KOMPAS.com – Tubuh manusia terbentuk dari berbagai organ dan sel yang saling bekerja sama untuk membangun fungsi tubuh. Keseluruhan kerja sama tersebut dapat terjalin karena keberadaan sistem saraf.
Sistem saraf menghubungkan otak juga sum sum tulang belakang yang berperan sebagai otak ke seluruh tubuh manusia.
Ada dua jenis sistem saraf yang bekerja pada tubuh manusia, yaitu sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Kedua sistem saraf tersebut bekerja secara berlawanan agar dapat mempertahnkan keseimbangan tubuh.
Sistem saraf simpatik adalah sistem saraf otonom yang bekerja di luar kesadaran tubuh (tidak sadar) dan berpangkal pada sumsum tulang belakang. Selain itu, sistem saraf simpatik mengatur kerja otot polos pada bronkus.
Dilansir dari Physiopedia, saraf simpatis berjalan sejajar dengan sumsum tulang belakang di kedua sisi kolom vertebral.
Baca juga: Kelistrikan pada Sel Saraf
Cara kerja sistem saraf simpatik
Reseptor saraf di seluruh tubuh akan mengumpulkan informasi stress dan mengirimnya ke sumsum tulang belakang.
Dilansir dari Encyclopedia Britannica, sistem saraf simpatik diaktifkan di bawah kondisi stres dan menghasilkan respons luar biasa yang disebut dengan respons “fight-or-flight”.
Misalkan ketika tubuh merasa dalam bahaya, stres tersebut akan dikirim ke otak melalui sumsum tulang belakang dan saraf kranial. Bagian otak yang disebut amigdala akan merespons dan mengaktifkan hipotalamus. Hipotalamus kemudian mengaktifkan sistem saraf simpatik.
Sistem saraf simpatik kemudian menyalakan kelenjar adrenalin dan mengsekresikan hormon adrenalin. Inilah mengapa saat manusia merasakan bahaya detak jantungnya menjadi cepat, napasnya menjadi pendek, dan berkeringat.
Fungsi saraf simpatik
Berikut adalah fungsi sistem saraf simpatik pada tubuh yang dilansir dari National Center for Biotechnology Information:
- Dilatasi pupil
Aktivasi saraf simpatik mengaktifkan kontraksi otot radial iris, menyebabkan pupil membesar dan memungkinkan lebih banyak cahaya masuk ke mata. Selanjutnya otot siliaris akan berelaksasi, sehingga memungkinkan pegelihatan jauh yang lebih baik.
Baca juga: Jaringan Epitelum, Ikat, Otot dan Saraf pada Vertebrata
- Meningkatkan detak jantung
Dalam jantung, reseptor beta 1 dan beta 2 saraf simpatik meningkatkan detak jantung, kekuatan kontraksi, dan laju konduksi, sehingga jantung lebih cepat memasok oksigen ke seluruh tubuh.
Memperlambat napas
Bronkodilatasi (reseptor beta 2) dan penurunan sekresi (reseptor alfa 1 dan beta 1) memungkinkan lebih banyak aliran udara melalui paru-paru.
- Memperlambat pencernaan
Penurunan motilitas, kontraksi sfingter, dan kontraksi kandung empedu di lambung serta usus dilakukan untuk memperlambat pencernaan dan mengalihkan energi ke bagian lain dari tubuh.
- Menurunkan sekresi enzim
Aktivasi saraf simpatik di pankreas dapat menurunkan sekresi enzim dan juga insulin.
- Menghentikan sekresi urine
Saraf simpatik membuat sfinger berkontraksi dan otot detrusor berelaksasi sehingga menghentikan pengeluaran urine yang dipicu aktivitas parasimpatik.
- Meningkatkan sekresi renin
Aktivasi saraf simpatik di ginjal meningkatkan sekresi renin (enzim yang mengingkatkan tekanan darah) untuk meningkatkan volume intravaskular.
Baca juga: Sistem Saraf pada Manusia
- Sekresi kelenjar keringat
Aktivasi para simpatik meningkatkan kerja otot arrector pili dan kelenjar keringat untuk mengsekresikan kerungan dan ereksi rambut untuk mendinginkan tubuh.
- Sekresi epinefrin dan norepinefrin
Saraf simpatik dapat mengaktifkan reseptor nikotinik medulla adrenal untuk meningkatkan sekresi hormon epinerfin (adrenalin) dan norepinefrin untuk melindungi tubuh dari stress jangka panjang.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.