Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hitobashira, Manusia Dalam Pilar Untuk Persembahan Dewa

Baca di App
Lihat Foto
wikipedia.org/baku13
Kastil Maruoka adalah salah satu kastil tertua yang masih ada di Jepang dan dikabarkan dibangun dengan pilar manusia yang dapat ditemukan dalam legenda O-shizu, Hitobashira.
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com – Pernahkah kamu mendengar istilah “tumbal proyek”? Tumbal proyek adalah istilah yang dipakai untuk seseorang yang dikorbankan agar konstruksi suatu bangunan atau jalan bisa berjalan dengan lancar.

Tahukah kamu bahwa istilah tumbal proyek tidak hanya berlaku di Indonesia saja, melainkan juga di Jepang.

Di Jepang, hal tersebut dikenal dengan nama hitobashira. Hitobashira dalam bahasa Jepang secara harfiah berarti pilar manusia, hal ini merujuk pada manusia yang dikubur hidup-hidup dalam pilar bangunan untuk persembahan pada Dewa.

Pembangunan Kastil Maruoka

Kastil Maruoka adalah salah satu kastil tertua Jepang yang berada di Prefektur Fukui yang dibangun tahun 1576. Dilansir dari A History of Japan, ketika Shibata Katsutoyo (keponakan Shibata Katsuie) sedang membangun kastil Maruoka, tembok batu kastil itu terus runtuh tidak peduli berapa kali ditumpuk.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sehingga seorang pengikutnya menyarankan untuk melakukan hitobashira. Seorang wanita tua bernama Oshizu dipilih sebagai persembahan untuk dewa.

Baca juga: Danau Maracaibo, Tempat Paling Elektrik di Bumi

Mengingat kehidupannya yang miskin, Oshizu setuju dikorbankan dengan syarat salah satu putranya diangkat menjadi samurai agar bisa hidup layak.

Pengorbanan dilakukan, Oshizu dikubur hidup-hidup dalam pilar utama Kastil Maruoka. Tragisnya, anak Oshizu tidak pernah diangkat menjadi samurai karena Shibata Katsutoyo dipindahkan ke perfektur lain.

Dilansir dari All About Japan, setiap bulan April (bulan Oshizu dikorbankan) parit kastil akan dibanjiri hujan dan penduduk menyebutknya sebagai “air mata kesedihan Oshizu”. Sehingga didirikanlah sebuah makan untuk menenangkan jiwa Oshizu yang marah.

Sejak kejadian itu, Kastil Maruokapun berdiri dengan kokoh. Kastil ini lolos dari kehancurah pada akhir periode Edo, selamat dari Perang Dunia II, namun rusak pada saat Gempa Fukui melanda Jepang tahun 1948.

Pembangunan Tanggul Mamuta

Hitobashira dimulai saat Jepang berada di bawah kekuasaan Kaisar Nintoku sekitar tahun 323 masehi.

Pada tahun kesebelas pemerintahan Kaisar Nintoku, Sungai Kitakawa dan Mamuta meluap mengakibatkan banjir ke pemukiman warga. Kaisar mengambil tindakan dengan membuat dua tanggul yang dinamakan tanggul mamuta.

Baca juga: Blue Lake, Danau Terjernih di Dunia

Namun, tanggul tersebut terus-menerus runtuh. Noritake Tsuda dalam buku Human Sacrifices in Japan (1918) menyebutkan Kaisar bermimpi bahwa ada seseorang bernama Kowakubi di provinsi Musahi dan Koromonoko di provinsi Kawachi yang harus dikorbankan pada kedua dewa sungai agar tanggul tersebut berhasil dibangun.

Kaisar memerintahkan penangkapan Kowakubi dan Koromonoko. Kowakubi yang hanya pasrah dan menangis kemudian dikorbankan dengan cara dibuang ke aliran sungai Kitakawa.

Namun Koromonoko lebih cerdas, ia membawa dua buah labu dan melemparkannya ke sungai sesaat sebelum ia dikorbankan.

Koromonoko kemudian mengatakan jika dewa tersebut memang sungguhan, maka dewa harus menenggelamkan labu tersebut. Namun labu tidak tenggelam dan hanya mengapung mengikuti aliran sungai, jadilah Koromonoko tidak jadi dikorbankan.

Baca juga: Mungkinkah Balon Udara Menggantikan Pesawat?

Namun tanggul tetap dibangun setelah pengorbanan Kowakubi. Tanggul tersebut tidak runtuh lagi seperti pembangunan-pembangunan sebelumnya.

Selain pembangunan Tanggul Mamuta dan Kastil Maruoka, beberapa bangunan di Jepang juga menurut legenda menggunakan praktik hitobashira. Bangunan-bangunan tersebut adalah Kastil Matsue, Jembatan Matsue Ohasi, dan Jembatan Sungai Nagara.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi