membunuh virus serta bakteri yang masuk dengan sistem imun.

Tubuh melakukan penyembuhan daerah cedera dengan terus-menerus hingga tubuh kembali ke kondisi stabil. Dalam cedera yang berat, seringkali tubuh tidak bisa mempertahankan kondisi homeostatisnya, menyebabkan orang tersebut mengalami kematian.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi