Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proses Ulat Sutera Menjadi Benang

Baca di App
Lihat Foto
Kompas.com/Ahmad Dzulviqor
Lurah Nunukan Barat Sudiasih (kemeja batik) bersama penyuluh budi daya ulat sutra Nunukan Sundari menunjukkan kepompong ulat sutra hasil KTH Floresta. Nunukan memiliki mimpi membuat kain sutra dengan motif batik ikonik Kaltara
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com – Sutra merupakan salah satu jenis kain yang banyak diminati karena strukturnya yang kuat, lembut, dan mengkilap.

Sutra merupakan kain yang mahal, bukan hanya karena kualitasnya melainkan juga karena bahan bakunya adalah benang yang dibuat dari kepompong ulat sutra.

Dilansir dari World History Encyclopedia, tenunan sutra pertama yang pertama ditemukan di situs Qianshanyang juga Zhenjiang China, dan diperkirakan dibuat pada tahun 2.700 Sebelum Masehi.

Sutra dibawa ke negeri barat untuk dijual, namun selama ribuan tahun bangsa Tiongkok merahasiakan asal muasal kain indah tersebut.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Jenis-Jenis Kain Tenun

Benang sutra

 

Berikut adalah proses pengolahan ulat sutra hingga menjadi benang sutra, yaitu:

Tahap pertama dari pembuatan benang sutra adalah bertelurnya ngengat sutra (Bombyx mori) yang berwarna putih dan berpola coklat. Dilansir dari Sciencing, ngengat sutra tidak makan atau minum pada akhir siklus hidupnya melainkan akan kawin, bertelur, dan mati.

Ngengat betina akan bertelur dalam jumlah besar, yaitu sekitar 200 hingga 400 butir telur. Ngengat betina akan menaruh dan merekatkan telurnya di atas daun murbey. Telur ngengat kemudian diinkubasi hingga 12 hari hingga menetas.

Larva yang baru menetas kemudian dipindahkan dengan hati-hari dari ruang inkubasi ke ruang pemeliharaan. Pada saat larva ulat sutera hanya berukuran 4 mili meter, namun mereka akan terus diberi makan daun murbei.

Ulat sutra sangatlah rakus, mereka makan dalam jumlah besar sehingga tubuhnyapun mulai membesar.

Tubuh mereka terus membesar, membuat kulit mereka mengelupas dan digantikan kulit yang baru. Proses ganti kulit ini bisa terjadi hingga empat kali hingga larva tumbuh menjadi ular sutera seukuran kurang lebih 8 cm.

Baca juga: Filosofi Motif Kain Tenun Lurik

Setelah cukup makan, ulat kemudian akan membentuk kepompong atau pupa dengan cara memutar tubuhnya.

Dilansir dari Biology Discussion, kepompong sutra terbuat dari lilitan benang yang tidak terputus sepanjang 300 meter dan dililitkan dengan gerakan kepala yang konstan dari satu sisi ke sisi lain sekitar 65 kali per menit.

Kepompong sutra kemudian terbentuk sebagai kapsul berwarna putih. Kepompong sutra kemudian dipanen sebelum ulat sutera berubah menjadi ngengat dan memecah kepompongnya. Panen dilakukan kurang lebih sekitar satu minggu sejam kepompong dibuat.

Kepompong sutra kemudan direndam dan direbus dengan air panas. Setelah direbus, kepompong akan dicari ujung seratnya dan mulai diurai.

Setelah diurai, serat tersebut kemudian akan dipintal dengan cara dipelintil menjadi satu helai benang sutera. Benang kemudian digulung layaknya benang biasa dan juga ditenun menjadi kain sutra yang indah.

Baca juga: Kain Tenun Lurik: Pengertian, Corak dan Fungsinya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi