Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Bencana Kabut Asap dan Dampaknya

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/IDON
Kabut asap pekat menyelimuti wilayah Kota Pekanbaru, Riau, akibat karhutla pada bulan September 2019.
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com - Bencana kabut asap termasuk pencemaran udara. Pencemaran ini membuat kualitas udara di suatu tempat menurun. Tidak jarang bencana ini menimbulkan kerugian, baik dalam bentuk harta benda sampai korban jiwa.

Kabut asap bisa disebabkan oleh dua faktor. Pertama, faktor manusia yang sengaja atau secara tidak sengaja menimbulkan kabut asap lewat aktivitasnya. Kedua, karena faktor alam, seperti bencana alam atau lainnya.

Dikutip dari situs Conserve Energy Future, kabut asap atau yang dalam bahasa Inggris disebut smog, adalah kabut bewarna kekuningan atau kehitaman, terbentuk oleh campuran polutan di atmosfer. Kabut asap juga dapat didefinisikan sebagai udara berkabut yang menyebabkan kesulitan bernapas.

Penyebab kabut asap

Terjadinya bencana kabut asap dapat disebabkan oleh:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut Purnomo H. dan Puspitaloka D. dalam buku Pembelajaran Pencegahan Kebakaran dan Restorasi Gambut Berbagasi Masyarakat (2020), kebakaran lahan gambut menjadi penyebab utama mengapa kabut asap sering terjadi, khususnya di Indonesia.

Baca juga: Mitigasi Bencana: Pengertian, Tujuan, Jenis dan Contohnya

Pembakaran lahan gambut biasanya dipakai untuk membuka lahan. Namun, cara ini berakibat fatal bagi lingkungan dan kehidupan sekitarnya. Lahan gabut yang dibakar akan menyebabkan kebakaran hutan.

Apabila kondisi angin kencang dan sedang musim kemarau, hal ini dapat memperparah kebakaran hutan, karena semakin sulit dipadamkan. Akibatnya kebakaran hutan semakin meluas dan menimbulkan kabut asap.

Selain kebakaran hutan, asap kendaraan bermotor juga disebut sebagai penyebab utama kabut asap. Kandungan dan reaksi beberapa bahan kimia dalam asap kendaraan bermotor akan menimbulkan kabut asap.

Asap kendaraan bermotor mengandung bahan kimia seperti karbon monoksida, hidrokarbon, dan lainnya. Saat kandungan bahan kimia ini terkena sinar matahari, akan timbul reaksi kimiawi, dan akibatnya kabut asap terjadi.

Bencana alam gunung meletus dapat menyebabkan kabut asap. Ketika erupsi, gunung mengeluarkan beberapa partikel debu dan asap. Hampir sama seperti asap kendaraan bermotor, partikel dari erupsi gunung ini bereaksi ketika bertemu sinar matahari.

Kandungan partikel debu dan asap akan memunculkan reaksi ketika terkena sinar matahari dan juga oksigen. Akibatnya muncullah kabut asap di kawasan sekitar gunung dan dapat menyebar ketika terbawa angin.

Baca juga: Proses Mitigasi Bencana Kekeringan

Dampak kabut asap

Bencana kabut asap memunculkan banyak dampak. Tidak hanya kualitas udara, namun juga bagi lingkungan hidup serta manusia. Berikut beberapa dampak bencana kabut asap:

Bencana kabut asap menurunkan kualitas udara suatu kawasan. Udara yang dihirup makhluk hidup seharusnya tidak bewarna dan berbau. Namun, ketika kabut asap terjadi, kualitas udara otomatis menurun karena udara berubah menjadi kekuningan atau menghitam dan beraroma tidak sedap.

Berbagai masalah kesehatan ditimbulkan dari bencana kabut asap seperti sesak napas, penyakit paru-paru, iritasi pada mata, nyeri pada dada, pneumonia, batuk, dan lainnya. Tak sedikit masalah kesehatan akibat bencana kabut asap menyebabkan jatuhnya korban jiwa.

Kabut asap membuat sinar matahari sulit menembus kawasan yang terdampak. Akibatnya sinar matahari yang diperlukan manusia sebagai vitamin D sangatlah minim.

Hal ini menyebabkan gangguan penglihatan karena tebalnya kabut asap dan minimnya sinar matahari, serta masalah kesehatan.

Baca juga: Lembaga-Lembaga yang Berperan dalam Penanggulangan Bencana Alam

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi